Mei 27, 2012

Vihara Buddhagaya Watugong

Akhirnya saya memutuskan untuk jalan-jalan di kota Semarang. Kalian tau, saya membawa buku catatan tempat rekreasi di Semarang. Memang sih tidak mungkin mengunjungi semua satu-persatu. Tapi setidaknya saya bisa berkeliling kota dengan puas.

Saya menunggu bus di Jalan Semarang – Solo ketika berada di Salatiga. Akhirnya lewatlah bus yang semalam saya naiki dari Semarang ke Salatiga. Saya sudah mengeluarkan uang 60rb untuk bertiga. Ternyata saya ketika saya berikan 50rb, dikembalikan 20rb. Saya tanya, “berapa ongkosnya?” “10rb mbak”. Wah, semalem saya dibohongin 2x lipat. Huft! Ya sudahlah, nggak dibo’ongin ya nggak belajar. Saya bilang sama kondekturnya untuk berhenti di Watugong (sesuai dengan referensi yang saya baca). Ternyata pas banget saya berhentinya di depan plang bertuliskan Viharanya  persis di depan Makodam IV/Diponegoro Semarang.
Tulisan di pinggi jalan
Nah, hasil googling saya, Watugong adalah nama sebuah kawasan di tepi Selatan Kota Semarang. Namanya seunik ikon kawasan ini, yaitu sebuah batu berbentuk gong. Itulah sebabnya masyarakat setempat saat membina jalan raya di kawasan ini menyebutnya “watugong” atau batu seperti gong. Jujur aja, saya saya sama sekali nggak tau asal nama ini sendiri dari mana.

Vihara ini sempat terlantar selama kurang lebih 8 tahun namun sekarang bangkit kembali di bawah binaan Sangha Theravada Indonesia. Keindahan menara vihara ditambah keunikan ornamen dan eksterior bangunannya telah menarik banyak para pelancong maupun peziarah untuk mendatanginya, termasuk saya. Pertama datang kemari itu berasa seperti sedang berada di China ketika melihat menara pagodanya. Keren sekali. Rencananya di vihara ini nantinya akan dibangun Buddha rupang setinggi 36 meter yang terbuat dari perunggu. Udah ada plang lokasi pembangunannya.
Pagoda tertinggi di Indonesia
Ketenaran nama Watugong tidak hanya terbatas di sebuah batu yang sekarang masih ada dan dilindungi. Watugong selalunya dikaitkan dengan nama vihara Avalokitesvara di kawasan Vihara Buddhagaya yang berdiri tak jauh dari bukti fisik Watugong. Vihara ini tinggi menjulang 7 tingkat  dan diresmikan tahun 2006. Seorang donatur pengikut Buddha bernama Po Sun Kok memprakarsai pembangunan vihara setinggi 45 meter ini dari yang asalnya sebuah vihara kecil. Karena ketinggiannya, Museum MURI menetapkan vihara ini sebagai vihara tertinggi di Indonesia.

Didalam pagoda
Istimewanya, beberapa bahan vihara sengaja didatangkan dari Cina, seperti railing tangga batu, tiang batu yang berjumlah dua dengan ukiran menawan, serta genting pun diimport dari Cina. Sisanya didatangkan dari sumber tempatan. Tahun 1955 YM Bhante Narada dan Bhante Ashin meresmikan vihara ini.


Bangunan vihara ini berbentuk segi delapan dengan tingkat 2 hingga 6 menampilkan patung Dewi Kwan Im, dewi welas asih, yang dipuja di vihara ini. Hanya saja di vihara ini tidak terdapat anak tangga untuk menuju ke puncak vihara. Dewi Kwan Im ditempatkan menghadap 4 penjuru mata angin guna memancarkan kasih sayangnya ke segala sudut arah mata angin. Dimaksudkan, agar Dewi yang selalu menebarkan cinta kasih tersebut bisa menjaga Kota Semarang dari segala arah. Selain itu sedikitnya ada 20 patung Kwan Im dipasang di sini. Saya hanya mengambil foto-foto narsis disini. Oh iya, Vihara Buddhagaya Watugong merupakan vihara pertama di Indonesia setelah keruntuhan kerajaan Majapahit.
Kura-kura lucu
Di tingkat teratas, patung Amitaba, guru besar para dewa dan manusia ditempatkan sebagai simbol bahwa ditingkat ke-7, kesucian tercapai. Di puncak vihara terdapat stupa yang menyimpan butir-butir mutiara yang keluar dari Sang Buddha.
Patung buddha di dalam pagoda
Bangunan lainnya yang tak kalah penting ialah Gedung Vihara Avalokitesvara atau Dharmasala. Ruangan besar dengan patung Buddha di dalamnya yang digunakan untuk memaparkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Dharma. Tempat ini sudah berdiri sejak 1955 dan nilai pentingnya ialah bahwa disinilah pertama kali semua persatuan Buddhisme dihimpunkan.
Gedung Vihara Avalokitesvara
Patung buddha di dalam Gedung Vihara Avalokitesvara
Seorang biksu bernama Naradha dari Srilanka datang tahun 1955 ke tempat ini membawa dua bibit pohon Bodhi dimana Buddha mendapatkan pencerahan saat duduk di bawahnya. Pohon tersebut ditanam di Watugong dekat vihara dan tumbuh subur. Di bawah pohon ini, akan didapatkan patung Buddha duduk dalam posisi mudra. Satu pohon lagi ditanam di dekat Candi Borobudur tetapi sudah hilangkan karena dianggap merusak bangunan candi. Saya ada berfoto juga dibawah pohon ini. Ada hal unik, saya melihat aqua gelas di dunia budha. Teman saya mengambilnya, lalu menaruhnya lagi karena takut aquanya itu merupakan sesaji untuk budha. Tapi iseng banget juga yah ada orang menaruh aqua disitu.
Pohonnya
Salah satu peninggalan vihara tua di Watugong ialah patung Buddha tidur di bawah pohon Sala. Sejarah mencatat bahwa Sang Buddha dilahirkan di bawah pohon Sala, dan begitu pun saat meninggalnya, Buddha menghembuskan nafas terakhir di antara dua pohon Sala. Pohon ini harum bunganya menyebar sesaat berada di dekatnya.  Selain itu, dikenal juga dari buahnya yang jatuh ke tanah dan terbelah akan mengeluarkan bau tak sedap. Nampak ada nilai filosofi yang terkandung dari pohon ini.
Buddha lagi bobo'
Lingkungan sekitar vihara ditata apik dan asri dengan banyaknya pepohonan ditanam sehingga membuat suasana rindang untuk Anda beristirahat atau bersantai. Ada juga rumah-rumah kecil disekitar vihara yang mungkin untuk ditinggali para biksu. Semua ruangan dan bangunannya terawat. WCnya juga sangat bersih. Saya jadi betah berlama-lama disini karena angin semilir dan membuat ngantuk.
Rumah-rumah kecil
Tempat nyantaiiii

7 comments:

Cipu mengatakan...

Ga sempat masuk kesini pas ke Semarang, cuman sempat lewat depannya doang. Thanks for the info mut

Ada yang lagi mood banget nulis nih hahaha.

D Ndezz mengatakan...

waahhh...
tempatnya bagus,
bisa jadi pilihan kalo berkunjung ke kota Semarang...

salam kenal yah...

Dihas Enrico mengatakan...

arsitektur viharanya keren ya...
:)

pasti ada patung budha tidur...

zachflazz mengatakan...

waduh jadi kangen semarang.

itu tempat saya jalan2 dulu.

r10 mengatakan...

ditipu rasanya ga enak... seharusnya angkot pasang tarif yang jelas di kendaraannya

nuel mengatakan...

bentuknya persis yah kayak kuil2 di china sana? :P

Unknown mengatakan...

kebetulan pernah main kesini, fun fact : itu pohon yang dibawahnya ada patung buddha itu udah ada dari sebelum pagoda ini dibangun loh.. main juga ke blog saya ya mba : wisata semarang

Follow me

My Trip