April 16, 2012

Tsunami 2004

Well, ada yang menyuruh saya posting cerita tentang tsunami tahun 2004 lalu. Saat itu, saya memang masih jadi murid sekolah ingusan yang akan menghadapi ujian semester. Memang sebelumnya saya sama sekali tidak pernah menuliskan catatan kejadian ketika tsunami melanda. Setelah saya ngubek-ngubek email yang pernah saya kirimkan kepada teman saya Galuh pada tanggal 18 Januari 2005, saya berasa bersyukur bahwa saya pernah menuliskannya. Mungkin agak berantakan tulisannya karena ini ditulis tahun 2005, tapi saya akan mempostingnya disini.
Masjid Raya Baiturrahman di saat itu
Assalamu'alaikum...............................
Gal, aku benar-benar nggak nyangka banget tsunami. Siaapaa coba yang kepikiran kalo tsunami 'tu bakalan datang ke Aceh, trus syerremm buangget!!! Nih, aku ceritain kronologi ceritanya.

Kira-kira jam 8-an pagi, aku bersama keluargaku yang di Banda Aceh baru selesai sarapan. Kebetulan waktu itu ada Yuni (adik perempuan saya) di rumah. Karena libur natal tanggal 25 Desember, dia nginap dirumahku. Trus, aku 'kan lagi minum obat, keluargaku yang lain masih duduk di meja makan, dan Yuni di wc. Tiba-tiba Gal, gempa. Kuattt bangeeet. Keluargaku lari langsung keluar. Aku tetap di dalam nungguin Yuni. Yang lain udah pada teriak-teriak gitu. Sepupu-sepupuku sampe marah karena aku nggak keluar-keluar juga dari rumah. Aku nggak mungkin ninggalin Yuni. Tapi karena goncangannya terlalu hebat, akhirnya aku keluar. Rupanya kakak sepupuku bersama anaknya juga belum keluar. Aku malah disuruh panggil mereka didalam. Waktu aku nungguin Yuni, aku berdiri di pagar. Gila banget Gal, tanahnya miring kiri dan kanan. Aku pegangan di pagar kuat-kuat. Mobil di garasi terlihat turun-naik. Baru setelah itu Yuni keluar. Sepupu-sepupuku sudah berada di luar pagar semua. Mereka suruh aku gabung sama mereka. Semua tetangga juga sudah pada keluar dan duduk di jalan. Aku udah jongkok, tapi saking miringnya tanah, aku sampai jatuh terlentang ke tanah. Kuat baaaangggeettt gempanya.. Pohon-pohon aja terlihat seperti mau lepas dari tanah. Seperti lagi lompat-lompat pohonnya.

Sekitar 10 menit kemudian, gempanya reda. Sepupuku mengeluarkan mobil dari garasi karena takut kalau ntar rumahnya roboh kena mobil. Rumahku Alhamdulillah nggak ada retak sama sekali. Hp mendadak nggak ada signal. Aku bingung bagaimana caranya menelepon Mama. Sepupuku yang lain datang ke rumah karena kemarin ada pinjam motorku berhubung dirumahnya ada acara. Dia bilang, kalo Pante Pirak (Supermarket paling besar di Banda Aceh) sudah hancur rata dengan tanah. Gila...., 'kan nggak kebanyang banget tu?! Supermarket itu tiga lantai dan rata dengan tanah. Sepupuku yang lain pada pergi melihat Pante Pirak. Mereka pake mobil dan motor. Jadi, dirumah tinggal aku, Yuni, Kak Ijah (sepupuku), dan Mami (kakaknya mamaku). Kami berempat lagi sibuk-sibuk ambil hp dan mencari signal.

Sekitar jam setengah 9-an, semua orang pada lari-larian. Aku nggak tau kenapa. Tiba-tiba tetanggaku teriak kalo air laut naik. Aku heran dengan kata-kata "air laut naik". Aku langsung panik, seingatku gelombang air laut itu 'tsunami'. Tapi, aku nggak kepikiran kalo tsunami itu bakalan naik ke daratan. Aku takut juga. Aku langsung bilang sama Mami kalo sebaiknya kita masuk dan ambil barang-barang yang perlu dulu. Aku ambil hp, dompet, dan obat asma. Yuni sempat ganti celana panjang. Trus aku sempat nungguin Mami pakai celana panjang juga. Tadinya Mami cuma pake jubah. Waktu keluar ke garasi, aku liat Kak Ijah udah naik mobil dan pergi. Aku teriak bilang, "Mami cepet ada tsunami!!" Mamiku malah nggak tau lagi apa itu tsunami. Beliau malah nggak mau langsung lari. Mami malah tutup pintu pagar dulu dan mengunci pintu garasi.

Tiba-tiba waktu aku nungguin Mami menutup pintu pagar, ada suara ombak. BRUUUZZZ!! Mungkin, suaranya persis sama seperti ombak tinggi menghajar batu karang. Aku panik dan teriak, "SUARA APA ITU?" Aku langsung shock ketika menoleh ke belakang. Dari belakang rumah tetanggaku ada ombak tinggi, hitam, bawa pohon, seng, kayu-kayu, dan tingginya mencapai 5-6 meter... Aku langsung teriak, "YUNI CEPATTT!!!" Aku lari ke ujung lorong rumahku. Aku juga melihat anjing udah lari, tapi masih lebih cepat aku lari. Aku takut melihat hewan panik. Seperti mau kiamat. Yuni masi nungguin Mami. Aku udah teriak, "YUNI CEPAT!!!" karena dari segala arah air datang. Air ombak itu kemudian jatuh dan pecah kejalan mendorong mobil-mobil yang terparkir. Aku langsung menyebrang jalan. Kakiku sudah kesiram air bah sedikit. 

Di jalan waktu aku lari, airnya semata kaki. Berselang beberapa detik sewaktu Yuni lari, air sudah mencapai lutut tingginya dengan arus sangat deras. Mami nggak sanggup lari lagi. Aku sudah sangat takut. Aku suruh Yuni untuk berusaha lari terus. Waktu aku liat kerumahku, air turun seperti air terjun hitam menghajar rumahku... Serem banget! Aku kira aku nggak akan hidup lagi waktu itu. Tawakkal sama Allah, aku terus berlari. Waktu aku liat kebelakang, Yuni masi ketinggalan dan pas dibelakangnya air hitam mengejar sangat kencang. Pikiranku kacau karena takut adikku tidak selamat. Aku balik untuk menggandeng Yuni. Aku nggak mungkin 'ninggalin Yuni. Aku nggak mau adikku hilang. Walaupun saat aku berbalik menggandeng Yuni, aku merasa tidak akan selamat lagi.  Seolah-olah aku menghajar ombak. Di otakku sempat terpikir, lebih baik mati bersama, atau Yuni yang hidup. Aku tidak sanggup cerita ke Papa dan Mama kalau Yuni terlepas dan hilang dibawa ombak.

Air sudah semakin tinggi dan Mami nggak keliatan lagi. Aku lari masuk kedalam kampung seraya menggandeng Yuni erat. Kami nggak lari di jalan lurus, tapi belok kiri-kanan. Kalau lari dijalan yang lurus, airnya nggak ada penghalang. Kami bisa kegulung. Aku dan Yuni lari sprint (lari tercepat). Kita nggak bisa lambat-lambat. Air mengejar terlalu kencang. Sampai di jalan besar, udah keluar kampung, kami duduk sebentar. Capek! Ada orang yang bilang kalau di daerah Peunayong (pasar), kapal boat penangkap ikan lompat ke jalan. Pikirkan bagaimana kencangnya air waktu itu. Aku pusing. Otakku kacau. Yuni malah nangis kepikiran Mami. 

Tiba-tiba Bang Oya (sepupuku, anaknya Mami) bersama istri dan anaknya datang. Mereka tanya aku ngapain disini. Kujawab kalo ada tsunami dan Mami ketinggalan. Bang Oya langsung pucat. Kak Nova (istri Bang Oya) juga hampir nangis. Aku bingung mendeskripsikan airnya pada mereka, pokoknya ombak hitam tinggi, lebih tinggi dari rumah kita menyapu seluruh yang dilewatinya. Lagi panik-paniknya Bang Oya, air malah sampai ke jalan. Tapi masih belum tinggi. Bang Oya menyuruhku dan Yuni untuk lari duluan. Oh iya, aku lari nggak pakai sendal, pakai baju dan celana pendek karena waktu itu hari minggu dan aku belom mandi. Males juga  kemana-mana. Sukses membuat kaki lecet terkena pecahan kaca dan batu kerikil. Tapi saat itu, aku tidak peduli.

Aku lari lagi masuk kampung berikutnya. Jauhhh banget sampai akhirnya aku sampai di jembatan. Aku melihat ke sungai. Banyak sekali orang hanyut, sampah-sampah, snack-snack gitu... Aku dan Yuni berdiri di atas jembatan. Sempat terdengar tadi orang sekitar bilang kalau air sungai meluap. Aku kira, bertemu dengan sungai adalah hal buruk. Ternyata sungai ini tidak meluap. Alhamdulillah. Tiba-tiba gempa lagi. Aku takut jembatannya hancur. Jadi, aku lari lagi. Sampai di simpang Surabaya (nama pertigaan di dekat jembatan), aku memang sudah tidak sanggup lari lagi. Napasku sesak. Aku lari sekitar 3 KM. Jauh nggak?? Nggak pakai sendal lagi. 

Baru beberapa menit aku duduk, orang-orang lari seperti ada kerusuhan. Mungkin itu adalah pengalaman paling mengerikan seumur hidupku. Kata mereka, air laut naik lagi. Itu kalo nggak salah tsunami yang ke 2. Kan tsunaminya ada 2 kali. Aku benar-benar nggak sanggup lari lagi. Akhirnya, Yuni yang papah aku lari. Saat itu jembatan yang kami lintasi mulai retak, karena diguncang gempa susulan terus-menerus. Bahkan retakannya mengejar kami yang sedang berlari. Kebayang betapa ngerinya, seperti film-film Hollywood yang pernah aku tonton di tv. Untung aja Bang Oya lewat pakai mobil dan kami dibawa ke arah bandara (ke tempat yang lebih tinggi). Rasanya haus, gemetaran, lapar, capek, bercampur aduk jadi satu. Mana nggak ada yang jualan makanan lagi. 

Kira-kira 1 jam di Lambaro (nama kampung di arah ke Bandara), kami balik ke kota. Bang Oya mau mencari Mami. Kami ketemu sama sepupu-sepupu yang lain. Udah ngumpul semua kami dirumah orang. Tapi mereka cemas karena Mami nggak ada. Mereka semua anak dan menantu Mami. Aku sampai takut dimarahi karena nggak berusaha menyelematkan Mami, tapi untung aja mereka baik dan tidak menyalahkanku.

Yang menyeramkannya lagi, lagi enak-enaknya kami minum-minum dan beristirahat karena kebetulan ada yang jualan, tiba-tiba semua orang berlarian lagi. Kami saking paniknya buru-buru masuk mobil dan pergi. Sebelum itu, Telkom Flexi (provider telepon jaman dulu) sepupuku bisa dipake untuk kasi tau ortuku kalo aku dan Yuni baik-baik saja. Orang padat banget dijalan.... Aku merasa sedang bermimpi kala itu. Udah kira-kira setengah jam di dalam mobil pergi tak tentu arah, kami balik lagi ke kota untuk berharap ada kabar dari Mami. Sekarang kami rencananya mau cari Mami. Cuma, jalan menuju rumahku airnya tinggi sekali. Walaupun nggak ada tsunami lagi, 'kan jadi banjir. Kami nggak bisa lewat. Mana banyak provokator yang teriak "AIR NAIIKK!" Panik deh semua orang dan kita jadi ikut-ikutan berlari.

Kami mengungsi di mesjid di Leung Bata jam setengah 3 siang. Itu jaraknya dari Simpang Surabaya 1 km. Kami jalan lagi. Bolak-balik kesana karena mau liat keadaan ada sekitar 5 kali. Caaaapppeeekkk!!! Tapi mau bagaimana?? Terakhir, kami ke rumah sepupu. Dia bilang, Alhamdulillah Mami selamat karena naik pohon. Gimana caranya?? 

Udah tau Mami baeik-baik aja, kami rencananya mau balik ke mesjid Leung Bata. Baru setengah jalan, datang Bang Oya bersama Mami pakai mobil. Aku seneng banget ketemu Mami. Semuanya kira mami udah nggak ada lagi. Udah banyak mayat bergelimpangan di jalanan. Rasanya lututku gemetaran terus. Kami dibawa kerumah sepupu yang bernama Kak Titin. Kebetulan, rumahnya baik-baik saja. Aku nginap disana. Mati lampu. Trus makanan cuma mie dan telur. Tidak ada warung yang buka. 

Lagi tidur malam, tiba-tiba gempa lagi. Kami lari keluar. Trus baru 2 jam tidur, gempa lagi. Kuat. Trus 1 jam lagi, gempa lagi. Aduh Gal, aku sampe mau muntah... Aku nggak enak makan dan tidur. Takut tiba-tiba ada air dan kami semua nggak sempat nyelamatin diri. Phuiiih...., besoknya, kami pindah tempat abangnya mamaku. Disana air sumurnya bersih. Kalo dirumah Kak Titin nggak terlalu bersih. Aku mandi. Kami 3 hari nggak sikat gigi. Ada abang sepupuku yang tinggal di Prada, dia hampir tidak diketemukan. Rupanya ada. Mama dan Papaku hari selasa datang menjemput. Hiks, aku nangis! Orangtuku juga nangis. Mereka takut juga aku nggak ada lagi.
Udah ceritanya. Kaya'nya ini email yang paling panjang yang pernah kukirim. Aku kirim ini duluan ya!! Takut nggak connect. Nanti sambung lagi....

Masih merinding memikirkannya :(
Foto dari Liputan6.com

12 comments:

Anonim mengatakan...

SubhanaAllah, sungguh dahsyat ya gelombang tsunami..
Hanya bisa berdoa semoga nggak ada lagi bencana seperti itu di bumi Indonesia.

R10 mengatakan...

subhanallah... serem yah...

sungguh beruntung orang-orang yang diselamatkan Allah pada saat itu

Dihas Enrico mengatakan...

apa yg sebenarnya terjadi...
ada pergeseran zaman es lagikah..??
:P


semoga aceh diampuni kesalahannya jika memang membuat sang khalik marah....
:)

dhykTa mengatakan...

Astaghfirullah...

Peringatan Allah silih berganti, cerita yg jd refleksi diri sy pribadi, sesungguhnya bukan hanya aceh yg pendosa, indonesia pada umumnya mulai lari dari agama, solusinya hanya satu kembali ke agama, semoga pribadiku bisa semakin sadar akan ksalahan2 masa lalu. trims sharenya

Unknown mengatakan...

aduh n geri ya . untung gak apa2 ya Meut...

obat benjolan di payudara alami mengatakan...

dahsyatnya...alloh maha besar...

dv mengatakan...

Astagfirullah..bacanya aja merinding aku, apalagi ada di posisi kamu mut..
semoga kita selalu dalam lindungan-Nya

galihsatria mengatakan...

Masih merinding bacanya :|

Bebe mengatakan...

Bacanya merinding.. Pertama kalimya aku baca cerita dari orang yang merasakan langsung.. Dulu hanya dapet potongan-potongan berita dan kisah2 aja.. Ga pernah utuh...

Btw, salam kenal yaaa..

outbound malang mengatakan...

kantor imigrasi kelas 1 khusus surabaya
kepala kantoer imigrasi
no fax 0318531926
kanim_Surabaya@imigrasi.co.id
mhkrianan@yahoo.com
08121752427 ibu novi

qezzia fabya mengatakan...

wah serem kali ya tia. selama ini nggak ada yg cerita yg sedetil ini, rata2 gak mau ingat2 lagi. tia rumahnya didaerah mana?

Meutia Halida Khairani mengatakan...

daerah kp. keramat kak.. depan asrama polisi dkt MAN.

Follow me

My Trip