Januari 16, 2012

Hafalan Shalat Delisa

Baru kelar baca buku ini kemarin. Padahal udah terbit dari tahun 2005 mungkin yah? Awalnya saya iseng-iseng nonton filmnya sewaktu lagi di Ciwalk. Saya memang pernah dengar kalau bukunya best seller dan saya suka nonton film Indonesia yang awalnya cerita novel. Memang sih nggak bisa berharap persis sama dengan yang di novel karena ada tsunaminya. Untuk hal yang satu ini, harus jago efek komputer seperti film 2012 baru keren.

Cerita bermula dari desa Lhoknga yang terdapat di pinggir pantai. Mungkin untuk settingan di Aceh, saya tahu persis bagaimana kondisi daerahnya ketika setelah tsunami. Benar-benar luluh lantak. Bahkan kapal batu bara sampai parkir di daratan (hanya kekuasaan Allah yang mampu melakukannya). Keluarga Ummi Salamah (Nirina), Abi Usman (Reza Rahardian), dan 4 anak mereka : Fatimah, Zahra, Aisyah, dan Delisa si bungsu. Keluarga mereka harmonis dan religius (ciri khas masyarakat Aceh, alhamdulillah).

Delisa yang berumur 6 tahun mempunyai deadline untuk menyelesaikan bacaan shalat. Hanya saja dia agak kesulitan menghafal karena hafalannya jadi kebolak-balik terus. Apalagi dia suka bertengkar dengan kakaknya Aisyah. Suatu hari ummi membelikan kado untuk Delisa sebagai hadiah apabila nanti ujian hafalan shalatnya lulus. Kalung dengan liontin D untuk Delisa.

Hanya saja ujian hafalan shalat yang digelar tanggal 26 Desember 2004 itu berubah kelam. Gempa dahsyat disertai tsunami meluluh lantakkan Aceh termasuk Lhoknga. Kakak-kakak Delisa termasuk Ummi terkena tsunami. Ia tinggal bersama Abi dan dari situlah cerita selanjutnya dimulai.

Sungguh, buku ini bisa membuat saya menghabiskan setengah kotak tissu karena air mata tidak berhenti mengalir. Sebenarnya saya menonton filmnya dulu, baru baca bukunya. Pemeran kakak-kakak Delisa di film agak kaku, mungkin karena pemain baru. Lagian, beberapa cerita di film agak sedikit berbeda dengan yang di buku. Karena tidak puas nonton, maka saya beli bukunya, dan cukup membuat weekend saya kemarin banjir air mata.... Penggalan kalimat-kalimat di dalam novel begitu menyentuh. Hal yang membuat kita mengingat mati, menyadarkan kita akan hakikat hidup.

"Delisa cinta Ummi karena Allah"

12 comments:

titoHeyzi mengatakan...

banyak juga ya gara2 nonton film nya, trus penasaran jadi baca novelnya...

aku blum sempat nonton nih filmnya kak,, sedih ga seperti di novelnya?

al kahfi mengatakan...

sepertinya menarik ya,boleh nih dicoba....:)

R10 mengatakan...

novel memang selalu lebih bagus dari film, krn tidak ada batas waktu... dan juga budget produksi :D

Brian mengatakan...

Ada award buat kk
http://praszetyawan.blogspot.com/2012/01/akhirnya-dapet-award-lagi.html

Cut Ratu mengatakan...

Halo Mutia baru sempat mampir lagi nih....iya saya juga kurang puas nonton filmnya. walalupun blm baca novelnya tapi kalau baca sedikit penggalan cerita di novelnya rasanya pasti jauh lebih bagus novelnya. banyak adegan2 yang kurang terangkat dengan baik sepertinya yah...tapi karena dari sisi tema cerita udah menyentuh sukses juga bikin nangis and terharu biru.. apalagi lagu ibu dari Rafly... menyentuh banget yah... :-)

dokunimus mengatakan...

itu juga ada yang versi ebooknya juga lho.

Fairysha mengatakan...

saya sudah baca novelnya udah lama banget, masih jaman kuliahan kalo ga salah, dan dari novel haafalan sholat delisha lah, saya menjadi fanatik dengan tulisan2 Tere Liye. Ceritanya menyentuh jauh samapai ke relung. salut,,,, :)

mengenai filmnya, di awal cerita agak sedikit membosankan, karena ya seperti mbak mut bilang, pemain barunya masih pada kaku, tapi ketika di tengah cerita baru dapet gregetnya,, :)

Mila Said mengatakan...

brarti bagusan novel nya drpd film nya ya? beli aaah..

Corat - Coret [Ria Nugroho] mengatakan...

belum nonton baca review km jd tmbh pngn ntn >.<

Gaphe mengatakan...

banyak yang bilang bagus.. duh sayangnya saya belom pernah bacca bukunya belom pernah liat juga filemnya.

tapi kalo filem indo,, kayaknya saya menghindari kalo kudu nonton di bioskop.. tunggu ntar keluar aja di tipi. hohoo

Diah Alsa mengatakan...

akhirnya saya tidak mupeng dengan review kamu Meut :D

saya sudah baca bukunya terlebih dahulu (awal Januari 2011) dan pas di Makassar (akhir Desember 2011) kemarin nonton filmnya. cerita dibuku emang lebih menguras air mata, pas nonton itu sediih tapi gak sesediih pada saat baca bukunya.
salut bangetlah ama Delisa yang tetap kekeuh menyelesaikan hafalan Shalatnya meskipun tsunami meluluhlantakkan Negeri Aceh.

Tryout online mengatakan...

Nice post :)

Follow me

My Trip