Masih guling-guling di kasur
ketika tau hari ini kita harus menempuh perjalanan panjang ke Candi Prambanan –
Ratu Boko. Rasanya berat banget bangun karena kemarin terlalu lelah
berjalan-jalan keliling Semarang. Tapi mau bagaimana lagi, nggak bangun pagi,
berarti bakalan telat sampai kemana pun.
Sambil menunggu bus menuju Solo
dari Salatiga, kita bertanya pada penduduk sekitar bagaimana caranya pergi ke
Yogyakarta. Mereka bilang, naik aja bus jurusan Solo, turun di Kertosuro,
lanjut lagi bus ke arah Yogyakarta. Karena hari ini tanggal 17 Mei 2012, dan
kalau lihat di kalender itu tanggal merah, jadinya bus pada penuh. Kami
menunggu sangat lama baru dapat bus. Tapi sialnya dapat yang non AC dan
tarifnya Rp. 8000. Setengah perjalanan kami lalui dengan berdiri berdesakan di
bus karena ramai sekali orang-orang. Daripada terus menggerutu dalam hati, saya
memutuskan untuk menikmati perjalanan, melihat ke luar jendela. Beberapa nama
kota yang saya lalui, sering saya dengar seperti Tengaran, Ampel, Boyolali dll. Kurang lebih, kota disekitar sini
sama seperti di Sumatra. Bentuk bangunan, banyaknya pohon, sama deh.
Jam 11.30, kita tiba di terminal
Kertosuro. Haduwh, rasanya lapaaar. Kita langsung menghajar Soto Kertosuro yang
harganya Rp. 7000 dan Es teh manis Rp. 2000. Murah sekali ya kalau kita makan
di sekitar Jawa. Setelah makan dan istirahat sejenak, perjalanan dilanjutkan.
Naik lagi bus tujuan Yogyakarta dengan tarif Rp. 8000 dan Non AC. Baju udah
basah dengan keringat karena cuaca subhanallah panasnyaaaaa. Saya sampai
tertidur pulas di bus setengah jam setelah melewati Klaten, dan sampailah di Prambanan.
Saya takjub sekali melihat Candi
super besar ini dari luar pagar. Jujur aja, ini pertama kalinya saya kesini.
Dengan semangat, kita mencari pintu masuk dan membeli tiket. Saya memilih Paket
Prambanan – Ratu Boko Rp. 45.000. Dengan menggunakan paket ini, kita bisa pergi
ke Candi Ratu Boko yang jauhnya sekitar 3 km arah selatah dari Candi Prambanan
menggunakan shuttle bus AC.
Gapura di lihat dari atas bukit |
Hanya 15 menit ngadem di mobil
dan menempuh perjalanan menanjak melewati desa-desa, tibalah di komplek Candi
Ratu Boko. Kami mendapat air mineral gratis karena ikut paket. Selanjutnya
berjalan menaiki anak tangga teruuus sampai ke pintu masuk candi yang
Subhanallah. Saya takjub saudara-saudara. Pintunya megah dan besaaar.
Gapura 1 |
Gapura 2 |
Situs Ratu Boko pertama kali
dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat
reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan
cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari selatan Yogyakarta hingga
daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang
dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari
sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton.
Hmm, ntahlah |
Prasasti Abhayagiri Wihara yang
berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Ratu
Baka. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane
Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut suatu kawasan wihara
di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara ("wihara di bukit yang bebas
dari bahaya"). Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena
menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan,
salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada
tahun 792 M. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan
tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha,
sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun demikian ditemukan pula
unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha
dan Yoni.
Dari atas bukit |
Tampaknya, kompleks ini kemudian
diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan (vassal)
yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha tempat ini
disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu
oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam
pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.
Benteng |
Di dalam kompleks ini terdapat
bekas gapura, ruang Paseban, kolam, Pendopo, Pringgitan, keputren, dan dua
ceruk gua untuk bermeditasi.
Berbeda dengan peninggalan
purbakala lain dari zaman Jawa Kuno yang umumnya berbentuk bangunan keagamaan,
situs Ratu Boko merupakan kompleks profan, lengkap dengan gerbang masuk,
pendopo, tempat tinggal, kolam pemandian, hingga pagar pelindung. Kalau kalian
berniat untuk menyusuri tempat-tempat itu, siapkan stamina dan fisik
matang-matang. Karena jarak satu tempat ke tempat lain itu jauh-jauh, menanjak,
bahkan ada yang diatas bukit yang mengharuskan kalian naik puluhan anak tangga.
Dan apabila sudah tiba di satu tempat, arealnya sangat luas kalau kalian mau
berkeliling. Saya jadi membayangkan, betapa besar istana ini dulunya dan
orang-orangnya pasti sangat banyak. Karena udaranya dingin, memang sih tidak
membuat kita berkeringat, tapi tetep aja pegel deh. Capeeek. Saya sampai
ngos-ngosan. Apalagi pergi dengan cowok-cowok. Mereka sih berusaha berkunjung
semua tempat tanpa kenal lelah.
Cuma tumpukan batu-batu yang saya tidak tau artinya |
Berbeda dengan keraton lain di
Jawa yang umumnya didirikan di daerah yang relatif landai, situs Ratu Boko
terletak di atas bukit yang lumayan tinggi. Ini membuat kompleks bangunan ini
relatif lebih sulit dibangun dari sudut pengadaan tenaga kerja dan bahan
bangunan. Terkecuali tentu apabila bahan bangunan utamanya, yaitu batu, diambil
dari wilayah bukit ini sendiri. Ini tentunya mensyaratkan terlatihnya para
pekerja di dalam mengolah bukit batu menjadi bongkahan yang bisa digunakan
sebagai bahan bangunan.
Tempat pemandian |
Disini adalah spot paling indah
untuk sunset kalau kalian ingin foto prewed dan memiliki kendaraan pribadi.
Shuttle bus cuma ada sampai jam 4 sore untuk kembali ke Prambanan, jadinya
jangan sampai lebih dari jam segitu. Soalnya saya sama sekali nggak tau
kendaraan umum yang bisa mengantarkan sampai kesini. Selain itu, disekitar Ratu
Boko ini terdapat Restaurant dengan pemandangan tepi gunung yang menakjubkan.
Mumpung baru jam 4 sore, mau makan siang terlalu telat, makan malem masih lama,
jadi kita tidak sempat mencicipi makanan disitu.
Pemandangan di Resto |
Tangga menuju Candi |
11 comments:
hmm, padahal gak papa lho makan malam terlalu cepat..... hehehe...
waaahhhhh sama - sama kak, aku juga blom pernah k prambanan, baru nyampe borobbudur doang,, hhha.
Kompleknya lebih luas ya, tapi candinya masih besar borobudur?? bener ga sih,, :p
oh iya kak, nama kotanya kertosura apa Kartosuro ya. Ini jalan2 waktu long weekend kmarin ya???
@nuel : males aja belum laper
@tito : kalo candi sih ga ada yg mengalahkan borobudur.
nama kota Kertosuro deh. Iya ini jalan2 dari tgl. 12-20 Mei. termasuk karimun jawa
bukannya shuttle bus 45 ribu itu kemahalan yah
tempatnya indah banget, adem lagi.
Catatan perjalanannya bikin iri nih :D
asyik nih jalan-jalan teruuuzz.. ^^
Nggak ada angkutan umum untuk ke keraton ratu boko mut, jadi ya udah bener sih kamu ngambil paket shuttle bus di prambanan. kebetulan ratu boko ini nggak terlalu jauh dari rumah, mungkin cuma sekitar 7-8 km dari rumah. hehe..
di sekitar ratu boko itu masih ada beberapa candi lagi sih mut seperti candi banyunibo sama candi ijo. sunset di sini juga bagus lhoo..
@tyo : pengen sih ke semua candinya. cuma waktu udah mepet. udah sore dan kemarin ga jadi sewa kendaraan. jadi yaaa, di persingkat perjalanannya.. ntar pengen balik jogja, maen ke semua tempat
asik juga wisata ke candi seperti itu :)
jangan lupa perbanyak minum air putih :D
wah bentengnya apik ya...suka dg bentuknya
baju orange nya sesuatu banget,,,
Posting Komentar