Juni 02, 2012

Kota Lama, Semarang Tempo Dulu

Hmm, masih di Semarang. Mau kemana lagiii yaa...? Karena saya membawa daftar tempat wisata di Semarang, saya putuskan ke Kota Lama. Maklumlah, Jakarta memiliki kota tua, jadi sekalian aja ke kota lamanya Semarang dan ingin melihat juga seperti apa tempatnya.

Kota Lama adalah potongan sejarah, karena dari sinilah ibukota Jawa Tengah ini berasal. Semarang dan Kota Lama seperti dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan begitu saja. Sejarah kota ini berasal dari sini. Dan tentu saja ini menghadirkan keunikan tersendiri sama seperti Jakarta. Pada dasarnya area Kota Lama Semarang atau yang sering disebut Outstadt atau Little Netherland mencakup setiap daerah di mana gedung-gedung yang dibangun sejak zaman Belanda. Namun seiring berjalannya waktu istilah kota lama sendiri terpusat untuk daerah dari sungai Mberok hingga menuju daerah Terboyo.

Secara umum karakter bangunan di wilayah ini mengikuti bangunan-bangunan di benua Eropa sekitar tahun 1700-an. Hal ini bisa dilihat dari detail bangunan yang khas dan ornamen-ornamen yang identik dengan gaya Eropa. Seperti ukuran pintu dan jendela yang luar biasa besar, penggunaan kaca-kaca berwarna, bentuk atap yang unik, sampai adanya ruang bawah tanah. Hal ini tentunya bisa dibilang wajar karena faktanya wilayah ini dibangun saat Belanda datang. Tentunya mereka membawa sebuah konsep dari negara asal mereka untuk dibangun di Semarang yang nota bene tempat baru mereka. Tentunya mereka berusaha untuk membuat kawasan ini feels like home bagi komunitas mereka.

Dari segi tata kota, wilayah ini dibuat memusat dengan Gereja Blenduk dan kantor-kantor pemerintahan sebagai pusatnya. Mengapa gereja? Karena pada saat itu pusat pemerintahan di Eropa adalah gereja dan gubernurnya. Gereja terlibat dalam pemerintahan dan demikian pula sebaliknya. Saya pertama kali turun dari taksi memang ke gereja ini. Arsitektur bangunannya memang oldish sangat Belanda. Usia bangunannya lebih dari 200 tahun dan dijadikan "tetenger" (Landmark) kota Semarang. Terletak di Jalan Let Jend. Suprapto no.32. Dinamai gereja Blenduk karena dibagian atas 2 menara dan sebuah kubah besar. Kubah dalam bahasa Jawa berarti Blenduk. Bangunan ini mulai berdiri pada tahun 1753, digunakan untuk gereja NEDERLANDSCHE INDISCHE KERK. Gedung ini diperbaiki lagi pada tahun 1756, 1787, dan 1794. Pada tahun 1894 bangunan ini dirombak seperti keadaan sekarang.
Gereja Blenduk
Bagaimana dengan bangunan lainnya? Hmm, beberapa kali saya browsing dan belum menemukan sejarah dari bangunan lain. Disana tapi ada gedung PT. Telkom, Bank Mandiri, PT Pos Indonesia, yang semua bangunannya sangat Belanda sekali. Menurut saya, berbeda dari Jakarta, gedung-gedung di Kota lama ini sebagian besar masih dipakai sebagai kantor. Jadi banyak yang masih terawat.
PT Pos Indonesia
PT Telkom
Bank Mandiri
Saya juga berfoto di Nol Kilometer-nya kota Semarang. Sebagai saksi kalau saya sudah sampai kesini. Bagaimanapun bentuknya dan apapun fungsinya saat ini, Kota Lama merupakan aset yang berharga bila dikemas dengan baik. Sebuah bentuk nyata sejarah Semarang dan sejarah Indonesia pada umumnya.
Semarang Nol Kilometer
Setelah berjalan di kota tua dan mengambil beberapa foto (sangat cocok dijadikan tempat buat yang mau foto Prewed), saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan ke Paragon Mall dengan menaiki angkot. Angkot berjalan memasuki pasar, baru setelah itu sampai di salah satu Mall paling besar di Semarang. Kalau mau membandingkan dengan Mall-Mall di Jakarta, kurang lebih samalah. Jadi saya memutuskan tidak berlama-lama disini.

Di depan Paragon, saya menaiki minibus ke Banyumanik dengan tarif Rp. 5000 (dibohongin lagi, karena seharusnya cuma Rp. 3000). Tips dari saya kalau naik angkutan umum jangan nanya "berapa?" Pasti disangka pendatang dan ditipuin.  Dari Banyumanik, naik bus yang sama, sampai kernetnya juga sama dengan yang tadi pagi. Sudah cukup puas jalan-jalan di Semarang. Besok mau ke Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Ditunggu ya teman-teman.....!!!


Sumber :

4 comments:

Apikecil mengatakan...

Laporan kulinernya mana Mbak?heheheh
biasanya pasti ada postingan kulinernya..

Btw, foto2nya bagus. Diambil dari angle yang tepat dan artistik

Fardelyn Hacky mengatakan...

Kalau ndak nanyain ongkos, malah gak tahu mau bayar berapa, Mut, hehee

Mila Said mengatakan...

kayaknya gw blom pernah kesini deh wkwkwkkk

Elsa mengatakan...

Keren banget kota lamanya masih terawt ya
hak kayak di surabaya

Follow me

My Trip