Maret 28, 2012

Surat Untuk Kakak

Terlalu tiba-tiba mungkin, ketika saya mendengar seorang sepupu dekat, bahkan sangat dekat, lebih cepat dipanggil Allah. Ketika membaca whatsapp, terkejut setengah mati, nggak percaya, karena terlalu tiba-tiba. Perasaan, baru dua hari yang lalu kita masih bbm-an.
“Bila telah datang ajal itu tidak dapat diperlambat atau dipercepat sedikitpun.” 
Dear kakak,
Masih ingat nggak sewaktu kita sama-sama berobat ke Spesialis Paru di Medan. Sewaktu itu kita selalu menganggap ke Medan itu untuk jalan-jalan. Menikmati Mall, maen Time Zone, dsb. Padahal orang tua kita terlihat panik dengan penyakit asma yang parah menggerogoti kita.

Dulu, setiap lebaran, menginap di rumah kakak itu adalah suatu kesenangan tersendiri. Kita bisa bermain lilin dan kembang api. Kita juga suka saling tukeran baju. Padahal dulu saya bolak-balik masuk UGD dan nyawa hampir melayang. Tapi saya rutin berenang seperti saran dokter sampai SMP. Ketika SMP, karena sudah malu pakai baju renang terlalu seksi, jadinya mengganti olah raga dengan tennis. Saat itu, saya kurang tau apa kegiatan kakak karena kita hanya bertemu pas lebaran dan saling curhat bersama.

Ketika SMA, akhirnya kita serumah dan sekamar. Kakak paling tau saya karena hampir setiap saat bersama-sama. Kita masak, ke pasar, bersihin ikan, ke bioskop untuk menonton Eiffel I'm in Love, pacaran sembunyi-sembunyi, diomelin sama Mama, pokoknya semua itu berlalu dengan bahagia. Kita juga selalu joging di pagi hari agar tetap sehat. Kakak juga selalu menjaga agar kamar kita tetap rapi dan bersih karena saya suka berantakin sesuai mood. Bahkan kita selamat dari tsunami yang melanda Aceh saat itu. Allahu akbar!

Raudhah (tengah)
Kita jadi jarang mengobrol, ketika orang tua saya memutuskan untuk mengirim saya kuliah di Bandung. Kita masih sering berteleponan tapi tidak se-intens dulu. Sampai kakak menikah, saya tidak bisa hadir karena kuliah. Tapi kita tetap saling berkunjung ketika lebaran, ketawa bareng ketika bercerita ketololan kita sewaktu serumah di Banda Aceh.


Baru saja lebaran kemarin saya menginap di rumah kakak. Kita bercerita banyak tentang pengalaman usaha kakak yang sangat pesat. Kakak memotivasi saya untuk menjadi pengusaha dan hal itu sebenarnya gampang asal ada niat. Kita masih tidur di tempat tidur yang sama dan tertawa bareng lagi.

Sampai kemarin saya membaca whatsapp, sungguh menyedihkan. Hati rasanya sakit. Penyakit yang sama telah merenggut nyawamu. Allah Maha Berkehendak. Allah Maha Mengetahui. Sesuai namamu Raudhah, mungkin kakak sekarang sudah berada di Raudhatul Jannah (Taman Syurga). Amin. Saya hanya sedang menunggu giliran, kak. Innalillahi wa'inna ilaihi rajiun :'( 

13 comments:

Ari mengatakan...

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun..
My prayers for her..

Fardelyn Hacky mengatakan...

Innalillahi Wainnailaihi Roji'un

Ummi Ita mengatakan...

Innalillahi wa innailahi rojiun..
Turut berduka cita mbak..
Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT. Amin..

Corat - Coret [Ria Nugroho] mengatakan...

innalillahi waina illaihi rajiun
aku turut berduka cita ya Mut
Aku kirim doa Al-Fatihah untuk Kakak sepupumu
semoga dia sudah tenang di sisiNya

Ayu Welirang mengatakan...

Innalillahi wa inna ilaihi raji'un.. :'(

catatan kecilku mengatakan...

Innalillahi waina illaihi rajiun
turut berduka ya mbak... semoga sang kakak mendapatkan tempat terindah disisiNYA. Amin

Prayoga mengatakan...

Innalillahi wa'inna ilaihi rajiun.

R10 mengatakan...

inalillahi wainailaihi rojiun

semua pasti akan kembali ke Allah, krn itu jgnlah tertipu dgn dunia ini

iwan mengatakan...

semoga amal ibadahnya diterima disisi Allah SWT

Mila Said mengatakan...

Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun..

nita mengatakan...

Mba, turut berduka cita ya,smoga mba n kluarga besar diberi ketabahan dan kekuatan.

Michael Angelo mengatakan...

yg tabah ya...
semua yg hidup pasti akan mengalaminya..
doain aja..

Unknown mengatakan...

Inna lillaahi..moga diampuni dosa2 ny amiin..adik saya juga punya asma, lagi kecil sering kambuh,skrg sudah umur 37 alhamdulilah sembuh..

Follow me

My Trip