Oktober 28, 2012

Cerita Idul Adha

Nasib jadi anak kosan, ketika lebaran Idul Adha bukannya makan enak di rumah, malah ke warung padang nyari rendang. Hehehe. Memang sih, selama saya kuliah dan kerja, lebaran Idul Adha jadi tidak terlalu spesial. Kalaupun ikut berqur-ban, pasti di Aceh dan saya tidak dapat melihatnya. Kemarin ada sih sempat datang ke pemotongan sapi dan kambing dekat kosan, tapi cuma lihat sebentar karena buru-buru mau ke Bogor bertemu dengan adik.

Sebenarnya kombinasi longweekend, apalagi setelah gajian itu sih tidak baik untuk kondisi keuangan saya. Apalagi, seharian setelah shalat Ied, saya pergi ke Bogor dan main ke Botani Square. Kenapa kesana? Karena saya suka belanja di Cytrus. Sering diskon soalnya. Nah, yang paling menguras dompet lagi adalah hampir semua merk itu diskon. Bahkan Executive diskon sampai 80%. Saya belanja baju kerja banyak banget karena memang hampir semua baju itu udah bladus. Baju saya cuma sedikit soalnya, jadinya ketika diskon, ya udah deh, sekalian aja belanja.

Setelah itu saya makan siang di Lotteria. Kirain ini Resto-nya Lottemart. Ternyata nggak ada hubungannya. Enak lho makan disitu karena cuma Rp. 15,000, kalian udah dapat es teh manis dan ayam crispy super duper guedeeeee. Kenyang deh! Karena perut udah kenyang, saya belanja ke Cytrus. Tapi cuma dapat 1 baju. Ya udah deh, nggak apa-apa. Hypermarket seperti Giant dan Carrefour juga diskon gila-gilaan. Haduwh, saya jadi menghabiskan banyak uang.

Hari Sabtu, rencananya mau jalan-jalan aja. Kalian tau, acara jalan-jalan saya sampai ke Emporium Pluit. Gile, jauh banget deh dari kosan saya di Kuningan. Tapi karena naik busway dan nggak macet (orang Jakarta pada ke Bandung), jadi nggak kerasa. Di halte busway saya baca projek MRT. Saya sangat antusias sebenarnya dengan MRT. Dari Fatmawati yang macetnya gilaaa, bisa naik MRT aja nyampe ke Bundaran HI, Senayan, dll. Apalagi tempat-tempat kerja di Jakarta seperti kantor saya atau Rasuna Epicentrum nanti pasti ada MRTnya. Saya juga semangat karena koridor busway nantinya akan lebih banyak dari ini. Jadinya kita nggak usah bermacet ria. Capek deh menghadapi macet di Jakarta. Bikin polusi!!

Di Emporium, SOGO malah lagi BIG SALE. OMG, komplit deh acara belanja saya. Diskonnya gila-gilaan sih. Dan barang yang biasanya jadi incaran saya, juga diskon. Oke deh, cukup bulan ini aja. Rencananya mau jalan-jalan nanti pas longweekend tengah November. Tapi duit keburu habis karena belanja. Tagihan kartu kredit juga banyak. Gimana cara bayarnyaaa??
Struk dan tagihan
Tumpukan baju
Akhirnya acara Idul Adha kemarin berakhir di Sushi Tei. Well, rada kalap makan disana dan menambah daftar panjang tagihan kartu kredit yang harus dibayar. But I enjoy it. Belanja bareng orang-orang tersayang itu rasanya bikin happy banget. Semoga dapat banyak rejeki lagi nanti. Saatnya menyumbangkan sebagian isi lemari ke orang-orang yang membutuhkan. Insya Allah, nanti akan diganti dengan 10 kali lebih baik oleh ALLAH SWT. Mohon maaf lahit batin ya :)

Oktober 20, 2012

Seandainya Mereka Ada

Semalam saya sempat berpikir dan teringat banyak hal. Dulu ketika masih SMA, saya pernah latihan drama di kelas sebelah. Saya tiba-tiba teringat beberapa teman SMA.

1. Teringat teman saya Nova, yang dulunya menonton kita latihan sambil cekikikan karena memang drama kita itu humoris. Nova adalah anak kelas sebelah, dia sangat cantik dan ramah. Dia juga pernah pacaran sama cowok paling ganteng diangkatan saya (ini kata teman-teman).

2. Ashrin, dia memerankan seorang pembantu dengan penjiwaan yang sangat keren dan makeup yang benar-benar terlihat sangat nenek-nenek. Dulu dia bilang pada saya, sempat tidak fokus karena ekstra kurikuler drama dan tugas sekolah membuat dia tidak bisa fokus. Dengan sedikit bujukan dan rayuan, akhirnya dia tetap mau main drama, dan ini yang terakhir. Tapi ketika kita selesai pentas, dia jadi ingin main lagi karena seni itu indah dan menyenangkan.

3. Teringat Adisha. Dulu kita satu team debat bahasa inggris dan dia adalah salah satu anggota paskibraka nasional. Kita juga dulu naksir orang yang sama dan sering bercerita tentang cowok itu di sela-sela latihan drama.

4. Teringat Ivan. Cowok gendut dan lucu yang selalu ada di pojok sebelah ruang kelas. Dia selalu datang pagi dan menegur saya, "Hi Mut, assalamu'alaikum." Dulu teman Ivan dekat dengan saya karena temannya dan saya hampir jadian (apa udah ya?). Kita jadi suka bercerita dan tertawa bersama.

5. Teringat Lona, cewek jago basket yang satu ini orangnya tinggi besar dan agak tomboi. Tapi dia baik hati. Saya tidak terlalu dekat dengannya, tapi jadi teringat deh.

6. Teringat guru matematika dan agama islam kesayangan. Mungkin mereka adalah guru yang membuat saya tidak pernah belajar untuk ujian. Bukan karena saya malas, tapi penjelasan mereka tentang pelajaran sangat saya pahami. Mereka pandai bercerita dan memberikan nasihat tentang hidup, yang masih saya ingat sampai sekarang.

Dan beberapa teman lainnya yang dulu pernah mengisi hidup saya. Cerita dan ingatan tentang kalian tetap tersimpan di hati. Walaupun sudah 8 tahun peristiwa tsunami, tapi Allah masih tetap menjaga ingatan saya tentang kalian dan tidak pernah terhapus. Kejadian itu benar-benar mengingatkan saya bahwa kematian itu dekat. Bukan berarti orang muda tapi kita umurnya masih panjang. Tidak ada yang bisa menjamin. Mungkin juga kalau mereka masih ada, mereka bisa saja menjadi orang hebat, sudah menikah atau punya anak, sudah jadi dokter, dll.

Terkadang pergi lebih dulu membuat kita terhindar dari dosa-dosa setelah itu. Selama 8 tahun, ntah berapa dosa yang saya buat. Atau mungkin, ntah berapa pahala jariyah yang saya kumpulkan untuk menyelamatkan saya di akhirat nanti. Apalagi meninggal karena bencana alam mendapatkan pahala syahid dan tidak tersiksa dalam kubur. Hal yang paling indah.
“Para syuhada ada 7: mati terbunuh dijalan Allah, karena penyakit kolera adalah syahid, mati tenggelam adalah syahid, karena busung lapar adalah syahid, karena penyakit perut keracunan adalah syahid, karena terbakar adalah syahid, dan yang mati karena tertimpa reruntuhan (bangunan atau tanah longsor) adalah syahid, serta wanita yang mati pada saat mengandung adalah syahid” (HR. Imam Malik, Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad)
Mereka sudah jadi bintang di langit sekarang :)

Oktober 07, 2012

Dancing in The Rain

Sudah masuk bulan ber...ber...ber... nih. Siap-siap hujan akan datang ke seluruh Indonesia. Alhamdulillah hujan. Teringat kemarin sewaktu Idul Fitri, sumur di kampung dan sawah jadi kering karena kemarau. Hawa panas terik lagi. Sekarang sudah sangat bersahabat. Dingin dan lembab.

Ngomong-ngomong soal hujan, saya jadi ingin menulis. Well, hampir semua novel saya tulis ketika sedang hujan. Tampaknya, melihat banyak serbuan air membasahi bumi itu sesuatu yang indah. Apalagi, ketika dulu rumah saya di komplek PT PIM Lhokseumawe, saya memiliki halaman luas yang ditanami berbagai macam bunga. Suasana setelah hujan adalah PERFECT. Melihat tetesan air turun dari kelopak bunga ke daun yang berada di bawahnya. Ahh, saya sangat merindukan suasana seperti itu. Romantis.

Bagaimana kalau di Jakarta? Mungkin dulu ketika di kantor lama saya selalu pulang jalan kaki dan tidak terlalu peduli dengan hujan. Sederas-derasnya hujan, saya tinggal pakai payung dan menerjang genangan air dengan sepatu crocs macan kesayangan saya. Paling lambat 15 menit pasti sudah sampai ke kosan tercinta. Kalau sekarang saya harus melihat berbagai macam pemandangan orang berteduh. Saya juga harus berlomba-lomba dengan rintik hujan untuk menyetop taksi. 

Pernah suatu kali saya pulang setelah magrib. Ketika keluar kantor, hujan mulai rintik-rintik dan saya berlari menaiki jembatan penyebrangan yang tinggi, teruuus berlari sampai ke seberang jalan. Alhamdulillah saya cepat dapat taksi dan saya tidak basah. Tapi ngos-ngosan banget deh. Pas sekali ketika saya sudah di dalam taksi, hujan datang dengan derasnya. Jalanan otomatis jadi macet. Sebenarnya saya tidak terlalu bermasalah dengan jalanan yang macet karena daerah Slipi walaupun macet pasti gerak, nggak akan macet total. Cuma saya jadi melihat pemandangan banyak orang terutama pengendara motor berteduh di bawah jalan layang atau jembatan penyebrangan, warung-warung pinggir jalan, dibawah pohon, walaupun tetap aja kena tempias hujan. Saya juga melihat orang berteduh di jembatan busway dimana tempatnya sempit dan orang masih banyak yang berlalu-lalang disana. Termasuk para polisi lalu lintas dengan jas hujan tetap mengatur lalu lintas agar tidak terlalu macet.

Saya hanya duduk diam di dalam taksi, menyaksikan semua hal itu. Somehow saya bersyukur dalam keadaan kering, nyaman, duduk dan berharap tiba di kosan dengan selamat. Ini mungkin sepele, tapi semua kenikmatan yang Allah berikan adalah hal yang patut disyukuri. Bahkan Allah mengulangnya hingga 31 kali dalam Al-Quran :
Maka Nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?
Mari kita bersyukur dalam segala hal :)

Oktober 03, 2012

Hi October

Akhirnya Oktober jugaaaa. Rasanya penyesuaian diri yang saya lakukan di bulan September sangat berwarna (halah). Saya harus menyesuaikan diri dengan tempat kerja baru dan client baru. Setelah saya pikir-pikir, kenapa saya tidak pernah mendapatkan client perusahaan makanan, minuman, cemilan, dimana saya bisa menikmatinya setiap hari. Kali ini saya malah ditempatkan di perusahaan Kargo. Wah, bergulat dengan perairan dan kapal-kapal ekstra besar deh ini. Dulu perusahaan tambang dan sebelumnya perusahaan listrik. Huft!

Okay deh, saya mau cerita sedikit keseharian saya. Saya sekarang mempunyai kebiasaan baik, yaitu tidak tidur lagi setelah shalat Shubuh dan malamnya saya tidur lebih cepat dari biasanya. Sekitar jam 10 udah tidur. Kegiatan di pagi hari seperti biasa, bikin sarapan, mandi, dan berangkat ke kantor. Kalau harus ke kantor, berarti jam 7 saya udah jalan dari kosan. Sedangkan kalau ke client, saya keluar jam 8 pagi. Sebenarnya kalau dipikir-pikir, jarak kosan ke busway itu jauh juga. Sekitar 10 menit jalan kaki, lalu naik busway. Kalau beruntung dapat kursi, kalau nggak ya berdiri terus sampai tujuan. Paling capek tuh kalau di halte Kuningan Barat. Duh desak-desakan parah deh. Tapi saya cukup kuat sekarang untuk ikutan berdesak-desakan.

Sampai halte Slipi, perut keburu keroncongan lagi. Biasanya saya mampir sebentar untuk beli kue dan makan. Dulu sih saya tahan aja kalau lapar. Tapi sekarang nggak bisa. Bukan karena nggak bisa tahan, tapi bunyinya itu bikin malu. Pernah sekali waktu lagi meeting, saya benar-benar sedang melakukan assessment laporan keuangan bersama user, perut bunyi keras banget. OMG! Biasanya kalau akan bunyi, saya pasti akan sangat aktif bertanya pada user, bahkan yang nggak penting pun ditanya seperti, "Tinggal dimana, Mas?" Apalagi kalau sedang rapat BOD, orang-orang pada hening dan berpikir, saya malah sibuk menyembunyikan bunyi perut. Yang bikin malu itu bunyinya kayak kentut, haduwh!!

Makan siang di sekitar kantor client itu murah-murah. Saya biasa hanya menghabiskan 10-11rb. Kemarin sempat 'nyobain makan di kantin kantor seberang dan Sop Iga harnya Rp. 18.000. Ah, mahal deh. Tapi enak banget lho. Nggak apa-apa lah sekali-sekali. Nah, untung makan siang juga saya makan banyak. Biasanya setelah makan utama, pasti beli dessert seperti es podeng, es cendol, es buah, dll. Apalagi sewaktu kemarin Assessment Laporan Pajak yang susahnya minta ampun, setelah makan siang pun bisa lapar tingkat dewa karena otak berpikir terlalu keras. Ahh, yang penting sekarang saya sudah paham sedikit mengenai pajak.

Biasanya saya pulang setelah shalat Magrib. Jalan yang macet hanya sekitar Slipi. Saya hanya diam duduk manis dalam taksi dan langsung diantar pulang. Biasanya tarif bluebird dari Slipi ke Kuningan sih murah cuma Rp. 35,000. Sampai kosan, makan, terus nonton Ustad Fotocopy di SCTV. Lumayan buat ketawa-ketawa. Hehehe.

Yang paling melegakan adalah ketika gajian. Huft, bulan yang lalu saya kere sekali. Untung sekarang kondisi keuangan kembali pulih. Alhamdulillah. Mungkin, begitu aja dulu ya yang saya ceritakan. Nanti saya update lagi. Postingan kali ini pasti dibaca sama Mama. Hai Mamaku tercinta, cium dan peluk :)

Oktober 01, 2012

Rengganis Wedding

Tanggal 29 Mei 2012 kemarin, saya menghadiri pernikahan salah satu sahabat saya bernama Rengganis. Akhirnya dia menikah di PUSDAI (Pusat Da'wah Islam) Bandung, sesuai dengan harapannya. Sempat terharu dan rasanya nggak percaya melihat semua acara dipersiapkan mendadak tapi bisa sempurna dan sangat keren. Tapi sayangnya saya tidak berfoto dengan pengantin. Sedih deh jadinya.

Mungkin kalau di Bandung, pernikahan Anis adalah yang termewah yang pernah saya datangi. Pelaminannya, gedungnya, makanannya, tamunya, dekorasi, semuanya pasti membutuhkan biaya yang sangat mahal. Memang Anis menggunakan Wedding Organizer, tapi untuk yang satu ini tampaknya sangat memuaskan. Pernikahannya menggunakan adat Sunda-Jawa dan pengantinnya benar-benar terlihat seperti Raja dan Ratu Jawa. Keren banget deh pokoknya. Saya sering melihat pesta pernikahan orang Aceh yang megah dan mahal, tapi kalau untuk orang Jawa - Sunda baru kali ini.

Tentang Anis, dia itu teman saya selama kuliah sampai kerja. Dulu kita satu kosan dan satu kamar. Awal-awal kerja, dengan kondisi keuangan yang sangat pas-pasan, tapi kita selalu kebanjiran makanan. Ada aja yang memberikannya. Tapi kehidupan Anis itu berubah sekali, awalnya hanya seorang teller, dengan usaha dan kerja kerasnya meneruskan perusahaan Ayahnya, dia bisa menjadi pengusaha sangat sukses. Saya salut sama dia. Mungkin awalnya hanya bermimpi punya mobil mewah, tapi mimpi bisa berubah menjadi semangat untuk mewujudkannya selama terus berikhtiar. Sekarang dia sudah memilikinya, usahanya juga sukses, dan dia berhasil memberangkatkan keluarganya pergi umroh. Subhanallah. Mungkin dia adalah salah satu teman saya yang perjalan hidupnya sangat menginspirasi. Dia juga salah satu parner nge-bolang saya dan kita sudah jalan-jalan ke berbagai tempat. Hmm, udah nikah nanti masih bisa nggak ya ngebolang? heheheh.

Selamat menempuh hidup baru Anis dan Mas Rachmat. Semoga menjadi keluarga Sakinah, Mawaddah, Warrahmah, dikarunai keturunan yang shaleh dan shalehah. Langgeng sampai ajal memisahkan ya.

ﺑَﺎﺭَﻙَ ﺍﻟﻠّﻪُ ﻟَﻚَ ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻭَﺟَﻤَﻊَ ﺑَﻴْﻨَﻜُﻤَﺎ ﻓِﻲ ﺧَﻴْﺮِ

Follow me

My Trip