Maret 07, 2012

Drama Tari Cut Nyak Dhien

Melanjutkan postingan saya sebelumnya tentang Gelar Budaya Aceh (GBA) di Sabuga ITB, Bandung. Tidak seperti run-down acara yang biasa di acara seperti ini, kali ini seluruh acara, tarian, syair, dipadukan dalam sebuah Drama Tari Cut Nyak Dhien. 

Hmm, sebelumnya, apakah kalian tau Cut Nyak Dhien itu siapa? Ya, memang beliau adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia. Tapi apakah kalian tau tentang sejarah perjuangan beliau? Baiklah, saya akan menuliskannya sedikit. Tapi sebelumnya, kalian bisa menikmati video Tari Saman Gayo dibawah ini yang dibawakan oleh Sanggar Tangan Seribu. Tarian ini merukan tari asli suku Aceh Gayo yang biasa ditampilkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa penting dalam adat. Tari inilah yang pada bulan November 2011 diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. Selamat melihat :)

26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh. 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumendi dibawah pimpinan Kohler, menguasai Masjid Raya Baiturrahman, dan membakarnya. Cut Nyak Dhien yang melihat hal ini berteriak "Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencoreng nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?"

Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga, suami Cut Nyak Dhien yang bertarung dibaris depan kembali dengan sorak kemenangan sementara Kohler tewas tertembak pada tahun 1873. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875, setelah daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873. Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda. Saya takjub melihat acting Zahratul Kamila sebagai Cut Nyak Dhien ketika dia meneriakkan Allahu Akbar. Seluruh penonton ikut sama-sama bertakbir seolah akan ikut berperang. Selanjutnya tampillah Tari Beudoh. Tari ini merupakan salah satu tarian kreasi yang menceritakan alur sejarah Aceh selama perlawanan terhadap penjajahan Belanda terjadi. Tari diakhiri dengan tusukan Rencong kearah penjajah Belanda yang menggambarkan kemenangan Aceh.
Teuku Umar (pahlawan nasional), tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilahkan untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dhien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku umar padah tahun 1880. Acara pernikahannya diisi oleh Tari Ranup Lampuan. Tarian ini biasa ditampilkan untuk penghormatan dan penyambutan tamu secara resmi. "Ranup" berarti sirih, dan "Puan" berarti tempat sirih khas Aceh.
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fisabillilah. Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang anak Cut Nyak Dhien menangis karena kematian Ayahnya, ia ditampar ibunya lalu dipeluk dan berkata, "Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata kepada orang yang telah syahid." 

Setelah itu Cut Nyak Dhien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di daerah Aceh. Sebuah Tarian Rapa'i Geleng ditampilkan. Tarian ini melambangkan sikap keseragaman dalam hal kerjasama, kebersamaan, dan penuh kekompakan dalam lingkungan masyarakat. Fungsi dari tarian ini adalah syiar agama, menanamkan nilai moral kepada masyarakat, dan juga menjelaskan tentang bagaimana hidup di masyarakat sosial.

Cut Nyak Dhien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok, lalu pasukannya sudah mulai berkurang, juga sulitnya memperoleh makanan. Hal ini membuat iba Pang Laot, orang kepercayaan Cut Nyak Dhien. Pang Laot melaporkan lokasi markasnya karena iba atas kondisi Cut Nyak Dhien. Akibatnya Belanda dapat dengan mudah menyerang  markas Cut Nyak Dhien di Beutong Le Sageu. Cut Nyak Dhien berhasil ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Sebelum ditangkap, Dhien berusaha melawan dengan rencong.

Pada tahun 1905, Belanda mengasingkan Cut Nyak Dhien ke Sumedang dan ditempatkan di rumah seorang ulama bernama Ilyas. Ilyas menyadari bahwa Cut Nyak Dhien adalah wanita yang ahli dalam agama islam sehingga ia dijuluki "Ibu Perbu". Tak banyak orang yang tahu Cut Nyak Dhien di Sumedang. Dia juga sudah tua renta dan bermata rabun. Pakaiannya lusuh dan hanya itu saja yang melekat di badannya. Sebuah tasbih tak lepas dari tangannya juga periuk nasi dari tanah liat. Ia pun sering mengajar mengaji orang-orang di sekitar.
Cut Nyak Dhien
Setelah drama selesai, penyanyi asal Aceh bernama Rafly langsung bernyanyi. Kalian tau, Rafly adalah salah seorang penyanyi dengan suara tinggi dan jernih. Dia membawakan lagu-lagu asal Aceh secara modern dan syahdu. Ahh, mendengarkan beliau bernyanyi, saya sangat terpukau. Untung saja saya merekam saat beliau sedang bernyanyi. Walaupun hanya sebentar, tapi video ini cukup merepresentasikan penyanyi yang sangat mantap ini. Rafly juga pengisi acara Java Jazz kemarin. Sungguh prestasi yang luar biasa.

Baiklah teman-teman, sekian dulu laporan pandangan mata dari saya. Semoga menginspirasi kalian dalam hal kebudayaan Indonesia yang kaya. Dulu Aceh pernah kolaborasi dengan kebudayaan Sunda dan nama Pagelarannya adalah Gelar Budaya Aceh - Sunda dimana saya jadi panitia. Kapan nih ada Aceh - Betawi, Aceh - Minang, atau kolaborasi apa pun di Jakarta? Saya ingin jadi panitia lagi seperti dulu. Apalagi Jakarta kota metropolitan, banyak Ekspatriat-nya, sekalian bisa memamerkan budaya kita yang sangat kaya.

Sumber : Buku yang dibagikan ketika GBA 2012 di Sabuga Bandung.

18 comments:

Corat - Coret [Ria Nugroho] mengatakan...

keren ada dramanya jg pas acara
dengan adanya drama Cut Nyak Dhien setidaknya bisa membuat anak2 muda sekarang mengenal sejarah :)

Damar mengatakan...

wah itu pictnya Cut Nya' Dhien?, luar biasa saya ijin copy untuk saya arsipkan.
Saya baru tahu kalo sebelum dengan Teuku Umar, ternyata Tjut Nya' Dhien sudah pernah menikah. Semoga perjuangan beliau mendapatkan balasan yang sangat indah di alam akhirat, amin

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

jadi kayak baca buku sejarah

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

jadi kayak baca buku sejarah

Haya Nufus mengatakan...

Weisss pertunjukannya pasti seru... aku juga suka banget sama suara Rafli.

Unknown mengatakan...

wah itu cut nyak Dhiennya udah sepuh banget ya. Tapi salut sama perjuangannya.

SYM mengatakan...

Cut nyak dien yang saya kenal tidak seperti yg dipostingan ini. nice sharing...

btw, saya salah satu orang yang hatinya gampang teriris2 ketika mendengarkan lengkingan suara rafly.

Fardelyn Hacky mengatakan...

Waaaa..ada rafly-nya juga ya.
Aku suka banget ama suaranya

catatan kecilku mengatakan...

Foto yg dibawah sendiri itu Cut Nya' Dien..? Beda banget dg foto2nya yg selama ini ada dalam buku sejarah ya?
Usia dan beratnya hidup yg telah dijalaninya membuatnya terlihat begitu rapuh dan berbeda...

Aku baru tahu kalau tarian Saman Gayo diakui oleh UNESCO sebagai salah satu warisan budaya dunia. #telatbanget

Sayang sekali aku gak bisa melihat rekaman videonya.. :(

shasa mengatakan...

Tante..., bisa gak menari Taman Gayo? Ajarin Shasa ya? :)

Wury mengatakan...

Mbak, itu foto Cut Nyak Dien? Sedikit berbeda dengan yang di buku sejarah.
Untuk Aceh-Jogja kapan? Hehe

Salam kenal, aku follow blog ini. Follow balik jika berkenan, Mbak :)

r10 mengatakan...

aku baru tahu cut nyak dien diasingkan di sumedang

Fahrie Sadah mengatakan...

Meutia.. Ada Award untukmu..^^
Link: http://jabanahsadah.blogspot.com/2012/03/versatile-blogger.html

Dihas Enrico mengatakan...

sejarah aceh adalah budaya indonesia jg....
keep it...
:)

adittyaregas mengatakan...

benarbenar bermanfaat kakak :D menambah ilmu tentang budaya kita...

Anonim mengatakan...

@admin,

Ada award untuk kamu teman,, silahkan ambil ya

di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/fleanding-sites-choice-award.html

dan cek hadiahnya di http://bengkelhumor.blogspot.com/2012/03/hadiah-fleanding-sites-choice-award.html

Ummul Khairi mengatakan...

kakak, kulinernya manaaaaaa...

Elsa mengatakan...

itu foto cut nyak dien beneran ya???

subhanallah
cut Nyak Dien tuh bener bener hebat
salut banget sama beliau

Follow me

My Trip