Menghabiskan weekend cuma belanja ke Carrefour dan masak di kosan. Saya nggak pergi kemana2 lagi. Selain karena lagi sakit, saya juga bingung, mau kemana ya di Jakarta ini? Males juga kalo harus ke Mall lagi... Mall lagi.., beuhhhh!
Baiklah, saya akan melanjutkan cerita yang sudah tertunda 5 bulan. Cerita ini banyak yang request, tapi saya tunda karena cerita yang ditulis ini ada hubungannya sama 'hati'. Hahahaha. So, let's cekidot!
***
Akhirnya, aku pulang ke Indonesia. Sudah setahun lebih di Alaska dan meninggalkannya. Terakhir melihatnya setahun yang lalu. Dia datang ke negri es ini untuk menghadiri seminar dan ku ajak dia melihat dunia. Saat itu, mungkin perasaan di hatiku campur aduk. Sekian lama tak melihatnya dan tiba2 dia muncul. Mungkin di satu sisi, aku kangen padanya, tapi di sisi lain ada perasaan aneh tertambat di hati.
Aku menghabiskan waktu di Alaska untuk bekerja. Projek kali ini mungkin yang terberat yang pernah kujalani. Masih terpikirkan olehku, duit projek ini akan ku tabung dan kugunakan untuk menggelar pesta pernikahan mewah dengannya. Tapi beberapa kali aku harus berpikir realistis. Hubungan seperti ini tidak akan ada habisnya. Hanya menyisakan sesak di dada.
Setelah dia kembali ke tanah air dan aku masih di Alaska, awal2nya kita masih sering berhubungan baik melalui messenger atau telepon. Semakin lama semakin jarang intensitasnya. Kita masing2 ekstra sibuk. Bahkan aku terbiasa tanpa telepon darinya atau pun pesan darinya berbulan2. Hmm, masih duduk di taman bunga di tempat biasa, masih memainkan tablet dan menulis blog tentang hidupku, masih teringat dengannya, tapi menipis sedikit demi sedikit dan hilang begitu saja.
Di Alaska, aku memiliki beberapa teman. Rio si robot dan Lee. Kadang kita jalan2 bareng, menghabiskan waktu ketika weekend hanya untuk ber-kano antara satu gunung es ke gunung yang lain. Mereka sahabat baik dalam projek dan kehidupan sehari2. Nasib tragis Rio dan Lee yang suka bercanda membuatku lupa padanya. Mereka juga suka menikmati bunga dan padang rumput. Kita pergi ke Ranch bersama dan memerah susu sapi. Atau, kita habiskan waktu untuk jogging di kota.
Sampai suatu hari, aku harus kembali pulang. Lee ikut ke Jakarta karena dia ingin sekalian jalan2. Aku mengajaknya juga ke daerahku. Aku kangen Mama dan Papa. Lee hanya ikut saja karena tujuannya memang hanya untuk jalan2. Lee takjub melihat keindahan negara kita. Alaska versi panas, katanya.
Aku pulang ke rumah. Ku peluk erat orangtuaku. Mereka bilang ada acara di universitas adikku dan aku disuruh ikut serta. Aku langsung ikut. Kapan lagi aku bisa melihat acara2 disini. Lee juga antusias untuk ikut. Kita semua kesana dan aku agak sedikit terkejut karena ini adalah acara di Fakultas Kedokteran. Aku melihat seseorang menaiki panggung untuk memberikan kata sambutan. Orang itu adalah dia. Aku melihat dia, mendengarkan dia berbicara, dan dadaku tiba2 sesak.
"Beberapa hal di dunia ini menurut saya adalah keajaiban. Mendapatkan beasiswa, menghadiri berbagai seminar, dan memiliki teman sebaik kalian adalah keajaiban. Tapi ada satu hal yang paling ajaib menurut saya. Hal itu adalah cinta dan dia ada disini, didalam dada. Dan sekarang sudah pergi."
Dia menghela napas panjang, "Saya bahkan sudah mengerjarnya hingga ke ujung dunia tapi tak dapat. Dan saya sekarang dikirim ke ujung dunia juga untuk menjauh. Mungkin ini yang terbaik." Dia tersenyum lebar, "Beberapa kalimat tadi adalah kiasan. Banyak hal yang mudah kita capai, tapi banyak hal yang tidak. Tapi, selagi ada harapan, mari kita mencoba terus tanpa menyerah."
Aku beranjak dari kursi penonton. Rasanya semua hal dipikiranku berkecamuk. Aku bersender di salah satu pilar besar seraya memejamkan mata. Ingin menangis rasanya tapi tak bisa. Tiba2 Lee menghampiriku. "Mau pulang saja?" tanyanya. Aku menggeleng. Aku juga melihat dia dikerumuni oleh banyak mahasiswa dan dosen. Lee tampaknya mengerti dan berbisik, "Sepertinya ada urusan yang harus kamu selesaikan, Tiara."
Aku terdiam dan menatap dia. Dengan memantapkan tekad, aku menghampirinya. Dia terkejut setengah mati. "Tiara..." Aku tersenyum dan menyalaminya, "Selamat ya atas beasiswanya." Mataku berkaca-kaca. "Mungkin ini yang terbaik. Bahkan aku sudah mengejarmu hingga ke ujung dunia dan aku tak dapat. Terima kasih untuk hal-hal indah yang pernah terjadi. Terima kasih untuk cerita indah yang pernah ku posting di blog dan kamu tidak pernah membacanya. Terima kasih untuk segalanya."
Dia hanya bilang, "Semoga kita menemukan hal-hal indah lainnya, Tiara." Dan tersenyum. "Keajaiban yang satu ini adalah yang paling menyakitkan sebenarnya. Semoga kita akan terbiasa, seperti hari2 yang lalu." Sejak saat itu, semua hanya tinggal kenangan indah...
Setelah dia kembali ke tanah air dan aku masih di Alaska, awal2nya kita masih sering berhubungan baik melalui messenger atau telepon. Semakin lama semakin jarang intensitasnya. Kita masing2 ekstra sibuk. Bahkan aku terbiasa tanpa telepon darinya atau pun pesan darinya berbulan2. Hmm, masih duduk di taman bunga di tempat biasa, masih memainkan tablet dan menulis blog tentang hidupku, masih teringat dengannya, tapi menipis sedikit demi sedikit dan hilang begitu saja.
Di Alaska, aku memiliki beberapa teman. Rio si robot dan Lee. Kadang kita jalan2 bareng, menghabiskan waktu ketika weekend hanya untuk ber-kano antara satu gunung es ke gunung yang lain. Mereka sahabat baik dalam projek dan kehidupan sehari2. Nasib tragis Rio dan Lee yang suka bercanda membuatku lupa padanya. Mereka juga suka menikmati bunga dan padang rumput. Kita pergi ke Ranch bersama dan memerah susu sapi. Atau, kita habiskan waktu untuk jogging di kota.
Sampai suatu hari, aku harus kembali pulang. Lee ikut ke Jakarta karena dia ingin sekalian jalan2. Aku mengajaknya juga ke daerahku. Aku kangen Mama dan Papa. Lee hanya ikut saja karena tujuannya memang hanya untuk jalan2. Lee takjub melihat keindahan negara kita. Alaska versi panas, katanya.
Aku pulang ke rumah. Ku peluk erat orangtuaku. Mereka bilang ada acara di universitas adikku dan aku disuruh ikut serta. Aku langsung ikut. Kapan lagi aku bisa melihat acara2 disini. Lee juga antusias untuk ikut. Kita semua kesana dan aku agak sedikit terkejut karena ini adalah acara di Fakultas Kedokteran. Aku melihat seseorang menaiki panggung untuk memberikan kata sambutan. Orang itu adalah dia. Aku melihat dia, mendengarkan dia berbicara, dan dadaku tiba2 sesak.
"Beberapa hal di dunia ini menurut saya adalah keajaiban. Mendapatkan beasiswa, menghadiri berbagai seminar, dan memiliki teman sebaik kalian adalah keajaiban. Tapi ada satu hal yang paling ajaib menurut saya. Hal itu adalah cinta dan dia ada disini, didalam dada. Dan sekarang sudah pergi."
Dia menghela napas panjang, "Saya bahkan sudah mengerjarnya hingga ke ujung dunia tapi tak dapat. Dan saya sekarang dikirim ke ujung dunia juga untuk menjauh. Mungkin ini yang terbaik." Dia tersenyum lebar, "Beberapa kalimat tadi adalah kiasan. Banyak hal yang mudah kita capai, tapi banyak hal yang tidak. Tapi, selagi ada harapan, mari kita mencoba terus tanpa menyerah."

Aku terdiam dan menatap dia. Dengan memantapkan tekad, aku menghampirinya. Dia terkejut setengah mati. "Tiara..." Aku tersenyum dan menyalaminya, "Selamat ya atas beasiswanya." Mataku berkaca-kaca. "Mungkin ini yang terbaik. Bahkan aku sudah mengejarmu hingga ke ujung dunia dan aku tak dapat. Terima kasih untuk hal-hal indah yang pernah terjadi. Terima kasih untuk cerita indah yang pernah ku posting di blog dan kamu tidak pernah membacanya. Terima kasih untuk segalanya."
Dia hanya bilang, "Semoga kita menemukan hal-hal indah lainnya, Tiara." Dan tersenyum. "Keajaiban yang satu ini adalah yang paling menyakitkan sebenarnya. Semoga kita akan terbiasa, seperti hari2 yang lalu." Sejak saat itu, semua hanya tinggal kenangan indah...
16 comments:
Yah...udah cape-cape ngejar sampe ke ujung dunia tapi ga dapet :"(
kerennn alurnya, jadi penasaran , ada lanjutannya ?
Salam
Aduhhh sumpah deh ka sedih ceritanya, saya jadi terharu...
tinggal klik aja label Dokter. itu semua kumpulan ceritanya :D
wah wah....ini judulnya kejarlah cintaku sampai ke ujung dunia dong.
jodoh ga kemana, tenang saja
Allah maha membolak-balikan isi hati hambanya :D
Mut, ini benerankah????? sumpah ampe lupa klo aku punya kerjaan gara2 serius baca postingan ini, Hem... apa ya, mungkin bener kata Rio klo jodoh emank gak akan kemana, tapi bukn berarti pasrah nunggu jodoh juga sih hhe.... pokoknya pasti ada hal terbaik dari semua peristiwa kan? hhe...
Mirip beneran ceritanya... :D keren... dua jempol...
alaska itu emang udah ujungnya dunia ya? hahahaa....
Wuaaa... sedih baca ceritanya. Keren banget sih?
Kenapa gak diselesaikan aja cerita ini dan dijadiin novel spt Crush?
Kenapa sih cerita ttg dokter itu selalu sedih.. :(
asikkkk dapet beasiswa. tapi sedihnya itu harus berpisah. saya paling gak suka perpisahan. bisa nangis darah kalo ngalaminya
Berkunjung dan numpang baca ceritanya ya mbak.
Salam kenal :)
pake mozilla bisa mut :D
ini lanjutan yg ceita alaska mut ?
sedih :(
Tiara? Kayaknya saya kenal narablog dengan nama itu. :D
bahkan aku sudah mengejarmu hingga ke ujung dunia dan aku tak dapat :'(
koq nyesek..
waa jarang kesini (* ampun :D)
gmn kabarnya meut :)?
Posting Komentar