November 27, 2012

Vertigo dan Keracunan Makanan

Baiklah, khusus untuk postingan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman saya untuk pertama kalinya selama merantau dan jauh dari keluarga, diopname di Rumah Sakit. Oh tidak! Memang sebenarnya ini bukan pengalaman saya yang pertama diopname, karena biasanya pasti ada Mama disamping saya. Kali ini lain, ditemani dengan adik tercinta yang setia menemani, saya menghabiskan waktu 3 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina.

Cerita bermula ketika hari Rabu, saya pergi ke kantor dengan sangat sehat wal'afiat tanpa perasaan bakalan sakit. Bahkan nggak merasa mau flu juga (penyakit yang biasa datang). Saya jajan kue sus di bawah halte busway untuk sarapan. Saya memang biasa jajan disini, tapi ntah kenapa kali ini rasa selainya menurut saya agak aneh. Saya abaikan saja deh akhirnya, lalu tetap menikmati kue sus sampai beres. Makan siangnya di warung padang belakang kantor dengan menu rendang dan perkedel. Lalu saya beli rujak untuk dicemil sambil mengerjakan report. Semua berjalan seperti biasa. Tanpa ada tanda-tanda bakalan sakit.

Akhirnya ketika jam 3, saya melepaskan headset dan merasa kepala saya pusing. Saya kira hanya pusing biasa. Saya shalat Ashar dan terasa sakit sekali ketika sujud. Rasanya itu seperti dunia terbalik. Selesai shalat, saya kembali ke meja saya dan mulai merasa-rasa sakitnya. Saya oles minyak angin berharap bakalan berkurang sakit kepala saya. Efeknya malah menjadi-jadi, saya diare. Bahkan sampai 2x dalam selang waktu 1 jam. Saya akhirnya ijin pulang. Rasanya dunia di penglihatan saya mulai berputar-putar sehingga saya harus berpegang pada dinding-dinding kantor sampai jembatan penyebrangan. Saya pulang ditemani oleh 2 teman saya. Setelah sampai kosan, saya turun, dan dunia berputar semakin cepat. Saya jadi merasa ingin muntah, tapi masih saya tahan. Saya duduk dibangku sejenak, melanjutkan jalan ke ruang tamu kosan, duduk lagi, berputar-putar lagi kepala saya dengan parahnya, dan saya berusaha naik tangga kosan menuju kamar.

Adzan magrib berkumandang. Saya terpaksa shalat sambil tidur bahkan bertayamum. Pas setelah shalat, saya muntah dengan sangat parah. Nggak pernah rasanya muntah separah kemarin. Dilanjutkan dengan diare yang membuat saya berusaha keras ke kamar mandi. Untung wc duduk dan saya bisa bersandar di dinding. Muntah dan diare itu kombinasi sangat mantap untuk membuat tubuh saya pucat pasi. Saya telepon kakak saya yang kebetulan seorang dokter, bertanya dan bercerita tentang apa yang saya alami. Awalnya dia mengambil kesimpulan kalau saya keracunan makanan. Dia memberikan beberapa obat dan saya tunggu reaksi sampai besok. Pacar datang membawa makan malam. Saya nggak mau makan, takut muntah dan merepotkan dia. Tapi keburu muntah juga. Hampir mati rasanya.

Diinfus :'(
Keesokan paginya saya diare lagi dan kepala sangat pusing. Tidak ada tanda-tanda lebih baik dari kemarin. Saya telepon adik saya, menyuruhnya langsung datang ke kosan untuk membawa saya ke Rumah Sakit. Saya sudah tidak kuat lagi. Saya tanya teman saya dimana saja rumah sakit yang rekanan dengan asuransi kantor saya (karena kantor baru jadi nggak tau dimana rumah sakit rekanan). Saya memilih Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) karena dekat dan yang saya tau RS ini sangat mantap pelayanannya. Saya langsung dilarikan ke UGD, perawat dan dokter langsung datang, saya di infus dan disuntik bermacam-macam, baru saya merasa enakan. Awalnya lemas sekali, tidak sanggup jalan sama sekali.

Saya disuruh CT SCAN, karena dokter takut saya muntah dan pusing itu ada efek ke otak. Haduwh, saya takuuuuut. Mana CT SCAN itu alatnya gede, saya juga takut kalau ketemu sesuatu (takut menerima kenyataan). Akhirnya saya menunda dulu CT SCAN. Saya diopname deh akhirnya. Ditemani adik tercinta. Sebenarnya untuk anak kosan, ada baiknya juga di opname. Selain karena ada yang ngurusin, ada suster, makanan jelas, dan istirahat sejenak dari urusan kantor. Kalau diem di kosan, makan harus beli, diem sendiri di kamar lagi, lebih baik di RS deh.

CT SCAN, ngeri kan?
Keesokan harinya setelah saya rada kuat untuk duduk, saya mau di CT SCAN. Hasil pengecekan darah sangat baik, mungkin karena saya muntah dan diare sehingga racun dalam darah (kalau benar keracunan makanan) sudah hilang. Saya bilang ke dokter spesialis syaraf kalau saya takut alatnya, gede banget. Kata dokter, "Kok takut? Disentuh aja nggak." Saya pengen pulang juga karena bosen di RS. Eh, malah diomelin, "Saya heran pasien masih nggak bisa duduk begini malah minta pulang." Oke dok, saya nurut, huaaaa T_T.

Sempat panik juga ketika di CT SCAN, saya masih menggunakan anting (tidak boleh ada logam karena ikut terfoto). Kan saya panik ketika suster tiba-tiba masuk, sedangkan saya sedang berada di tengah lingkaran alat CT SCAN. Saya kira bakalan kesetrum, hehehehe. Terasa ada wave gitu ketika saya masuk ke alatnya. Apa hanya perasaan saya aja ya?

Alhamdulillah hasil CT SCAN tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kelainan. Phiuuuh. Saya udah takut ada hal aneh-aneh nantinya. Teman sekamar saya terkena tumor tulang belakang yang membuat syarafnya terjepit dan dia lumpuh. Semakin takut deh saya di CT SCAN. Tapi udah beres CT SCANnya, udah keluar juga dari RS, dan dapat banyak makanan hasil dari jengukan teman-teman. Dokter memberikan saya obat vertigo karena pusing yang berputar. Tapi sumpah, penyakit ini sangat-sangat nggak enak karena saya jadi nggak bisa duduk apalagi berdiri. Jangan sampai kena lagi.

Saya menulis ini masih berleha-leha di kosan. Masih harus istirahat.

November 24, 2012

Curug Bojong Koneng Part 2

Buat yang sudah baca Curug Bojong Koneng Part 1, saatnya saya melanjutkan ceritanya. Sebenarnya postingan ini ingin saya tulis hari Rabu kemarin. Eh, ntah kenapa tiba-tiba saya jatuh sakit. Postingan selanjutnya saya akan menuliskan tentang pengalaman di rawat di RS.

Setelah melihat Curug dari kejauhan, kami masih berjalan kaki mengikuti jalan setapak sampai akhirnya bertemu dengan beberapa cowok di sebuah balai. Mereka petugas taman wisata Curug ternyata. Tiket masuk kesini lumayan mahal menurut saya Rp. 20,000. Kami harus melewati sungat kecil berbatu lalu masih berjalan mendaki sedikit, baru menemukan Curug seutuhnya.
Sungai kecil berbatu
Nanjak lagi
Arena wisata seperti ini sudah jadi sangat komersil. Terlihat dengan akan dibangunnya sejenis Waterboom dan kolam. Karena pembangunan itu, areal kolam jadi berwarna tanah. Anehnya masih banyak yang mau mandi dan berenang di air berwarna tanah itu. Huft! Saya sih ogah. 
Dua batu besar yang di cat
Curug Bojong Koneng ini diapit oleh 2 batu super sangat besar dan sudah di cat. Maunya warna aslinya saja ya, biar lebih indah. Saya lebih memilih bermain pas dibawah Curug karena airnya sangat jernih dan dinginnnn banget. Cuma semburan anginnya terlalu deras dan membuat jilbab saya berkibar-kibar. Tapi, tidak ada yang terlalu spesial disini. Saya juga rada ogah mandi. Sempat basah-basahan menikmati semburan air, lalu kami memutuskan untuk pulang. 
Bersender di batu
Dibawah air terjun
Karena merasa masih laper, saya melihat ada tukang es durian disana. Setelah menikmati es dengan gelas imut-imut dan burger kecil, rada syok karena harganya Rp. 8,000 untuk porsi sekecil itu. OMG! Tapi, nggak apa-apa deh, kasian penjual es durennya. Setelah kenyang, kami memutuskan untuk pulang. Awalnya saya ingin ke Curug 2 dulu, tapi sudah lelah. Bahkan sudah tidak mau berjalan kaki lagi untuk pulang.
Es Durian
Kami memutuskan untuk ngojek dari Curug. Sebaiknya disini kalau menawar ojek, dengan menggunakan bahasa Sunda. Setelah capek menawar, akhirnya dapat juga harga Rp. 30,000 dari Curug ke Mall Bellanova di Sentul City (perkiraan kalau pakai motor bakalan cepat). Ternyata oh ternyata, dengan kecepatan mengendarai motor yang mengerikan, jarak antara Curug bahkan ke pertigaan tempat kami memotong jalan saja sangaaaaaaaaaaaaaaaat jauh. Masya Allah. berasa kurang gitu ngasih Rp. 30,000. Dan yang paling bikin jantung lemes adalah ketika dibonceng si abang ojek. Jalanan naik turun dibablas dengan kecepatan tinggi, tanpa helm lagi. Haduwh! Wajah saya udah kayak si Komeng di iklan sepeda motor itu. Jantung juga hampir stop. Mengerikan!

Alhamdulillah tiba di Bellanova dengan selamat. Hufff!

November 18, 2012

Curug Bojong Koneng Part 1

Longweekend kemarin, tepatnya hari kamis, saya bersama teman-teman akhirnya berwisata alam kembali. Terakhir wisata alam ke Karimun Jawa bulan 5 kemarin pas ada very longweekend juga. Asyik deh jalan-jalan ke alam terbuka. Tapi kaki pegel-pegel banget. Tujuan kali ini adalah Curug Bojong Koneng karena terdapat di desa Bojong Koneng, Sentul. Tapi ada yang bilang kalau Curug ini adalah Curug Luhur. Tapi sepertinya beda deh, karena ketika saya browsing, Curug Luhur dekat dengan Curug Nangka dan berada di daerah Bogor.

Baiklah, saya akan bercerita sedikit tentang perjalan menuju Curug. Dari kosan saya di daerah Kuningan, saya pergi ke depan Semanggi (komdak) untuk menunggu bus jurusan Cibinong. Perjalanan ke Cibinong kira-kira 30 menit lalu turun di Citereup Jagorawi. Kami lalu menaiki taksi menuju Taman Budaya Sentul. Taksi kalau udah berjalan di tol pasti cepet banget argonya naik. Ketika ketemu Sentul City, kalian tinggal ambil jalan ke kiri untuk menuju Taman Budaya. Sampai di Taman Budaya, argo taksinya Rp. 52,000 pakai bluebird. Mahal ya, untung untuk rame-rame.
Perjalanan dimulai dari Taman Budaya
Kami bertanya pada warga sekitar kemana arah Curug Bojong Koneng. Mereka bilang dari Taman Budaya hanya 3 km saja menuju Curug, tapi tidak disarankan jalan kaki karena bisa 2 atau 3 jam sampainya. Logikanya mana mungkin 3 km jalan kaki bisa memakan waktu selama itu. Jadi kami langsung aja melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Sekalian menikmati perjalanan dimana pemandangannya sangat indah dan asri.
Seperti Lintasan kalau dilihat dari atas
Semakin lama perjalanan semakin menanjak. Ntah berapa kali berhenti di warung untuk beli minuman dan ngemil. Termasuk berhenti sholat zuhur di mesjid-mesjid terdekat. Setiap orang yang kami tanya, semuanya bilang kalau Curugnya jauh sekali, 2 km lagi. Padahal 2 km itu dekat, tapi karena jalannya nanjak, haduwwh!! Kalian tau, suasana daerah sini sangat desa. Banyak peternakan kambing dan ayam. Memang sih jalannya sudah di aspal dan kalau kita berjalan terus langsung sampai ke Curug (jalan dibuat memang untuk memudahkan pengendara motor dan mobil langsung menuju Curug).
Istirahat dan bergaya sejenak
Ketika selesai shalat zuhur, kami mampir di warung bakso. Baksonya enaaak banget dan hanya Rp. 5000 sajaaa. OMG, masih ada ya harga baso hari gini 5000. Senang banget deh. Kami juga tanya sama abang baksonya kemana arah jalan menuju Curug yang lebih dekat (kami sudah berjalan 2 jam). Dia bilang nanti ada pertigaan, kita tinggal belok kiri masuk ke desa-desa. Kalau ikutin jalan mungkin masih butuh waktu 2 jam lagi. Oh tidak!

Perjalanan dilanjutkan
Kami menemukan pertigaan dan berbelok ke kiri. Daerahnya memang sangat desa. Ntah berapa kali kami menemukan kandang kambing dan banyak ayam berlari-larian kesana kemari. Bahkan masih banyak anak-anak baru pulang sholat berjamaah di mesjid. Sampai akhirnya bertemu plang bertulisan Curug 2 dan ada bapak-bapak yang samperin kita. Katanya kalau mau ke Curug 1 (lebih bagus) harus lewat jalan sini (ada jalan setapak).
Melewati kampung
Jalan setapaknya dipenuhi bebatuan dan kembali mendaki. Haduwh bener-bener deh saya capek sekali. Tiba-tiba di tengah-tengah pendakian ada anak kecil yang bilang, "lewat sini." Awalnya saya rada takut, itu anak, hantu bukan ya? Senyum nggak, mukanya datar aja. Muncul tiba-tiba lagi. Tapi karena rame-rame, jadi pasrah ajalah kalau emang 'tu anak, hantu. Tapi ternyata anak itu membawa kami melalui jalan pintas untuk sampai dengan cepat ke Curug. Hanya dalam waktu 30 menit melalui sawah yang hijau dan perkebunan, akhirnya saya melihat Curug dari kejauhan. Kami memberikan tip ke si anak, lalu melanjutkan perjalanan kembali hingga ke Curug.
Perkebunan
Sawah
Akhirnya air terjun terlihat
Cerita dilanjutkan ke Part 2 ya :)

November 14, 2012

Bahaya Kemacetan Jakarta

Kemarin seperti biasa saya pulang dari kantor dengan menggunakan taksi. Ntah kenapa, kalau  memasuki musim hujan, Jakarta dilanda macet lebih parah daripada biasanya. Biasanya setiap pulang kerja, saya melalui Jl. Pejompongan teruuuss sampai tembus ke Landmark dan nggak macet. Nah, senin dan selasa kemarin puncaknya macet. Argo taksi sampai Rp. 50,000, dua kali lipat dari biasanya. Sebenarnya bukan masalah argo juga, tapi saya menghabiskan waktu 1 jam hanya untuk pulang ke kosan (setengah perjalanan ke Bandung). Ini baru dinamakan, tua dijalan.

Ada yang lebih berbahaya lagi. Ini saya alami sendiri. Ketika saya pulang kantor dan melewati Jl. Pejompongan seperti biasa, ada kereta api melintas. Ada palang otomatis yang seketika turun dan saya dengan sabar menunggunya. Taksi saya termasuk barisan antrian di dekat dengan palang. Ketika palang terbuka, taksi saya maju. Tapi karena macetnya, jadi majunya sedikit demi sedikit.

Nah, yang membuat saya masih lemes sampai sekarang adalah ketika saya masih berada di jalur kereta, tiba-tiba terdengar bunyi teng teng teng teng (pertanda kereta selanjutnya akan melintas). Dari kejauhan saya sudah melihat ada 2 cahaya lampu kereta yang semakin mendekat dan saya masih stuck di rel. Saya langsung panik dan berdoa seketika. Mana mobil di depan saya tidak ada tanda-tanda akan maju karena macetnya memang nggak gerak. Melihat lampu kereta semakin mendekat, saya ambil tas, saya suruh juga sopir taksi untuk ikut keluar. Pas ketika akan buka pintu mobil, mobil di depan saya maju, dan taksi saya bisa keluar dari jalur kereta. Seketika itu juga, selang hanya beberapa detik, kereta api datang dan melintas dibelakang saya. Allah masih memberikan saya kesempatan untuk hidup, Alhamdulillah. Saya melihat mobil merk CRV dimana mobilnya hanya berjarak beberapa centimeter saja dari kereta yang melintas. Masih merinding memikirkannya.

Setelah kejadian itu, perjalanan saya menuju kosan tetap saja terhambat macet yang benar-benar nggak bergerak. Akhirnya sopir taksinya mengambil jalan menuju Bendungan Hilir dan keluar di Sudirman. Paling nggak kalau macet di Sudirman itu masih bergerak.

Saya jadi berpikir, memang memperbanyak jumlah transportasi umum seperti kereta itu sangat baik. Tapi kalau terlalu cepat seperti kemarin, dimana selang waktu hanya 5 menit, rasanya sangat berbahaya untuk kondisi Jakarta yang selalu macet. Apalagi kalau macet nggak gerak sama sekali. Semoga kedepan ada rencana yang lebih baik untuk menghindari kecelakaan tertabrak kereta. Mana supir taksinya cerita, temennya sopir taksi yang melintas di pasar minggu, meninggal karena tertabrak kereta juga. Kalau saya sih mending turun, mobil aja yang ditabrak. Kan nggak bisa gerak juga karena macet. Nyawa hanya 1 dan nggak akan bisa balik lagi.

Semoga bermanfaat :)

November 07, 2012

Buy 1 Get 1

Ntah kenapa, sekarang banyak banget cowok-cowok gombal. Tapi ada juga gombal yang bener-bener lucu dan kejadiannya di sekeliling saya. Mau tau? Silahkan disimak cerita berikut.

1. Starbucks
Sewaktu sedang mengantri membeli Frapucino di Starbuck, seperti biasa, ada promo dari kartu kredit BCA buy 1 get 1. Sebenarnya nggak aneh sih promo ini, cuma yang aneh customernya.  Suatu kali ada seorang customer cowok datang menghampiri seorang cewek yang lagi mengantri juga. 
"Cewek, sendiri aja?" tanya si cowok sambil senyum-senyum.
Cewek itu mengangguk.
"Kalau gitu, mau nggak kamu jadi Buy 1 Get 1 BCA aku? Jadi kita bisa minum bareng."
Saat itu bukan hanya saya, tapi semua customer yang mengantri senyum-senyum penuh makna.
"Ngga usah makasih," jawab si cewek.

2. Nonton XXI
Sewaktu sedang menunggu pacar ke WC, saya lihat ada seorang cowok yang sedang duduk sendirian. Lalu datang seorang cewek (yang juga sendirian) duduk di sebelah cowok itu.
"Kamu sendiri aja?" tanya cowok itu.
"Kenapa memangnya?"
"Pas banget, kamu mau nggak jadi Buy 1 Get 1 BCA aku?"
Cewek itu mengernyit.
"Nggak apa-apa kok nanti kamu tinggal bayar ke aku. Kan lumayan diskon 50%."
OMG, saya kira mau di traktir. Ternyata ini lebih parah lagi. Tiba-tiba cowoknya si cewek datang dan mereka pergi. Kasian bener cowok itu.

Cuma bisa tertawa sendiri mengingat 2 kejadian itu. Hahahahaha.

November 04, 2012

Sekali-sekali Ambil Cuti

Cerita ini terinspirasi ketika saya pulang mengendarai taksi. Melihat kiri dan kanan semuanya mobil mewah, jadi ingin menulis cerita deh. Baiklah, mari kita simak ceritanya. Oh ya, sebelum itu, maaf ya saya jadi jarang update blog. Tidak ada yang terlalu spesial. Hanya ke kantor, kerja, pulang, istirahat. Tapi nanti ada very long weekend bulan ini dan saya berencana ke curug-curug di Jawa Barat. Ada yang mau ikut? Let's Go!

Suatu hari aku tidak masuk kerja. Karena kebiasaan bangun pagi, jadinya hari ini aku bangun pagi seperti biasanya aku kerja.
"Ayah, nggak kerja?" tanya anakku.
"Ayah cuti 2 hari. Mau istirahat."
"Oke deh, Alvian pergi kerja dulu ya." Ucap anakku sambil mencium tanganku.
Sebenarnya aku cuti bukan untuk istirahat. Aku ingin melakukan pekerjaan rahasia. Aku sudah bersekongkol dengan sopirku sendiri untuk mengerjakan pekerjaan ini.

Sopirku mengantarkanku ke pangkalan taksi. Aku memakai seragam, dan bersiap mengemudikan taksi. Direktur perusahaan taksi sampai tidak percaya dengan apa yang aku lakukan. Seorang pengusaha, presiden komisaris, malah mau mencoba jadi sopir taksi. Sebenarnya aku melakukan hal ini karena anakku. Dia marah karena aku selalumarah pada sopir kami karena macet. Mungkin benar, yang salah memang karena macet, tapi kenapa aku marah?

"Kalau Ayah kerjanya marah melulu, cobain sekali-kali jadi sopir taksi yang sangat sabar." Begitu kata anakku dan aku tertantang. Lihat saja nak, Ayah akan membuktikan.

Aku keluar dari pangkalan taksi pukul sepuluh pagi. Ketika keluar, langsung ada yang menyetop. Wah, lumayan. Ternyata penumpang yang satu ini langsung menyuruh mengantar ke daerah Fatmawati (aku dari Menteng). Dengan sabar aku menembus kemacetan. Ternyata mengerikan macetnya. Keahlianku menyetir sudah tidak mengimbangi kesabaranku. Hampir 2 jam kemudian, aku baru sampai ke Fatmawati. Oh tidak, aku lelah sekali. Mana penumpangnya ngomel-ngomel karena aku nggak tau jalan pintas.

Aku dapat penumpang lagi di Fatmawati dan dia minta diantarkan ke daerah Central Park. Oh tidak, arah itu lagi??? Aku sms sopirku, menyuruhnya untuk menjemputku di Central Park. Aku sudah tidak kuat. Pinggangku sudah mulai kaku dan encok. 

Ah, daripada memikirkan macet, lebih baik aku mengajak penumpang ngobrol. 
"Mau pergi kerja ya mbak?"
"Iya, Pak. Ada meeting."
"Di Mall ya meetingnya?"
"Iya, Pak. Aneh ya, setiap mau miting client saya minta ke Mall. Katanya lebih enjoy."
"Soalnya kadang karyawan bosan melihat kantornya, jadi lebih suka ke Mall." Sebenarnya ini sih pendapatku saja.
"Nggak juga sih Pak. Ini adalah konsep bisnis properti, bla...bla...bla.." Dia menjelaskan panjang lebar. Aku sangat mengerti pembahasannya. Tapi dia berkali-kali nanya, "Ngerti nggak Pak?"
Akhirnya, karena aku juga adalah Preskom perusahaan properti, aku memberikannya beberapa saran. Termasuk konsep yang paling uptodate yang membuatnya bengong.
"Bapak mengerti sekali? Jarang-jarang ada sopir taksi seperti ini?"
Aku hanya tersenyum. Dan ketika tiba di Central Park, aku langsung mengembalikan taksi pada sopir aslinya dan aku menuju mobilku sendiri. 

Sebelumnya, aku melihat wanita tadi masih keheranan melihatku. Aku tersenyum dan mendekatinya. "Saya hanya salut pada sopir taksi yang mengantar kalian kemana pun. Makanya saya ingin mencoba menjadi mereka ternyata saya nggak sanggup. Tampaknya saya mau ke dokter sekarang karena encok saya kambuh. Tentang konsep yang saya berikan, saya yakin atasan Anda akan terkagum-kagum apabila Anda mengatakannya. Saya juga orang properti."

"Lain kali kita ketemu lagi. Saya mau ke dokter dulu." Dan dia masih terbengong-bengong melihatku menaiki mobil mewahku.

Seandainya ini terjadi pada kalian, mungkin kalian adalah penumpang taksi dalam cerita diatas :)

Follow me

My Trip