Juni 04, 2012

Candi Ratu Boko

Masih guling-guling di kasur ketika tau hari ini kita harus menempuh perjalanan panjang ke Candi Prambanan – Ratu Boko. Rasanya berat banget bangun karena kemarin terlalu lelah berjalan-jalan keliling Semarang. Tapi mau bagaimana lagi, nggak bangun pagi, berarti bakalan telat sampai kemana pun.

Sambil menunggu bus menuju Solo dari Salatiga, kita bertanya pada penduduk sekitar bagaimana caranya pergi ke Yogyakarta. Mereka bilang, naik aja bus jurusan Solo, turun di Kertosuro, lanjut lagi bus ke arah Yogyakarta. Karena hari ini tanggal 17 Mei 2012, dan kalau lihat di kalender itu tanggal merah, jadinya bus pada penuh. Kami menunggu sangat lama baru dapat bus. Tapi sialnya dapat yang non AC dan tarifnya Rp. 8000. Setengah perjalanan kami lalui dengan berdiri berdesakan di bus karena ramai sekali orang-orang. Daripada terus menggerutu dalam hati, saya memutuskan untuk menikmati perjalanan, melihat ke luar jendela. Beberapa nama kota yang saya lalui, sering saya dengar seperti Tengaran, Ampel, Boyolali dll. Kurang lebih, kota disekitar sini sama seperti di Sumatra. Bentuk bangunan, banyaknya pohon, sama deh.

Jam 11.30, kita tiba di terminal Kertosuro. Haduwh, rasanya lapaaar. Kita langsung menghajar Soto Kertosuro yang harganya Rp. 7000 dan Es teh manis Rp. 2000. Murah sekali ya kalau kita makan di sekitar Jawa. Setelah makan dan istirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan. Naik lagi bus tujuan Yogyakarta dengan tarif Rp. 8000 dan Non AC. Baju udah basah dengan keringat karena cuaca subhanallah panasnyaaaaa. Saya sampai tertidur pulas di bus setengah jam setelah melewati Klaten, dan sampailah di Prambanan.

Saya takjub sekali melihat Candi super besar ini dari luar pagar. Jujur aja, ini pertama kalinya saya kesini. Dengan semangat, kita mencari pintu masuk dan membeli tiket. Saya memilih Paket Prambanan – Ratu Boko Rp. 45.000. Dengan menggunakan paket ini, kita bisa pergi ke Candi Ratu Boko yang jauhnya sekitar 3 km arah selatah dari Candi Prambanan menggunakan shuttle bus AC.
Gapura di lihat dari atas bukit
Hanya 15 menit ngadem di mobil dan menempuh perjalanan menanjak melewati desa-desa, tibalah di komplek Candi Ratu Boko. Kami mendapat air mineral gratis karena ikut paket. Selanjutnya berjalan menaiki anak tangga teruuus sampai ke pintu masuk candi yang Subhanallah. Saya takjub saudara-saudara. Pintunya megah dan besaaar.

Gapura 1
Gapura 2
Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari selatan Yogyakarta hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton.
Hmm, ntahlah
Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Ratu Baka. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara ("wihara di bukit yang bebas dari bahaya"). Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun demikian ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni.
Dari atas bukit
Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan (vassal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.
Benteng
Di dalam kompleks ini terdapat bekas gapura, ruang Paseban, kolam, Pendopo, Pringgitan, keputren, dan dua ceruk gua untuk bermeditasi.

Berbeda dengan peninggalan purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan, situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk, pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung. Kalau kalian berniat untuk menyusuri tempat-tempat itu, siapkan stamina dan fisik matang-matang. Karena jarak satu tempat ke tempat lain itu jauh-jauh, menanjak, bahkan ada yang diatas bukit yang mengharuskan kalian naik puluhan anak tangga. Dan apabila sudah tiba di satu tempat, arealnya sangat luas kalau kalian mau berkeliling. Saya jadi membayangkan, betapa besar istana ini dulunya dan orang-orangnya pasti sangat banyak. Karena udaranya dingin, memang sih tidak membuat kita berkeringat, tapi tetep aja pegel deh. Capeeek. Saya sampai ngos-ngosan. Apalagi pergi dengan cowok-cowok. Mereka sih berusaha berkunjung semua tempat tanpa kenal lelah.
Cuma tumpukan batu-batu yang saya tidak tau artinya
Berbeda dengan keraton lain di Jawa yang umumnya didirikan di daerah yang relatif landai, situs Ratu Boko terletak di atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini relatif lebih sulit dibangun dari sudut pengadaan tenaga kerja dan bahan bangunan. Terkecuali tentu apabila bahan bangunan utamanya, yaitu batu, diambil dari wilayah bukit ini sendiri. Ini tentunya mensyaratkan terlatihnya para pekerja di dalam mengolah bukit batu menjadi bongkahan yang bisa digunakan sebagai bahan bangunan.
Tempat pemandian
Disini adalah spot paling indah untuk sunset kalau kalian ingin foto prewed dan memiliki kendaraan pribadi. Shuttle bus cuma ada sampai jam 4 sore untuk kembali ke Prambanan, jadinya jangan sampai lebih dari jam segitu. Soalnya saya sama sekali nggak tau kendaraan umum yang bisa mengantarkan sampai kesini. Selain itu, disekitar Ratu Boko ini terdapat Restaurant dengan pemandangan tepi gunung yang menakjubkan. Mumpung baru jam 4 sore, mau makan siang terlalu telat, makan malem masih lama, jadi kita tidak sempat mencicipi makanan disitu.
Pemandangan di Resto
Tangga menuju Candi

11 comments:

nuel mengatakan...

hmm, padahal gak papa lho makan malam terlalu cepat..... hehehe...

titoHeyzi mengatakan...

waaahhhhh sama - sama kak, aku juga blom pernah k prambanan, baru nyampe borobbudur doang,, hhha.

Kompleknya lebih luas ya, tapi candinya masih besar borobudur?? bener ga sih,, :p

oh iya kak, nama kotanya kertosura apa Kartosuro ya. Ini jalan2 waktu long weekend kmarin ya???

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@nuel : males aja belum laper

@tito : kalo candi sih ga ada yg mengalahkan borobudur.

nama kota Kertosuro deh. Iya ini jalan2 dari tgl. 12-20 Mei. termasuk karimun jawa

R10 mengatakan...

bukannya shuttle bus 45 ribu itu kemahalan yah

Fardelyn Hacky mengatakan...

tempatnya indah banget, adem lagi.
Catatan perjalanannya bikin iri nih :D

Fahrie Sadah mengatakan...

asyik nih jalan-jalan teruuuzz.. ^^

Tri Setyo Wijanarko mengatakan...

Nggak ada angkutan umum untuk ke keraton ratu boko mut, jadi ya udah bener sih kamu ngambil paket shuttle bus di prambanan. kebetulan ratu boko ini nggak terlalu jauh dari rumah, mungkin cuma sekitar 7-8 km dari rumah. hehe..

di sekitar ratu boko itu masih ada beberapa candi lagi sih mut seperti candi banyunibo sama candi ijo. sunset di sini juga bagus lhoo..

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@tyo : pengen sih ke semua candinya. cuma waktu udah mepet. udah sore dan kemarin ga jadi sewa kendaraan. jadi yaaa, di persingkat perjalanannya.. ntar pengen balik jogja, maen ke semua tempat

TS Frima mengatakan...

asik juga wisata ke candi seperti itu :)
jangan lupa perbanyak minum air putih :D

Unknown mengatakan...

wah bentengnya apik ya...suka dg bentuknya

pengobatan tradisional radang sendi mengatakan...

baju orange nya sesuatu banget,,,

Follow me

My Trip