Mei 28, 2012

Lawang Sewu

Puas berkeliling Vihara Watugong, agenda saya kali ini adalah berangkat menuju Lawang Sewu. Keluar dari gerbang Watugong, saya menyebrang jalan untuk menunggu bus ¾. Sebenarnya agak aneh kalau masyarakat disini bilang mini bus dengan bus ¾. Saya jadi penasaran apa ada nggak ya bus ½ atau ¼, hahahaha. Nah, kali ini saya bilang kepada kernetnya (kondektur) kalau saya mau ke Tugu Muda, saya berikan uang Rp. 10.000. Dia nanya, “berapa orang mbak?” saya jawab “2”, trus teman saya minta dibayarin, jadi saya bilang “3”. Saya takut duitnya kurang karena kemarin naek bus ini Rp. 5000 dalam jarak dekat. Ternyata dia mengembalikan Rp.1000 yang berarti perorang harganya Rp. 3000. Huft, kemarin saya dibohongin. Malah saya merasa Rp. 3000 itu terlalu murah untuk jarak dari Watugong ke Tugu Muda yang jauhnyaaaaaa.

Sampai di Tugu Muda, saya beristirahat di pinggir jalan sambil minum dulu. Capek juga berdiri di minibus yang gerah. Mana Semarang ini ya Subhanallah panas. Setelah duduk dan berleha-leha sejenak, saatnya saya masuk ke tempat paling bersejarah di Semarang ini.

Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelminaplein. Tiket masuk Rp. 10.000 perorang dan setiap rombongan harus di dampingi seorang guide dengan membayar Rp. 30.000. Jadi, sekalipun kalian datang ber-2 atau ber-20, kalian tetap harus membayar Rp. 30.000.
Tampak samping
Tampak dari atas

Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu) dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu, hanya sekitar 600 lebih. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Ratusan Pintu
Tempat unik untuk berfoto
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober 1945). Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
Kereta api
Lawang Sewu adalah salah satu bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintahan kolonial Belanda, pada 27 Februari 1904. Awalnya bangunan tersebut didirikan untuk digunakan sebagai Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij (NIS) atau Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta NIS. Sebelumnya kegiatan administrasi perkantoran NIS dilakukan di Stasiun Samarang NIS. Namun pertumbuhan jaringan perkeretaapian yang cukup pesat, dengan sendirinya membutuhkan penambahan jumlah personel teknis dan bagian administrasi yang tidak sedikit seiring dengan meningkatnya aktivitas perkantoran. Waluapun sebenarnya Lawang Sewu ini bukan sebuah museum kereta api seperti di Ambarawa.
Seluruh proses perancangan dilakukan di Negeri Belanda, baru kemudian gambar-gambar dibawa ke kota Semarang. Melihat dari cetak biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan ditandatangi di Amsterdam tahun 1903. Kalian bisa merasakan udara sangat sejuk di dalam setiap ruangan meskipun tidak ada AC. Anginnya membuat suasananya jadi adem. Penjelasan tour guide mengatakan kalau bagian atap gedung berfungsi untuk menyerap panasnya matahari juga.
Bagian dalam atap
Kalau kalian ingin masuk ke ruang bawah tanah, kalian harus membayar Rp. 10.000 perorang. Katanya sih, banyak sekali hantu di dalam sana. Sampai-sampai, tour guide kami memotret setiap ruangan dulu, dan memastikan kalau preview di kamera tidak menunjukkan hal-hal aneh, baru dia jalan. Di dalam ruangan lembab, becek, yang mengharuskan kita menggunakan boots itu memang suasananya sangat angket. Ada ruang pemenggalan dan penjara di bawah sana. Huft, serem yah.
Ruang bawah tanah

22 comments:

Fahrie Sadah mengatakan...

Subhanallah.. pingin kesana ey.. :D

zachflazz mengatakan...

di gambar terakhir pernah ada penampakan ya, di acara Dunia Lain, yang orangnya teriak-teriak dan bayangan putih ada di latar belakangnya. hiii

Unknown mengatakan...

wah jadi mau ke sana. katanya emang serem ya..penasaran deh.

Cipu Suaib mengatakan...

Kirain ke Lawang Sewunya malam... kan lebih seru Mut

Meutia Halida Khairani mengatakan...

ngga berani gw cip.... ke bawah tanah aja males pas siang, apalagi malem :(

Andy mengatakan...

memang indah Lawang Sewu, tapi sayang'a banyak ornamen dari Lawang Sewu yang tidak dijaga oleh pihak pemerintah & pengunjung juga sebagai salah satu penyumbang rusak'a ornamen tsb

Faizal Indra kusuma mengatakan...

Ciyeeee... narsis narsisan yoooo :))

R10 mengatakan...

aku komen angkotnya saja yah, aku suka jengkel kok sering terjadi

kalau ga supir/kernet menipu bayaran penumpang, maka penumpanglah yang menipu bayar sedikit terus langsung kabur

sekali lagi, hendaknya harga tiket angkot itu dicantumin yg jelas, ga susah kan

Elsa mengatakan...

aku penasaran banget nih soal Lawang Sewu
apalagi tuh ruang bawah tanahnya
pingin merasakan gimana angkernya
hehehe

tapi gak tau deh
jangan jangan kalo kesana, gak berani masuk ke bawah
hehehee

Baby Dija mengatakan...

Tante Meutia nih... jalan jalan melulu yaa

Mila Said mengatakan...

Kalo siang kliatannya biasa aja, coba klo malem beneran ga tuh kyk yg di acara2 reality show setan2an itu.
Kayaknya tu bangunan bentar lagi di demo sama FPI, kan sarang nya setan hahahaa....

Ajeng Sari Rahayu mengatakan...

mahal juga ya mbak, kalo harus bayar 30 rebu padahal cuma dateng ber-3 -.-"

ya mana ada setan keluarnya siang2 bolong meskipun di tempat yang angker? tapi serem sih liat fotonya aja :D

outbound malang mengatakan...

kunjungan gan .,.
Menjaga kepercayaan orang lain lebih penting daripada membangunnya.,.
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

pengobatan penyakit kanker otak mengatakan...

Doaku hari ini: Tuhan, jagalah hatiku agar aku bisa menyayangi. Semoga aku bisa menolong mereka yg membutuhkan aku.

nuel mengatakan...

berarti total keluar duit 40ribu nih pas ke sini.... hahhaha


eh denger2 ini kan angker yah mbak? :P

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@nuel : 20rb aja kok..

@all : saya ngga tau kalo disini ada hantu apa ngga. hehehe

merry go round mengatakan...

Aku agak-agak sebel sih sama manajemen Lawang Sewu, terlalu banyak minta pungutan di sana-sini. Tiket masuk masih oke lah, nggak masalah. Pas bagian guide itu udah mulai agak BT, kan nggak semua orang pengen ditemenin guide. Pas aku tau untuk masuk ke bagian bawah musti bayar lagi bener-bener ilfeel. Lawang Sewu jadi komersil banget rasanya.

Tri Setyo Wijanarko mengatakan...

Lebih seru kesini malem-malem mut. Setelah dari lawang sewu bisa nongkrong di tugu muda yang ada pas di depan lawang sewu..

memang sih untuk tiket ribet banget ini di lawang sewu. banyak pungutan liar. saran aja, kalo beli tiket harus minta tiketnya. kalo nggak dikasih tiketnya, itu duit amblass di kantong penjaganya.. ini saya dikasih tau sama salah satu guide langganan saya di sana..

TUKANG CoLoNG mengatakan...

saya dapet cerita ttg tempat ini malah yg horror2 muluuu >,<

Dhafian mengatakan...

Wah belum pernah kesana.. Dulu mau kesana tapi gak jadi.. hmmm

Kayaknya emang tempatnya bagus buat foto2.. :D

TS Frima mengatakan...

saya sudah pernah ke Lawang Sewu, cobain tour underground-nya malam-malam. lumayan seru :)

pengobatan alternatif asam urat mengatakan...

Memang Lawang Sewu itu mantap gan,,,,,

Follow me

My Trip