Desember 31, 2012

Cocorico Cafe

Postingan ini melanjutkan acara kuliner saya di Bandung ketika liburan Natal kemarin. Karena malam hujan terus, jadinya saya memutuskan untuk makan di Resto ini siang hari. Cocorico Cafe ini berlokasi di Jalan Bukit Pakar Timur no. 19 Bandung (022 2503262). Sepertinya ini adalah Resto baru karena perasaan dulu sewaktu kuliah nggak pernah lihat deh. Bangunannya menurut saya sangat unik, dipinggir bukit, dan arsitektur bangunannya bertumpuk-tumpuk.
Tampak dari Samping
Tampak Depan
Bagaimana dengan interiornya? Resto ini bekerja sama dengan Magnum Filter karena tulisannya ada dimana-mana. Kalian bisa memilih mau duduk di sofa atau duduk dengan seraya menikmati pemandangan indah. Kalau saya pastinya selalu ingin duduk di spot yang bisa langsung menghadap pemandangan. Indah sekali, tidak kalah dengan lampu-lampu ketika malam. Berbeda dengan The Valley yang pernah saya posting sebelumnya, Resto ini memiliki atap kaca. Jadi tetap bisa menikmati pemandangan indah dan langit biru atau pun mendung tanpa takut basah.
Bagian Sofa
Dibawah atap kaca
Pemandangan indah
Untuk makanan menurut saya standard saja, baik harga dan rasanya. Tidak ada yang terlalu spesial. Saya makan Bebek Sambal Hijau (Rp. 35,000) dan Nasi Goreng Kampung (Rp. 33,000) yang tingkat kepedasannya bisa dipilih. Saya tidak terlalu kuat pedas, jadi saya pesan yang pedas sedang. Bebek sambal hijaunya agak alot. Saya lumayan kesulitan makannya kalau menggunakan sendok garpu. Mau nggak mau harus pakai tangan. Untuk ayam yang disajikan di nasi goreng kampung juga agak alot sih dan walaupun sudah pesan yang pedas sedang, tetep aja cabe rawit di nasi gorengnya nggak nahan. Untuk kalian yang suka pedas mungkin suka, tapi kalau saya nggak kuat, hehehe. Saya suka memesan Soup of The Day (Rp. 19,000) sebagai makanan pembuka dan penutup karena sewaktu kesini sedang dalam kondisi sangat lapar. Soupnya enak banget, kental, dan gurih. Mantap banget deh apalagi disajikan dengan roti.
Nasi Goreng Kampung
Bebek Sambal Hijau
Nah, minumannya disini menurut saya enak banget. Saya pesan Xtreme Choco (Rp. 24,000) adalah minuman dengan hasil coklat yang di blender, dengan float diatasnya. Xtreme banget deh enaknya, apalagi saya pecinta coklat. Saya juga mencicipi Blue Velvet (Rp. 21,000) yang merupakan minuman soda dengan 1 scope es krim diatasnya. Sangat nikmat dan lezat deh. Saya suka banget. Karena keasyikan ngobrol dan suasana hujan membuat suhu jadi dingin banget, akhirnya saya memesan Hot Ginger (Rp. 15,000) dan Cappucino (Rp. 21,000). Hot Gingernya saya campurkan brown sugar, jadinya sangat pas untuk cuaca dingin. Untuk Cappucino, saya tidak mencicipinya karena saya emang sangat tidak suka kopi. Tapi untuk penyajiannya sangat cantik, ada bentuk hati diatasnya.
Menu minuman
Soup of the day, Xtreme Choco, dan Blue Velvet
Hot Ginger dan Cappucino
Resto ini cocok banget untuk nongkrong karena suasananya memang sangat asyik. Interiornya unik dan ada piano ditengah-tengah resto. Sepertinya dibawah resto bakalan ada penambahan interior lagi karena masih ada pembangunan. Selamat mencoba ya. Mungkin ketika kalian membaca postingan ini, sudah malam tahun baru. Selamat tahun baru 2013 yaaa. Semoga tahun depan semakin baik. Dan insya Allah saya sedang berada di Ujung Genteng ketika postingan ini di publish :D

Desember 29, 2012

The Valley Bistro Cafe

Kali ini saya akan mereview salah satu Resto yang paling ingin saya kunjungi sewaktu kuliah. Dulu pas masih kuliah nggak mampu kesini karena nggak ada duit lebih tepatnya. Hehehehe. Jujur aja, mungkin The Valley Bistro Cafe ini adalah Resto termahal di Dago Pakar. Lokasi berada di Jalan Lembah Pakar Timur 28 (Dago) Bandung (022-2511450). Agak sedikit bingung sewaktu mau kesini karena jalannya agak nyempil. Kalau kalian tau Sierra Cafe & Lounge, tinggal jalan lurus terus keatas Sierra, nanti ada belokan ke kanan.
Tampak depan dari parkiran
Resort Hotel
Ketika tiba ke Resto ini, saya memilih tempat di outdoor. Niat awal karena ingin menikmati suasana citylight kota Bandung yang romantis. Paling pas kesini memang sama pacar, hihihi. Kebanyakan pasangan-pasangan sih yang kemari. Tapi banyak juga keluarga. Oh ya, saya suka melihat outfit pelayannya karena seperti bodyguard. Bahkan ada yang menggunakan jas. Sepertinya memang beda kelasnya kalau mau makan disini.
Outdoor
Pemandangan di sore hari
Lampu-lampu hiasan
pengunjungnya rameee
Well, sempat browsing-browsing dulu sebelum kesini. Banyak yang posting kalau menu daging disini enak banget. Sewaktu membuka daftar menu, sebenarnya agak kaget juga dengan harga makanan berkisar 100rban. Ada juga jenis pasta 80rban. Kalau dibandingkan dengan Resto di Jakarta, mungkin masih termasuk mahal juga harga segitu. Saya memesan Beef Stew Stroganoff (Rp. 115,000) dan Tenderloin Steak (Rp. 115,000). Harganya lumayan WOW ya. Resto ini memang sangat mantap untuk urusan masakan dengan daging. Steaknya sangat lembut teksturnya, saosnya juga enak. Penyajiannya juga unik dan menggugah selera banget. Untuk Beef Stew Stroganoff, penyajiannya lebih unik. Ada payung kecil menancap di nasi. Baru kali ini saya makan masakan daging dengan kacang mete. Enak banget dan unik deh rasanya. Kacang mete tidak hanya enak untuk dimakan dengan coklat, tapi juga untuk daging. Porsi makanannya juga jumbo, jadi kalian tidak usah takut bakalan nggak kenyang.
Beef Stew Stroganoff
Tenderloin Steak
Untuk minuman, saya memesan Rainbow Juice dan Strawberry Alaska. Harganya Rp. 39,500. Hampir semua minuman harganya segitu dan menurut saya cukup mahal. Penyajiannya juga sangat keren dengan float dan hiasan buah-buahan di pinggiran gelas. Kalau untuk masalah rasa minuman ya sama-sama aja dimana-mana Rainbow Juice adalah ada 3 juice dalam 1 gelas, dan Strawberry Alaska adalah juice strawberry yang sangat segar sekali. Oh ya, kalian akan disuguhkan air putih yang bisa refil berkali-kali
Rainbow Juice dan Strawberry Alaska
Diluar dari makanannya, sewaktu saya kemari, Bandung sedang mengalami musim hujan. Untung saya duduk di bagian outdoor yang ada kanopinya. Tapi menurut saya kanopi tidak terlalu menolong juga karena hujan terlalu deras dan saya terkena tempiasnya. Mungkin karena kanopinya berselang-seling dan tidak semua meja tertutup kanopi. Seandainya ada atap berupa kaca bening sehingga tidak mengurangi keindahan malam, mungkin bakalan lebih indah.
Citylight
Terlepas dari itu, kalian akan merasa sangat worth makan disini. Selain karena pemandangan citylight-nya subhanallah indah, live music, dan udara dingin yang membuat suasana sangat romantis. Kalian akan dikenakan Service Charge 5.5% disini. Mahal memang, tapi pelayanannya memang five star deh. Bahkan ketika saya udah bayar bill, lalu saya masih mau stay untuk berfoto-foto, tiba-tiba ada tamu yang langsung duduk di meja saya (walaupun saya sudah selesai), tapi pelayannya langsung menegur tamu itu. Selama saya masih ada dan belum pulang, sekali pun saya sudah membayar, meja masih milik saya. Saya merasa tersanjung sama pelayanannya. Semula juga saya duduk bukan di meja yang langsung menghadap citylight. Tapi saya tinggal bilang sama pelayannya, mereka langsung me-reserve untuk saya. Sekali pun banyak orang yang tiba-tiba datang dan mengambil meja saya, mereka tetap akan menjaga meja itu untuk saya. Ahh, memuaskan sekali.

Silahkan mencoba ya. Sebenarnya The Valley itu ada Suki Garden yang merupaka Resto Jepangnya. Kalian bisa makan All U Can Eat di Suki Garden. Mungkin lain kali saya akan makan kesitu. Walaupun banyak Resto di Jakarta dimana fine dining bisa mencapai sejuta sekali makan, tapi untuk saya Resto ini masih cukup worth untuk dicoba :D

Desember 27, 2012

Iga Bakar Mas Giri

Perasaan udah lama banget nggak posting kuliner lagi. Sebenarnya di Jakarta saya lumayan sering kuliner, tapi nggak ada yang terlalu spesial. Kecuali kalau restoran sangat sangat unik, baru mau saya posting. Oh ya, saya akan mulai rajin blogwalking lagi deh. Tadi saya cobain blogwalking sejenak, ternyata banyak teman-teman yang template blognya sudah berubah ya. Saya ketinggalan jauh :(
Penampakan dari depan
Suasana didalam
Baiklah, kali ini saya akan mereview sebuah tempat makan yang menyediakan iga, namanya Iga Bakar Mas Giri. Alamatnya Jalan R.E Martadinata No. 113 Bandung (022-4261451/4262908). Saya merasa pas banget momentnya ketika makan disini karena saya sangat lapar. Rasanya ingin pesan sebanyak mungkin. Untuk makanan, saya pesan Iga Penyet (Rp. 30,000), Steak Iga (Rp. 35,000), dan Sup Iga (Rp. 21,000). Nah, harga makanan disini itu tergantung ukuran iganya. Kalau besar berarti 30rban, kalau kecil 20rban. Kebetulan untuk Sup Iga, saya dapat iga yang kecil.
Daftar menu
Iga penyetnya benar-benar enak. Sambalnya ijo, bisa langsung dicocol. Pedasnya segerrr banget. Saya suka sekali. Steaknya juga empuk dan enak. Kuah sup iga sangat gurih. Pas rasa bumbu-bumbu masakannya. Semua dagingnya empuk. Untuk orang yang sering sakit gigi seperti saya, tekstur iga yang sangat empuk seperti ini sangat menolong. Saking menikmati makanannya, saya pesan nasi 1 bakul Rp. 15,000. Lapar mata nih tampaknya.
Steak Iga
Iga Penyet
Sup Iga
Yang paling berkesan bagi saya adalah minumannya. Pesanan saya sederhana, hanya Lemon Tea (Rp. 7,000) dan Teh Tarik (Rp. 11,000). Lemon Teanya benar-benar sedaappppp. Rasa tehnya itu berbeda dengan teh biasa. Wangi sekali dan nikmat. Teh tariknya juga mantep bener deh. Ini pasti karena tehnya yang memang beda. Apalagi kita minum di saat hujan melanda bandung dengan derasnya dan awet. Heran deh, hari itu hujan nggak berhenti sama sekali dengan kuantitas yang sama lebatnya dari siang sampai malam. Wajar deh kalau banjir.
Melahap segalanya
Well, tempat makan yang satu ini memang paling pas untuk pencinta Iga. Harganya juga masih sangat bersahabat. Selamat mencoba ya.

Desember 26, 2012

8 Tahun Tsunami

Hmm, tanpa terasa, sudah 8 tahun berlalu sejak peristiwa dahsyat tahun 2004, Tsunami Aceh. Seolah-olah peristiwa itu baru terjadi beberapa bulan yang lalu. Masih teringat wajah-wajah teman-teman yang meninggal. Kadang-kadang kalau di jalan ketemu orang yang mirip dengan mereka, saya pasti berhenti dan memperhatikan orang itu. Seperti kemarin dalam travel menuju Jakarta, saya melihat orang mirip dengan Ivan, seorang teman yang selalu menyapa saya di lorong sekolah setiap pagi. Sayangnya, dia sudah meninggal.

Ntah mungkin peristiwa tsunami memberikan pelajaran sangat berharga bagi saya. 8 tahun yang lalu saya mengira saya akan segera mati ketika melihat ombak terlalu tinggi diatas rumah. Seolah-olah sedang kiamat. Hal yang membuat saya yakin kalau hari itu bukan kiamat adalah langit sangat cerah. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa langit terbelah ketika kiamat:

Surat Al – Infitar (1-3):
"Apabila langit terbelah. Dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan. Dan apabila lautan dijadikan meluap" 

Surat Al-Qari'ah (4-5):
"Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan."

Mungkin saat itu, otak saya masih jalan dan saya tetap berpikiri untuk menyelematkan diri juga adik saya. Kalau memang hari ini bukan kiamat, saya ingin selamat. Tapi kalau memang kiamat, maka saya mau pasrah aja. Kalau kiamat 'kan mau lari sana sini juga pasti mati. Apalagi ketika melihat ombak bergulung-gulung menerjang rumah-rumah di belakang saya, perahu nelayan naik ke jalan, gempa dan getarannya sangat dahsyat, aah, seakan bumi retak saat itu.

Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk hidup.Walaupun kadang sempat terpikir, kalau saya mati saat itu, mungkin saya akan mendapatkan pahala syahid karena meninggal dalam bencana alam. Tapi, mungkin Allah memberikan kesempatan hidup untuk saya agar saya bisa berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Insya Allah tidak akan saya sia-siakan :)

Desember 21, 2012

Film Habibie dan Ainun

Kemarin saya akhirnya menonton film ini. Saya penasaran karena setiap nonton bioskop, saya selalu melihat trailernya dan sepertinya filmnya sedih. Jadi pengen nonton deh. Apalagi ini film tentang Pak Habibie, sosok yang menurut saya adalah orang yang sangat hebat. Saya memang belum membaca bukunya, tapi sepertinya film cukup menginterpretasikan isi buku deh.

Pemeran Habibie di film ini adalah Reza Rahadian. Duh aktingnya manteppp bener deh. Mana cowoknya guantengg. Hehehe. Logatnya bener-bener Pak Habibie. Kadang-kadang agak nggak jelas dengerin dia bilang apa. Syutingnya juga ada yang berlokasi di Jerman. Kalian akan dimanjakan dengan pemandangan indah kota Munich, Hamburg. 

Saya terharu banget sewaktu adegan Pak Habibie melamar ibu Ainun. "Mungkin saya tidak bisa menjanjikan apa-apa dengan kehidupan kita selanjutnya, tapi aku janji, aku akan menjadi suami terbaik buat Ainun." Ahhh, saya langsung terharu. Dulu kehidupan mereka di Jerman sangat sederhana. Bahkan Pak Habibi sewaktu mau pulang ke rumah, dia punya uang lagi untuk naik kereta. Padahal hujan salju dan membuat dia harus jalan sampai rumah. Sepatunya sobek lagi. Dirumah Ibu Ainun (diperankan oleh BCL) menunggunya. Kaki Pak Habibie sampai lecet karena jalan kaki dengan sepatu sobek. Dia lalu berjanji pada Ibu Ainun, "Aku akan membuat truk terbang untukmu dan Indonesia suatu hari."

Sepertinya salah kalau saya pernah berpikir kalau Pak Habibie lebih suka di Jerman. Nyatanya dia sendiri berjanji untuk mengabdikan diri pada Indonesia. Dia bahkan menuliskan surat untuk menulis janjinya. Ketika dia pulang ke Indonesia, dia tidak mau di sogok ini itu untuk proyek pengadaan pesawat terbang karena dari royaltinya pun dia sudah merasa cukup. Orang yang tegas, berpikir maju. Beliau orang yang ingin bangsa ini mandiri. Untuk itu sarana transportasi harus dibangun. Terlihat kebanggaan yang luar biasa ketika pesawat N250 terbang untuk pertama kali dan hasil karya anak bangsa.

Ketika sudah tidak lagi menjabat presiden, beliau kembali ke Pabrik pesawat dan menangis. Indonesia memiliki 17000 pulau. Kalau saja pesawat ini diproduksi secara massal. Duh, adegan ini bikin saya nangis banget. Apalagi sewaktu Ibu Ainun udah sakit-sakitan, beliau masih ingat untuk mempersiapkan obat suaminya, padahal beliau akan dioperasi. 

Ah, sudahlah. Nonton aja sendiri. Yang pasti, Indonesia masih memiliki orang yang sangat cinta pada negaranya, menginginkan bangsanya untuk maju. Orang yang pintar, sayang keluarga, dan baik hati. Semoga suatu hari proyek pembuatan pesawat milik anak bangsa bisa berlanjut dan beliau menyaksikannya dengan bangga. 

Sepertinya saya mau hunting bukunya. Tapi, nanti saya nangis lagi... Ah, sudahlah :)

Desember 14, 2012

Unjuk Rasa depan Gedung MPR-DPR

Hari ini sepertinya saya agak sial. Saya sudah berniat berangkat kerja pagi hari ini, tapi gagal. Saya sudah di halte busway sejak jam 8 pagi. Perhitungan saya jam 9 kurang itu sudah sampai ke kantor. Seperti biasa, saya naik busway di Karet Kuningan, transit di Kuningan Barat dan menuju Slipi Petamburan.

Ketika di Kuningan Barat, petugas busway bilang bahwa bus tidak melewati Senayan JCC dan Slipi Petamburan. Bakalan naik tol dan berhenti di halte Slipi Kemanggisan karena ada demo. Awalnya saya pikir, ya udah deh palingan saya bakalan jalan kaki dari Slipi Kemanggisan ke Slipi Petamburan. Jadi saya naik busway dengan santai bahkan membawa komik.

Setelah melewati halte LIPI, saya lihat banyak sekali bus di tol yang menurunkan penumpang dengan seragam dinas. Yang lebih aneh lagi adalah bus-bus itu berasal dari luar Jakarta. Ada dari Bandung, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan lainnya. Suasana mulai crowded dan saya sedang berusaha tenang sambil melanjutkan baca komik. Sesampai saya di halte Semanggi, penumpang busway disuruh turun semua karena jalan di blokir. Busway tidak bisa lewat sehingga kalau mau ke Grogol, harus mengambil jalan memutar dari Harmoni.

Saya masih berdiri melihat kearah jalan menuju Slipi dari Halte busway Semanggi. Saya melihat para polisi memperingatkan para kendaraan untuk tidak melintas dan mengambil jalan memutar. Tapi ada juga orang yang nekat menerobos. Udah dibilang jangan lewat, nanti kenapa-napa, masiiiih aja menerobos. Seolah-olah pada nggak sayang dengan nyawa sendiri. 

Akhirnya saya berjalan menuju Halte Benhil, transit dari Semanggi. Lalu saya naik busway langsung menuju Grogol. Untung tidak terlalu berdesakan didalam bus jadi saya bisa kembali baca komik. Sampai komik saya pun selesai, dan saya tiba di Halte Grogol. Saya sudah mengitari Jakarta pagi ini.

Ternyata perjalanan menuju kantor tidak terlalu mulus walaupun sudah sampai di Halte Grogol. Buswaynya juga nggak ada. AAHHH! Orang-orang sudah pada loncat keluar halte dan menyebrang jalan. Awalnya saya punya niat yang sama, tapi bus kota dan kopaja nggak ada yang lewat satu pun. Saya langsung menarik napas, tidak ada jalan lain, berarti saya harus jalan kaki. Dan perjalan pun dimulai. Untung saya sering hiking sehingga perjalanan saya ke kantor selama 45 menit terasa tidak terlalu berat. Untung juga cuaca nggak terik jadinya tidak terlalu berkeringat. Saya beli teh botol dulu di jalan agar tidak terlalu haus.

Setelah sampai di kantor, saya minum sebanyak-banyaknya dan beristirahat. Ahh, perjalanan panjang. Mana asap kendaraan parah banget lagi di jalan. Kalau hiking kan udaranya bersih. HUFT! Anyway, saya baca detik.com untuk cari tau ada apa sebenarnya. Sekalian lihat foto-foto para pengunjuk rasa.
dapat dari detik.com

Kalian bisa masuk ke http://foto.detik.com/readfoto/2012/12/14/132122/2118600/157/1/ribuan-polisi-amankan-demo-kades-di-dpr?991105462 untuk melihat foto-fotonya. Dari atas gedung kantor saya lihat banyak mobil putar balik di jalan tol karena melihat ada barisan mobil sangat panjang di depannya. Ahh, sungguh hari yang melelahkan sekali. Bagaimana nanti saya pulang ya? hmmm...

Desember 04, 2012

Ketika Bertemu Ayah

Rasanya otak saya kepenuhan inspirasi untuk menulis buku CRUSH 2. Selain karena permintaan semakin banyak untuk melanjutkan buku pertamanya, beberapa film dan banyak kejadian seru membuat inspirasi saya semakin membludak. Tapi tenang ya, saya sedang mengusahakan untuk segera diterbitkan dan berada di toko buku kesayangan kalian. Buat yang mau membaca yang pertama, sekarang udah ada di seluruh Gramedia, Toko Gunung Agung, Togamas, dan beberapa toko buku lainnya.

***
Terlalu banyak kejadian yang terjadi setelah mereka datang. Kemarin aku hampir mati. Untung Allysha menyelamatkanku. Dan yang paling parah lagi adalah sisi jahat Allysha keluar lagi dan sekarang dia tidak bisa kembali. Sejauh ini Allysha masih bisa dikendalikan. Tapi aku tidak tau sampai kapan. Aku juga tidak mungkin mengurungnya agar tidak memperparah suasana. Bisa-bisa Allysha memanggil TerraGuardian untuk menghancurkan rumahku.

Aku memutuskan untuk menggunakan Jamm (Guardian waktu) dan kembali ke 30 tahun yang lalu dan aku tidak kembali ke dunia biasa. Aku pergi menuju Desa Para Pemanggil Guardian. Dulu, Ms. Silvi membunuh seorang kakek disini. Sekarang aku yang harus mencari tau sendiri sebenarnya Desa seperti apa ini.

Jamm tidak mendaratkan aku dengan mulus. Aku jatuh dari langit dan tersangkut di dahan pohon. Kalau bukan karena ilmu bela diriku yang sangat hebat, mungkin aku harus tinggal diatas pohon dan berharap ada orang yang lewat untuk menolongku. Aku turun dari pohon dan berjalan menyusuri jalan setapak. Suasana terasa angker. Tiba-tiba aku merasakan kehadiran beberapa guardian. Aku menoleh dan melihat five element (5 guardian dengan kekuatan api, air, angin, tanah, dan petir) sedang berputar dan berkejar-kejaran. Tubuh mereka tidak sekecil di duniaku. Ukuran mereka normal, sama seperti aku. Kenapa mereka bisa sebebas itu berkeliaran kemana pun? Mereka menyadari kehadiranku dan mendekat.

Aku bergumam dalam hati. Aku memanggil five element juga, dan milikku lebih kecil. Sesama five element jadi saling bertatapan. Aku jadi terkikik sendiri melihat mereka. Aku meninggalkan five element milikku disana dan melanjutkan berjalan menyusuri hutan. Aku melihat seorang laki-laki yang sedang tidur santai. Aku mendekatinya tapi seketika ada bola cahaya yang mencegahku.

"Siapa?" tanya laki-laki itu.
"Umm, saya tersesat disini." Jawabku.
Laki-laki itu bangun dan menatap kearahku. Sejenak aku terdiam menatapnya. Dia bangun dan menghilangkan bola pelindungnya. Ntah kenapa tiba-tiba mataku jadi panas menatap matanya. Seolah rasa rinduku selama ini, sejak aku berumur 6 tahun, terlalu dalam.

"Kenapa denganmu?" tanyanya.
"Ayah..." panggilku lirih.
Dia mengernyit, "Ayah?" tanyanya heran. "Umurku baru 23 tahun. Aku bahkan belum menikah. Bagaimana aku punya anak?"
Aku jadi bingung harus menjelaskan apa. Aku memperkenalkan diri saja, "Namaku Haekal."
"Ouh, aku Salman Al-Farishi." Ucapnya sambil mengangkatkan tangan.
"Namaku Haekal Al-Farishi Ayah..."
Salman terkejut, "HEEE? Mana mungkin." Dia masih tidak terima. "Dan jangan panggil aku Ayah!"
"Ayah, baca pikiranku." Aku memberikan tanganku padanya.
Salman menyentuhnya, "Kau seorang pemanggil Guardian??" herannya.
"Aku memiliki 4 TerraGuardian dan 2 diantaranya diwariskan oleh Ayah."
"Machinoo 1st dan Lelona 2nd? Kau memilikinya?"
Aku mengangguk.
"Dan aku punya anak laki-laki di masa depan?" Salman memegang dagunya seraya berpikir. "Ahh, mungkin aku kelamaan tidur siang disini dan aku harus segera pulang."
Ayah kembali menatapku. "Aaaah, tapi kau nyata. AKU PUNYA ANAAAK?" Ayah berteriak. Tampaknya Ayah masih kurang menerima kenyataan.
"Ayah," kataku menenangkan.
"Haduwwh, jangan panggil aku Ayah." Kata Ayah geram tapi lucu. Aku jadi terkikik. Sepertinya dia masih tidak menyangka kalau anaknya bakalan datang. Rasanya aku kangen. Sudah 15 tahun aku tidak melihat Ayah. Sekarang malah bertemu dengan Ayah versi sangat muda.
"Tunggu!" kata Ayah. "Kalau kau memang berasal dari masa depan dan aku adalah Ayahmu, lalu dimana aku pada saat sekarang? Maksudku, saat kamu datang ke masa ini, aku ada dimana?"
Rasanya mataku langsung panas kembali. Aku seolah tak sanggup mengucapkan, "Ayah sudah meninggal... Bahkan sejak aku berusia 6 tahun." Sahutku seraya terisak.
"Apa?" Ayah langsung terdiam membeku. Dan aku tak sanggup menceritakan kejadian sebenarnya.

Dan perjalananku ke dunia para Guardian pun dimulai...

November 27, 2012

Vertigo dan Keracunan Makanan

Baiklah, khusus untuk postingan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman saya untuk pertama kalinya selama merantau dan jauh dari keluarga, diopname di Rumah Sakit. Oh tidak! Memang sebenarnya ini bukan pengalaman saya yang pertama diopname, karena biasanya pasti ada Mama disamping saya. Kali ini lain, ditemani dengan adik tercinta yang setia menemani, saya menghabiskan waktu 3 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina.

Cerita bermula ketika hari Rabu, saya pergi ke kantor dengan sangat sehat wal'afiat tanpa perasaan bakalan sakit. Bahkan nggak merasa mau flu juga (penyakit yang biasa datang). Saya jajan kue sus di bawah halte busway untuk sarapan. Saya memang biasa jajan disini, tapi ntah kenapa kali ini rasa selainya menurut saya agak aneh. Saya abaikan saja deh akhirnya, lalu tetap menikmati kue sus sampai beres. Makan siangnya di warung padang belakang kantor dengan menu rendang dan perkedel. Lalu saya beli rujak untuk dicemil sambil mengerjakan report. Semua berjalan seperti biasa. Tanpa ada tanda-tanda bakalan sakit.

Akhirnya ketika jam 3, saya melepaskan headset dan merasa kepala saya pusing. Saya kira hanya pusing biasa. Saya shalat Ashar dan terasa sakit sekali ketika sujud. Rasanya itu seperti dunia terbalik. Selesai shalat, saya kembali ke meja saya dan mulai merasa-rasa sakitnya. Saya oles minyak angin berharap bakalan berkurang sakit kepala saya. Efeknya malah menjadi-jadi, saya diare. Bahkan sampai 2x dalam selang waktu 1 jam. Saya akhirnya ijin pulang. Rasanya dunia di penglihatan saya mulai berputar-putar sehingga saya harus berpegang pada dinding-dinding kantor sampai jembatan penyebrangan. Saya pulang ditemani oleh 2 teman saya. Setelah sampai kosan, saya turun, dan dunia berputar semakin cepat. Saya jadi merasa ingin muntah, tapi masih saya tahan. Saya duduk dibangku sejenak, melanjutkan jalan ke ruang tamu kosan, duduk lagi, berputar-putar lagi kepala saya dengan parahnya, dan saya berusaha naik tangga kosan menuju kamar.

Adzan magrib berkumandang. Saya terpaksa shalat sambil tidur bahkan bertayamum. Pas setelah shalat, saya muntah dengan sangat parah. Nggak pernah rasanya muntah separah kemarin. Dilanjutkan dengan diare yang membuat saya berusaha keras ke kamar mandi. Untung wc duduk dan saya bisa bersandar di dinding. Muntah dan diare itu kombinasi sangat mantap untuk membuat tubuh saya pucat pasi. Saya telepon kakak saya yang kebetulan seorang dokter, bertanya dan bercerita tentang apa yang saya alami. Awalnya dia mengambil kesimpulan kalau saya keracunan makanan. Dia memberikan beberapa obat dan saya tunggu reaksi sampai besok. Pacar datang membawa makan malam. Saya nggak mau makan, takut muntah dan merepotkan dia. Tapi keburu muntah juga. Hampir mati rasanya.

Diinfus :'(
Keesokan paginya saya diare lagi dan kepala sangat pusing. Tidak ada tanda-tanda lebih baik dari kemarin. Saya telepon adik saya, menyuruhnya langsung datang ke kosan untuk membawa saya ke Rumah Sakit. Saya sudah tidak kuat lagi. Saya tanya teman saya dimana saja rumah sakit yang rekanan dengan asuransi kantor saya (karena kantor baru jadi nggak tau dimana rumah sakit rekanan). Saya memilih Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) karena dekat dan yang saya tau RS ini sangat mantap pelayanannya. Saya langsung dilarikan ke UGD, perawat dan dokter langsung datang, saya di infus dan disuntik bermacam-macam, baru saya merasa enakan. Awalnya lemas sekali, tidak sanggup jalan sama sekali.

Saya disuruh CT SCAN, karena dokter takut saya muntah dan pusing itu ada efek ke otak. Haduwh, saya takuuuuut. Mana CT SCAN itu alatnya gede, saya juga takut kalau ketemu sesuatu (takut menerima kenyataan). Akhirnya saya menunda dulu CT SCAN. Saya diopname deh akhirnya. Ditemani adik tercinta. Sebenarnya untuk anak kosan, ada baiknya juga di opname. Selain karena ada yang ngurusin, ada suster, makanan jelas, dan istirahat sejenak dari urusan kantor. Kalau diem di kosan, makan harus beli, diem sendiri di kamar lagi, lebih baik di RS deh.

CT SCAN, ngeri kan?
Keesokan harinya setelah saya rada kuat untuk duduk, saya mau di CT SCAN. Hasil pengecekan darah sangat baik, mungkin karena saya muntah dan diare sehingga racun dalam darah (kalau benar keracunan makanan) sudah hilang. Saya bilang ke dokter spesialis syaraf kalau saya takut alatnya, gede banget. Kata dokter, "Kok takut? Disentuh aja nggak." Saya pengen pulang juga karena bosen di RS. Eh, malah diomelin, "Saya heran pasien masih nggak bisa duduk begini malah minta pulang." Oke dok, saya nurut, huaaaa T_T.

Sempat panik juga ketika di CT SCAN, saya masih menggunakan anting (tidak boleh ada logam karena ikut terfoto). Kan saya panik ketika suster tiba-tiba masuk, sedangkan saya sedang berada di tengah lingkaran alat CT SCAN. Saya kira bakalan kesetrum, hehehehe. Terasa ada wave gitu ketika saya masuk ke alatnya. Apa hanya perasaan saya aja ya?

Alhamdulillah hasil CT SCAN tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kelainan. Phiuuuh. Saya udah takut ada hal aneh-aneh nantinya. Teman sekamar saya terkena tumor tulang belakang yang membuat syarafnya terjepit dan dia lumpuh. Semakin takut deh saya di CT SCAN. Tapi udah beres CT SCANnya, udah keluar juga dari RS, dan dapat banyak makanan hasil dari jengukan teman-teman. Dokter memberikan saya obat vertigo karena pusing yang berputar. Tapi sumpah, penyakit ini sangat-sangat nggak enak karena saya jadi nggak bisa duduk apalagi berdiri. Jangan sampai kena lagi.

Saya menulis ini masih berleha-leha di kosan. Masih harus istirahat.

November 24, 2012

Curug Bojong Koneng Part 2

Buat yang sudah baca Curug Bojong Koneng Part 1, saatnya saya melanjutkan ceritanya. Sebenarnya postingan ini ingin saya tulis hari Rabu kemarin. Eh, ntah kenapa tiba-tiba saya jatuh sakit. Postingan selanjutnya saya akan menuliskan tentang pengalaman di rawat di RS.

Setelah melihat Curug dari kejauhan, kami masih berjalan kaki mengikuti jalan setapak sampai akhirnya bertemu dengan beberapa cowok di sebuah balai. Mereka petugas taman wisata Curug ternyata. Tiket masuk kesini lumayan mahal menurut saya Rp. 20,000. Kami harus melewati sungat kecil berbatu lalu masih berjalan mendaki sedikit, baru menemukan Curug seutuhnya.
Sungai kecil berbatu
Nanjak lagi
Arena wisata seperti ini sudah jadi sangat komersil. Terlihat dengan akan dibangunnya sejenis Waterboom dan kolam. Karena pembangunan itu, areal kolam jadi berwarna tanah. Anehnya masih banyak yang mau mandi dan berenang di air berwarna tanah itu. Huft! Saya sih ogah. 
Dua batu besar yang di cat
Curug Bojong Koneng ini diapit oleh 2 batu super sangat besar dan sudah di cat. Maunya warna aslinya saja ya, biar lebih indah. Saya lebih memilih bermain pas dibawah Curug karena airnya sangat jernih dan dinginnnn banget. Cuma semburan anginnya terlalu deras dan membuat jilbab saya berkibar-kibar. Tapi, tidak ada yang terlalu spesial disini. Saya juga rada ogah mandi. Sempat basah-basahan menikmati semburan air, lalu kami memutuskan untuk pulang. 
Bersender di batu
Dibawah air terjun
Karena merasa masih laper, saya melihat ada tukang es durian disana. Setelah menikmati es dengan gelas imut-imut dan burger kecil, rada syok karena harganya Rp. 8,000 untuk porsi sekecil itu. OMG! Tapi, nggak apa-apa deh, kasian penjual es durennya. Setelah kenyang, kami memutuskan untuk pulang. Awalnya saya ingin ke Curug 2 dulu, tapi sudah lelah. Bahkan sudah tidak mau berjalan kaki lagi untuk pulang.
Es Durian
Kami memutuskan untuk ngojek dari Curug. Sebaiknya disini kalau menawar ojek, dengan menggunakan bahasa Sunda. Setelah capek menawar, akhirnya dapat juga harga Rp. 30,000 dari Curug ke Mall Bellanova di Sentul City (perkiraan kalau pakai motor bakalan cepat). Ternyata oh ternyata, dengan kecepatan mengendarai motor yang mengerikan, jarak antara Curug bahkan ke pertigaan tempat kami memotong jalan saja sangaaaaaaaaaaaaaaaat jauh. Masya Allah. berasa kurang gitu ngasih Rp. 30,000. Dan yang paling bikin jantung lemes adalah ketika dibonceng si abang ojek. Jalanan naik turun dibablas dengan kecepatan tinggi, tanpa helm lagi. Haduwh! Wajah saya udah kayak si Komeng di iklan sepeda motor itu. Jantung juga hampir stop. Mengerikan!

Alhamdulillah tiba di Bellanova dengan selamat. Hufff!

November 18, 2012

Curug Bojong Koneng Part 1

Longweekend kemarin, tepatnya hari kamis, saya bersama teman-teman akhirnya berwisata alam kembali. Terakhir wisata alam ke Karimun Jawa bulan 5 kemarin pas ada very longweekend juga. Asyik deh jalan-jalan ke alam terbuka. Tapi kaki pegel-pegel banget. Tujuan kali ini adalah Curug Bojong Koneng karena terdapat di desa Bojong Koneng, Sentul. Tapi ada yang bilang kalau Curug ini adalah Curug Luhur. Tapi sepertinya beda deh, karena ketika saya browsing, Curug Luhur dekat dengan Curug Nangka dan berada di daerah Bogor.

Baiklah, saya akan bercerita sedikit tentang perjalan menuju Curug. Dari kosan saya di daerah Kuningan, saya pergi ke depan Semanggi (komdak) untuk menunggu bus jurusan Cibinong. Perjalanan ke Cibinong kira-kira 30 menit lalu turun di Citereup Jagorawi. Kami lalu menaiki taksi menuju Taman Budaya Sentul. Taksi kalau udah berjalan di tol pasti cepet banget argonya naik. Ketika ketemu Sentul City, kalian tinggal ambil jalan ke kiri untuk menuju Taman Budaya. Sampai di Taman Budaya, argo taksinya Rp. 52,000 pakai bluebird. Mahal ya, untung untuk rame-rame.
Perjalanan dimulai dari Taman Budaya
Kami bertanya pada warga sekitar kemana arah Curug Bojong Koneng. Mereka bilang dari Taman Budaya hanya 3 km saja menuju Curug, tapi tidak disarankan jalan kaki karena bisa 2 atau 3 jam sampainya. Logikanya mana mungkin 3 km jalan kaki bisa memakan waktu selama itu. Jadi kami langsung aja melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Sekalian menikmati perjalanan dimana pemandangannya sangat indah dan asri.
Seperti Lintasan kalau dilihat dari atas
Semakin lama perjalanan semakin menanjak. Ntah berapa kali berhenti di warung untuk beli minuman dan ngemil. Termasuk berhenti sholat zuhur di mesjid-mesjid terdekat. Setiap orang yang kami tanya, semuanya bilang kalau Curugnya jauh sekali, 2 km lagi. Padahal 2 km itu dekat, tapi karena jalannya nanjak, haduwwh!! Kalian tau, suasana daerah sini sangat desa. Banyak peternakan kambing dan ayam. Memang sih jalannya sudah di aspal dan kalau kita berjalan terus langsung sampai ke Curug (jalan dibuat memang untuk memudahkan pengendara motor dan mobil langsung menuju Curug).
Istirahat dan bergaya sejenak
Ketika selesai shalat zuhur, kami mampir di warung bakso. Baksonya enaaak banget dan hanya Rp. 5000 sajaaa. OMG, masih ada ya harga baso hari gini 5000. Senang banget deh. Kami juga tanya sama abang baksonya kemana arah jalan menuju Curug yang lebih dekat (kami sudah berjalan 2 jam). Dia bilang nanti ada pertigaan, kita tinggal belok kiri masuk ke desa-desa. Kalau ikutin jalan mungkin masih butuh waktu 2 jam lagi. Oh tidak!

Perjalanan dilanjutkan
Kami menemukan pertigaan dan berbelok ke kiri. Daerahnya memang sangat desa. Ntah berapa kali kami menemukan kandang kambing dan banyak ayam berlari-larian kesana kemari. Bahkan masih banyak anak-anak baru pulang sholat berjamaah di mesjid. Sampai akhirnya bertemu plang bertulisan Curug 2 dan ada bapak-bapak yang samperin kita. Katanya kalau mau ke Curug 1 (lebih bagus) harus lewat jalan sini (ada jalan setapak).
Melewati kampung
Jalan setapaknya dipenuhi bebatuan dan kembali mendaki. Haduwh bener-bener deh saya capek sekali. Tiba-tiba di tengah-tengah pendakian ada anak kecil yang bilang, "lewat sini." Awalnya saya rada takut, itu anak, hantu bukan ya? Senyum nggak, mukanya datar aja. Muncul tiba-tiba lagi. Tapi karena rame-rame, jadi pasrah ajalah kalau emang 'tu anak, hantu. Tapi ternyata anak itu membawa kami melalui jalan pintas untuk sampai dengan cepat ke Curug. Hanya dalam waktu 30 menit melalui sawah yang hijau dan perkebunan, akhirnya saya melihat Curug dari kejauhan. Kami memberikan tip ke si anak, lalu melanjutkan perjalanan kembali hingga ke Curug.
Perkebunan
Sawah
Akhirnya air terjun terlihat
Cerita dilanjutkan ke Part 2 ya :)

November 14, 2012

Bahaya Kemacetan Jakarta

Kemarin seperti biasa saya pulang dari kantor dengan menggunakan taksi. Ntah kenapa, kalau  memasuki musim hujan, Jakarta dilanda macet lebih parah daripada biasanya. Biasanya setiap pulang kerja, saya melalui Jl. Pejompongan teruuuss sampai tembus ke Landmark dan nggak macet. Nah, senin dan selasa kemarin puncaknya macet. Argo taksi sampai Rp. 50,000, dua kali lipat dari biasanya. Sebenarnya bukan masalah argo juga, tapi saya menghabiskan waktu 1 jam hanya untuk pulang ke kosan (setengah perjalanan ke Bandung). Ini baru dinamakan, tua dijalan.

Ada yang lebih berbahaya lagi. Ini saya alami sendiri. Ketika saya pulang kantor dan melewati Jl. Pejompongan seperti biasa, ada kereta api melintas. Ada palang otomatis yang seketika turun dan saya dengan sabar menunggunya. Taksi saya termasuk barisan antrian di dekat dengan palang. Ketika palang terbuka, taksi saya maju. Tapi karena macetnya, jadi majunya sedikit demi sedikit.

Nah, yang membuat saya masih lemes sampai sekarang adalah ketika saya masih berada di jalur kereta, tiba-tiba terdengar bunyi teng teng teng teng (pertanda kereta selanjutnya akan melintas). Dari kejauhan saya sudah melihat ada 2 cahaya lampu kereta yang semakin mendekat dan saya masih stuck di rel. Saya langsung panik dan berdoa seketika. Mana mobil di depan saya tidak ada tanda-tanda akan maju karena macetnya memang nggak gerak. Melihat lampu kereta semakin mendekat, saya ambil tas, saya suruh juga sopir taksi untuk ikut keluar. Pas ketika akan buka pintu mobil, mobil di depan saya maju, dan taksi saya bisa keluar dari jalur kereta. Seketika itu juga, selang hanya beberapa detik, kereta api datang dan melintas dibelakang saya. Allah masih memberikan saya kesempatan untuk hidup, Alhamdulillah. Saya melihat mobil merk CRV dimana mobilnya hanya berjarak beberapa centimeter saja dari kereta yang melintas. Masih merinding memikirkannya.

Setelah kejadian itu, perjalanan saya menuju kosan tetap saja terhambat macet yang benar-benar nggak bergerak. Akhirnya sopir taksinya mengambil jalan menuju Bendungan Hilir dan keluar di Sudirman. Paling nggak kalau macet di Sudirman itu masih bergerak.

Saya jadi berpikir, memang memperbanyak jumlah transportasi umum seperti kereta itu sangat baik. Tapi kalau terlalu cepat seperti kemarin, dimana selang waktu hanya 5 menit, rasanya sangat berbahaya untuk kondisi Jakarta yang selalu macet. Apalagi kalau macet nggak gerak sama sekali. Semoga kedepan ada rencana yang lebih baik untuk menghindari kecelakaan tertabrak kereta. Mana supir taksinya cerita, temennya sopir taksi yang melintas di pasar minggu, meninggal karena tertabrak kereta juga. Kalau saya sih mending turun, mobil aja yang ditabrak. Kan nggak bisa gerak juga karena macet. Nyawa hanya 1 dan nggak akan bisa balik lagi.

Semoga bermanfaat :)

Follow me

My Trip