Januari 31, 2013

Dieng Part 2 : Kawah Sikidang

Setelah puas bermain dan berfoto di Kawah Sileri, perjalanan wisata kawah pun dilanjutkan. Jangan tanya lewat mana atau arah perjalanannya karena sepanjang perjalanan saya tidur. Haduwh, udara dingin dan badan yang capek karena perjalanan 15 jam membuat rasa ngantuk itu terlalu besaaaar. Pokoknya ketika membuka mata, kami semua sudah berada di parkiran Kawah Sikidang.

Sewaktu tiba disini, hujan mulai turun. Udara jadi sangaaaaat dingin. Karena belum makan siang juga dan perut lapar dan juga harus menunggu hujan reda, kami memutuskan untuk berteduh sambil menikmati Mie Instant pakai telur. Ahh, rasanya memang Mie adalah makanan paling enak saat hujan turun. Ditambah lagi dengan minum teh panas manis. Rasanya sangat menghangatkan badan. Oh ya, karena terlalu dingin, teh panas juga jadi cepat dingin. Jadi cepat-cepatlah kalian meneguknya. Saking dinginnya udara, ketika berbicara akan mengeluarkan asap, seperti orang merokok.
Kawah Sikidang dari Atas
Berfoto di parkiran
Yang menarik dari Kawah Sikidang ini adalah kita bisa mendekat bahkan sangat dekat ke kawahnya. Jangan coba-coba menyentuh laharnya karena panasnya 80 derajat. Tapi ada beberapa didihan atau gelembung-gelembung gas di atas tanah yang panas tapi masih bisa dipegang. Oh ya, disini sangat bau belerang. Kalau kalian nggak tahan sama baunya bisa beli masker. Karena hidung saya mampet karena pilek kedinginan, saya tidak menggunakan masker. Suasana juga sangat berkabut. Asap lahar dan bau belerang membuat agak susah melihat sekeliling. Fyi, buat yang sesak napas memang lebih baik pakai masker. Tapi kalau memang nggak suka pakai masker seperti saya, mending ikuti arah angin jadi asap lahar yang berbau belerang tidak tercium terlalu pekat.
Cewek - cewek di dekat kawah
Pose dipinggir kawah
Buat yang suka tantangan, rasanya belum lengkap kalau tidak mendaki gunung dan melihat kawah dari atas. Dengan tanjakan yang terjal dan membuat lutut lemas karena kiri kanan jurang dengan asap bercampur kabut yang sangat mengganggu pandangan. Dengan berusaha keras melawan rasa takut, akhirnya saya sampai pada puncak tertinggi dan kaki saya masih gemetaran. Oh ya, selama berjalan-jalan disekitar kawah, kami ditemani oleh tour guide, jadinya masih bisa merasa aman.
Ayo mendaki!!
Pose dulu
Kabut dan asap
Setelah puas bermain dan menjelang magrib, kami pulang ke homestay. Rasanya ingin mandi karena ada air hangat, tapi karena antriannya panjang, jadinya kami harus makan malam dulu. Rombongan dibawa ke sebuah pendopo. Disana disajikan makan secara parasmanan. Di pendopo tersebut banyak sekali foto Pak Soeharto. Katanya dulu Pak Harto sering mengadakan pertemuan disini. 
Antrian parasmanan
Makan dulu~~
Semakin malam, udara semakin dingin. Ketika pulang ke homestay dan berniat mandi air hangat, eh pemanas airnya malah mati. Beberapa teman nekad mandi air dingin malam-malam dan keramas. Gile! Saya karena alergi dingin, bersin-bersin banget, jadi memutuskan untuk nggak mandi. Cuma cuci muka dan sikat gigi. Pas sikat gigi juga nggak kuat banget kumur-kumur. Airnya dingiiiin buanget. Kasur untuk tidur juga dingin, handphone dingin, air minum dingin, aaahhh semua dingiiiiinnn. Saya tidur pake sweater plus jaket dan selimut, minum obat alergi dan Vitamin C, supaya bisa tidur karena jam 2 pagi kami harus bangun dan hunting sunrise di Puncak Sikunir. 

Ikuti terus petualangan saya ya :)

Januari 29, 2013

Dieng Part 1 : Kawah Sileri

Akhirnya pada tanggal 25 Januari 2013 kemarin, saya bersama rombongan Backpacker Indonesia berangkat ke Dieng Plateu. Kayaknya ini rombongan paling rame deh. Sampai 70an orang dan EO-nya cuma si Joshua sendirian. Salut banget sama dia. Pasti dia pusing 7 keliling. Hihihiihi.

Well, kenapa saya tertarik pada Dieng? Awalnya sih karena baca postingan si Tyo di Wijanarko.net ketika dia main ke Dieng. Dieng juga merupakan dataran tertinggi di Jawa dan yang pasti sangat dingin. Udah mempersiapkan sweater, jaket 2 helai, sarung tangan, dan kaos kaki, juga jilbab pashmina untuk menghangatkan badan. Seperti biasa, meeting point di Semanggi dan sekitar jam 9 malam kami berangkat.

Saya kira lama perjalanan hanya 8-10 jam saja, mengingat bus biasanya jalannya kenceng banget di lintas Jawa. Eh ternyata oh ternyata, perjalanan ke Dieng dengan bus carteran ini memakan waktu 15 jam. OMG! Lama banget di jalannya. Mobil juga suka berhenti istirahat sampai setengah jam dan berentinya empat kali. Tambah lama deh nyampe'nya. Pokoknya, saya sampai alun-alun Wonosobo itu jam 12 siang. AARRGGH! Kasian anak-anak di meeting point Wonosobo yang udah datang sejak jam 9 pagi.

Baiklah, terlepas dari perjalanan yang begitu memakan waktu. Dari alun-alun Wonosobo kita menaiki mikrobus menuju Dieng. Kalau baca di stiker bus, dari Wonosobo ke Dieng tarifnya Rp. 8000. Perjalanan menuju Dieng menurut saya terus dan terus menanjak. Dari bus kita dapat menikmati pemandangan yang Subhanallah indahnya. Karena musim hujan, Dieng jadi berkabut dan dingiiiin. Padahal perjalanan dari Jakarta melelahkan, berkeringat, dan belum mandi, tapi begitu sampai di Dieng sama sekali tidak berpikir untuk mandi. Fyi, Suhu berkisar 15—20 °C di siang hari dan 10 °C di malam hari pada musim hujan. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Pintu masuk Dieng
Setiba di homestay, kita hanya menaruh barang di kamar, ambil jaket dan kamera, langsung pergi lagi ke tempat wisata. Memang tidak ada waktu untuk berleha-leha istirahat karena sudah banyak waktu yang terbuang di jalan. Mikrobus langsung mengantarkan kami ke kawah pertama bernama Kawah Sileri. Jaraknya tidak begitu jauh dari homestay.
Kawah Sileri
Untuk menuju kawah Sileri, kita harus menuruni tangga sangat licin. Beberapa teman saya terpeleset tapi untung tidak sampai jatuh ke kebun kentang. Oh ya, pemandangan kiri dan kanan serta sejauh mata memandang adalah kebun kentang. Dieng memang memiliki lahan perkebunan sangat luas. Masyarakat setempat menanam kentang, kol, tomat, bawang, dan lainnya.
Pemandangan sekitar kawah difoto dari atas
Pose dulu
Ketika sampai di sekitar kawah yang bisa dilihat hanya dari atas, saya agak gemetaran juga. Tepi kawahnya agak curam dan lumpur di dalam kawah mendidih dengan suhu 80 derajat. Bayangkan saja kalau terpeleset masuk kedalamnya. Hiii! Asap dari kawah juga berbau belerang. Tapi saya bersin terus karena alergi dingin, hidung jadi mampet dan saya nggak perlu pakai masker deh.
Kawah di foto dari atas
Difoto dari dekat
Setelah puas menikmati pemandangan dan berfoto, perjalanan dilanjutkan ke Kawah Sikidang. Kawah yang satu ini lebih luas lagi dan mendebarkan. Ikuti terus perjalanan saya ya :)

Januari 22, 2013

Mati Lampu dan Mati Air

Akhirnya, banjir di Jakarta berangsur surut. Memang beberapa tempat masih tergenang air tapi mayoritas udah pada surut. Alhamdulillah. Kalian tau, sebenarnya saya tidak kena banjir sama sekali. Kosan juga 3 lantai dan saya di lantai 2. Bahkan di jalan depan kosan nggak tergenang air. Semuanya masih baik-baik aja, tapi yang bikin pusing adalah karena mati air dan mati lampu.

Rencana saya mau meremote server di kantor termasuk mengerjakan pekerjaan yang terbengkalai (nggak bisa masuk kantor karena banjir tinggi). Tapi semua itu nggak bisa dikerjakan karena mati lampu. Karena ada pompa air di kosan yang membutuhkan listrik, jadinya air juga ikut-ikutan habis. Haduwh, saya sih nggak begitu masalah kalau mati lampu karena dulu sewaktu SMA sempat mati lampu setiap hari bergantian semalem selang di Banda Aceh. Tapi yang paling berat adalah mati air. Walaupun ada air di toren raksasa di lantai tiga, tapi pasti habis juga karena anak-anak kosan kan rame.

Pas hari jumat ketika mati lampu, masih sabar bengong di kosan. Niat mau baca buku, tapi nggak ada lagi buku yang mau di baca. Pengen browsing di hp tapi batre mulai berangsur minim. Sengaja nggak menyalakan laptop karena mau mengirit batre untuk ngecas hp. Saat ini, terasa banget butuh Power Bank. Harus beli nih tampaknya.

Semakin malam air semakin sedikit. Batre hp udah nggak bisa dipertahankan lagi dan udah bosen tingkat dewa. Alhasil nitip ngecas hp ke temen yang tinggal di Tebet. Jumat malam itu, saya tidur dalam kondisi was-was. Nggak ada air, nggak ada lampu, bb abis batre, dan beberapa anak kosan udah mulai pergi mengungsi.

Hari sabtu, pembantu kosan bilang kata PLN listrik dimatikan 2 hari 2 malam. Ah, saya udah nggak tahan lagi. Akhirnya saya pergi ke Bandung untuk mengungsi. Travel Xtrans di Blora baru buka setelah tergenang banjir. Jadi saya hanya berdua dengan teman saya dalam 1 travel. Untung nggak macet, 2 jam kemudian sudah sampai Bandung. Saya mandi dengan puas di rumah temen. Berasa seperti baru kali ini melihat air.

Saya menginap 1 malam di Bandung. Mungkin karena saya jarang diam saja tanpa laptop, makan, nonton, tv, tidur, adalah kegiatan yang membuat bosan juga. Mana saya teringat kamar kosan yang saya tinggalkan benar-benar berantakan. Rasanya pengen pulang beres-beres kamar. Alhamdulillah ketika hari minggu, baca status teman-teman di bb kalau lampu udah nyala, saya langsung balik lagi ke Jakarta. Akhirnya, saya bisa kembali ke kehidupan normal, beresin kamar, nyuci piring yang menumpuk, ngelap-ngelap debu, dan lain-lain.


Ternyata masih ada masalah lagi. Listrik kosan konslet dan mati lampu lagi. Haduwh, ada apa lagi ini?? Kesabaran sedang diuji. Yang jadi masalah adalah pompa air. Kalau nggak ada nyala pompa airnya ya nggak ada air. OMG! Ketika menelepon ibu kosan pun, beliau bilang kalau tukang listrik baru bisa datang jam 9 malam. Mana mungkin kami mau bergelap-gelapan selama itu (Fyi, listrik konslet jam 6). Atas inisiatif anak kosan, kami memanggil tukang listrik. Eh ketika pembantu kosan di telpon ibu kosan dan bilang ada tukang listrik, ibu kos ngomel-ngomel dan bilang kalau dia nggak mau ada orang masuk rumahnya selain yang dia kenal. Ih, rese' banget deh ibu kosan yang satu ini. Gila ya, dia omelin semua anak kos, ditelponin satu-satu dan dia sedang sibuk SPA di hotel. Omongannya juga diulang-ulang-ulang sampai ntah berapa kali pokoknya dia nggak ngerti sama sekali dan dia harus yang paling benar. Masa' dia minta tukang listriknya difoto dan fotonya mau dikasih ke saudaranya yang polisi. Niat bener kan? Jadi ngambek tukang listriknya dan nggak mau ngecek-ngecek lagi. Huft! Ibu kosan tuh kalau manggil teknisi (tukang) yang perbaiki AC, listrik, dan yang lain-lain itu cuma 1 orang. Dia nggak percaya sama sekali dengan orang lain dan dia nggak mau ada orang asing yang masuk. Jadi curhat saya...

Ketika tukang listrik yang ibu kosan telpon datang, kami suruh periksa pompa air yang paling urgent. Untung pompa air nggak rusak dan tinggal dipasang kabel rol dari colokan yang lain. Bahkan tukang listrik kepercayaan ibu kosan berusaha menjelaskan tentang kondisi listrik, masiiiiiih aja nggak ngerti 'tu ibu kosan, Masya Allah. Sabar....sabar...! Yang pasti, listrik kembali menyala dan untuk sementara listrik ke pompa air ditarik oleh kabel roll. Ya Allah, semoga saya termasuk orang-orang yang sabar.

Januari 17, 2013

Jakarta Banjir

Setelah flu berat sejak Jumat sampai hari Selasa, saya masuk kantor hari Rabu. Hujan deras dan saya sering basah kuyup membuat tubuh saya jadi terserang penyakit. Sebenarnya flu dan batuk sudah sembuh, dan juga saya mendengar beberapa titik banjir sudah surut, jadi sudah tidak terlalu khawatir. 

Tapi ternyata lain. Tepat pukul 3 pagi, saya terbangun karena mendengar suara petir. Hujan deras banget. Saya sempat berpikir, bakalan banjir nggak ya nanti jalanan? Ah sudahlah, 'gimana besok aja. Dan beneran deh, hujan sangat deras, dan banjir.

Sudah jam 8 pagi dan saya belum mandi. Masih melihat situasi dan kondisi juga. Selain karena kerjaan kantor itu bisa di koneksikan menggunakan VPN, saya juga bingung ini hujan terlalu deras. Untungnya dapat email dari Direktur kantor yang mengatakan kalau boleh bekerja mobile dikarenakan situasi dan kondisi sekitar kantor tidak memungkinkan.

Saya hidupkan tv dan terus melototin lewatmana.com, twitter, dan media online lainnya untuk mengetahui setinggi apa banjirnya dan daerah mana aja yang terkena. Memang sih, kosan saya yang berada di daerah Karet belum terkena sama sekali. Bahkan jalanan depan kosan masih aman. Tapi tetap takut karena ada info bakalan ada pengalihan sungai dan membuat kawasan Karet waspada banjir. Walaupun diem di kosan, tapi hati rada was-was takut mati listrik dan kena banjir. Sempat kaget melihat jalanan hampir seluruh Jakarta hari ini tergenang air. Bahkan banjir kali ini diprediksi yang terparah.
Kawasan Bundaran H I
Sewaktu masih sekitar jam 7 pagi, beberapa daerah belum terlalu parah banjirnya dan beberapa busway masih jalan. Tapi sekitar jam 9 keatas, air semakin tinggi dan seluruh koridor busway tidak beroperasi. Kereta di setiap stasiun tidak beroperasi juga, dan banyak kendaraan yang stuck mogok di jalan. Rasanya semakin takut. Mana beberapa pintu air sudah Siaga I.
 
Teringat tahun 2002 dulu sempat banjir di rumah saya di Aceh. Kami sekeluarga sampai mengungsi ke Gedung Pertemuan yang memang tempat paling tinggi di komplet PT PIM. Kami bermalam disana bersana keluarga dan para tetangga lainnya. Tapi ntah kenapa, saya saat itu tidak terlalu merasa takut, bahkan senang karena banyak teman. Sebelum balik ke area pengungsian, saya dan teman-teman sempat berkeliling komplek dulu untuk melihat banjir dan bermain air. Rasanya waktu itu seru, bukan menakutkan.

Walaupun demikian, mohon doanya agar bencana ini cepat berakhir. Semoga semuanya ada hikmahnya, amin ya rabbal 'alamin.

Januari 10, 2013

Sukabumi Part 4 : Curug Cigangsa

Nah, tibalah saya pada postingan terakhir dari Jawa Barat, tepatnya Sukabumi. Tanggal 1 Januari 2013 kemarin, kita semua check out dari penginapan di Ujung Genteng. Saya posting foto penginapannya dari depan. Kata EO-nya sih karena liburan tahun baru harga perkamar Rp. 300,000. Kasurnya gede dan kamar mandinya bersih banget.
Tim Ujung Genteng
Penginapan
Setelah berfoto dengan latar belakang Pantai Ujung Genteng, akhirnya kita pulang. Eits tunggu dulu, karena mau mengambil jalan memotong melalui Pelabuhan Ratu, jadinya kita bisa sekalian mengunjungi Curug Cigangsa. Awalnya rencana ke Curug Cigangsa sempat batal karena baru saja terjadi banjir bandang. Saya mulai kecewa dan berpikir kapaaaan bakalan balik lagi kesini. Tapi akhirnya bisa juga mengunjungi niagara mini yang satu ini.

Well, mengunjungi Curug pada musim hujan memang sangat bagus karena debit airnya yang besar. Tapi nggak nyaman juga ketika harus menapaki jalan menuju Curug harus berpayung ria karena hujan deras. Saya takjub dengan pemandangan sekitar jalan setapak yang sangat indah. Sawah dan aliran sungai Cigangsa benar-benar pemandangan yang Subhanallah indah. Seandainya ada yang mendirikan Villa diisi pastilah sangat menenangkan.
Pemandangan sangat indah
Sungai Cigangsa
Kita tinggal mengikuti jalan setapak dan menuruni tangga yang sangat licin. Kalian harus ekstra hati-hati kalau tidak mau terjatuh ke Sungai dengan banyak batuan dan arus yang sangat deras. Sebenarnya kaki saya agak lemas melihat sisi turunnya air terjun karena sangat curam dan deras sekali. Mana licin banget...!!! Tapi dengan bismillah dan kebulatan tekad, akhirnya sampai juga ke Curug Cigangsa.
Persisian curug
Curug Cigangsa yang indah
Kalian tau, untuk berfoto dari dekat ke Curug ini juga harus sangat berhati-hati. Semua batuan licin. Teman saya ada yang terpeleset dan untung saja kami ditemani oleh guide. Aliran sungai pun masih jauh dan bertingkat-tingkat. Untung saja penduduk setempat sudah membangun batasan agar tidak ada yang jatuh ke sungai yang dalam. Haduwh, mengerikan deh pokoknya.
Aliran Curug
Selesai berfoto, kami beristirahat sebentar dan makan siang. Penduduk daerah situ membuat gula merah asli dan enak. Harganya juga cuma Rp. 15,000. Kalau saja saya berencana membuat kolak atau cendol, mungkin saya akan membelinya.

Perjalanan ke Jakarta pun dilanjutkan. Kami mengambil arah pelabuhan ratu dimana jalan sangat terjal dan licin. Hujan deras juga membuat kabut tebal sehingga menghalangi pandangan. Sepanjang jalan hanya bisa berdoa supaya tidak terjadi apa-apa dan selamat sampai tujuan. Oh ya, ketika perjalanan juga mobil kami nggak sanggup menanjak sehingga penumpang harus turun dan mendorong mobil saking terjalnya tanjakan. Duh, deg-degan banget deh. Bahkan mobil satu lagi sempat tertinggal di belakang dan salah belok. Jadinya kami berhenti untuk menunggu mobil satu lagi. Seraya menunggu, kami bernarsis ria di areal kebun teh yang sangat luas. Sungguh hijau pemandangannya. Subhanallah indah :)
Narsis part 1
Narsis Part 2
Kami tiba kembali di Semanggi pukul 10 malam karena macet banget. Tapi pengalaman seru sulit untuk dilupakan. Insya Allah akhir bulan Januari nanti saya akan berlibur ke Dieng. Semoga jadi. Ayo ikut teman-teman!!

Januari 08, 2013

Sukabumi Part 3 : Pantai Ujung Genteng

Cerita selanjutnya dari perjalan tahun baru saya ke Sukabumi dan sekitarnya. Pernah dengar Ujung Genteng? Eits, bukan genteng atap rumah ya. Pantai Ujung Genteng terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Sekitar 8-9 jam dari Jakarta. Ya, lumayan mual juga naik mobil selama itu.
Pelangi di pantai setelah hujan
Ombak gedeee
Sewaktu tiba dipenginapan pertama kali, yang paling menarik dari pantai ini adalah ombaknya muantapp. Saya jadi perhatiin ombaknya dari teras penginapan. Gile gede banget deh ombaknya. Memang pantai selatan itu karena langsung samudra jadinya ombaknya gede-gede banget. Selesai mandi, kami pergi ke pantai pasir putih, salah satu bagian pantai yang (katanya) bagus banget. Sebenarnya tujuan awal mau melihat pelepasan tukik (anak penyu) ke pantai. Cuma karena masih siang (pelepasan tukik jam 16:30) dan pintu gerbang pantai pelepasan tukik ditutup, jadi kami memutuskan untuk ke Pantai Pasir Putih.
Gerbang Pantai Penyu
Mungkin pergi ke pantai ketika musim hujan bukan ide yang terlalu bagus. Selain karena jalan becek banget dan berlumpur, mobil juga jadi susah lewat. Banyak orang yang mengendarai mobil Jeep atau mobil biasa dengan ban yang udah di modif, baru bisa lewat. Sedangkan tim saya, pake mobil elf, mana bisa. Terpaksa tracking sejenak. Kirain jalannya bagus. Ternyata genangan air dan lumpurnya masya Allah dalem. Malah ada temen saya yang kejebak lumpur dan susah mengangkat kaki.
Pantai Pasir Putih
Mendung dan hujan
Istirahat setelah tracking
Setelah melalui lumpur, kubangan, dan hutan, akhirnya sampai pada pantai Pasir Putih. Tapi menurut saya pasirnya nggak putih karena basah. Hujan melulu. Bahkan ketika saya sedang membersihkan sendal dari lumpur di pantai, hujan turun dengan sangat deras dan membuat saya basah kuyup. Susahnya kalau hujan di pinggir pantai adalah nggak ada tempat berteduh. Pohon ada tapi pendek-pendek. Jadi ya pasrah aja.

Ketika sudah jam 4 sore, kita berjalan menuju pantai pelepasan tukik. Daripada harus jalan balik melalui lumpur dan hutan, mending berjalan menyusuri pantai. Oh ya, beberapa bagian pantai ada yang dibatasi tembok karena ombaknya sangat tinggi. Bahkan hempasannya ke bibir pantai juga sangat dahsyat. Dari jauh di pantai tempat pelepasan tukik sudah terlihat banyak orang berkerumun. Kita juga jadi ikut-ikutan berkumpul bersama orang lain. Beberapa saat kemudian, datanglah bapak-bapak yang bawa baskom berisi tukik. Agak geli ngeliat anak penyu gerak-gerak. Hiii.
Pose di pinggir pantai
Para petugas memperingatkan para pengunjung untuk tidak menyentuh dan mengikuti tukik ketika dilepas ke pantai. Tapi banyak banget yang memungutnya dan berfoto. Curiga saya ada yang ambil bawa pulang. Kan kasihan tukiknya. Dasar orang-orang nggak mau diperingatkan. Saya kagum juga melihat tukik kecil berjalan menuju pantai dan hilang diterjang ombak.
Kerumunan orang-orang
Tukik menuju pantai
Kena ombak
tukik
Sebenarnya Pantai Ujung Genteng ini sangat menarik untuk dikunjungi, tapi sampahnya banyak. Seharusnya pengelola setempat menyediakan banyak tong sampah agar orang tidak membuang sampah sembarangan. Beberapa sih ada tumpukan sampah, tapi kan terlihat kotor jadinya. Sayang sekali.

Kalau kalian mau melihat Penyu bertelur, sebaiknya kembali lagi kesini jam 9 malam. Tapi karena hujan terlalu deras ketika malam tahun baru, kami memilih untuk tidur saja. Bahkan suara kembang api cetar cetar pun males kami lihat. Capek banget sih. Udah mulai flu juga karena kena hujan dan angin pantai. 

Besok perjalanan menuju Air Terjun Niagara mini, Curug Cigangsa. Ikuti terus ya postingannya :D

Januari 05, 2013

Sukabumi Part 2 : Curug Cikaso

Kali ini saya akan melanjutkan acara jalan-jalan saya selama tahun baru ke Sukabumi. Setelah menikmati sunrise (walaupun tertutup awan mendung) di Villa Amanda Ratu, perjalanan selanjutnya adalah menuju salah satu air terjun paling indah, Curug Cikaso.
Curug Cikaso
Curug Cikaso terletak di Kampung Ciniti, Kecamatan Cibitung, Jampang Kulon, Jawa Barat bagian selatan. Curug ini berasal dari aliran sungai Cikaso, makanya orang-orang sekitar situ menyebutnya dengan nama Curug Cikaso. Saya benar-benar ingin mengunjungi Curug yang satu ini. Sudah sering browsing juga bagaimana kesananya. Untung aja ada paket trip yang membuat saya tidak perlu susah-susah nyari jalan. Cukup duduk manis di mobil dan sopir dengan senang hati mengantarkan saya.

Mungkin sekitar 30 menit (kalau nggak salah karena saya tidur di mobil), saya tiba di tempat makan di pinggir sungai Cikaso. Kita harus menyewa perahu untuk pergi ke Curug Cikaso. Hanya sekitar 5 menit, mungkin lebih cepat, kita sudah tiba di Curug yang subhanallah indahnya. Suara debit airnya sangat deras, mungkin karena musim hujan. Curug yang satu ini terdiri dari 3 aliran sangat deras. Sebenarnya sangat pas mengunjungi Curug dalam musim hujan karena keindahannya akan maksimal, tapi batuan sangat licin. Harus ekstra hati-hati kalau mau berfoto dekat dengan air terjunnya.
Rumah penduduk di pinggir sungai
Mengantri naik perahu
Sungai berwarna hijau
Perbandingan besarnya curug dengan manusia
Sewaktu saya sedang sibuk berfoto dengan narsisnya, tiba-tiba ada kumpulan orang datang dengan seorang cewek berjalan paling depan (pakai gaun kuning). Ada beberapa cewek dan cowok memakai jubah mengiringinya. Mereka membawa banyak kue, nasi tumpeng, dan anak kambing. Wah, saya sudah berpikir ini bakalan ada persembahan nih. Ternyata benar. Cewek dengan gaun kuning itu membakar kemenyan dan dupa lalu menyembah-nyembah curug. Hmm, baru kali ini saya melihat hal seperti ini.
Ritual
Saya bertanya pada penduduk, ini maksudnya ritual apa? Kata mereka, Curug Cikaso ini merupakan tempat pemandian ratu pantai selatan. Supaya tidak memakan korban, jadi harus diadakan ritual seperti ini. Katanya kemarin-kemarin banyak yang terjatuh dan hampir tewas. Jadi mereka berpikir karena udah lama tidak memberikan persembahan ke ratu. Padahal logikanya, karena musim hujan dan batu-batuan sangat licin, wajar aja kalau banyak yang terpeleset. Sebagai titisan ratu pantai selatan, cewek itu katanya kaya banget. Mobilnya ada 12 dan sering mengadakan acara mewah 7 hari 7 malam di Curug. Hmmm, mungkin masih tidak masuk logika saya, tapi it happened! Sudahlah, jangan sampai ntar malah syirik.

Setelah puas main air dan basah-basahan di Curug Cikaso, saatnya ke penginapan di pinggir pantai Ujung Genteng. Buat yang suka curug, masih ada Curug Cigangsa yang menurut saya seperti Niagara mini. Nanti saya posting, sabar ya :)

Januari 03, 2013

Sukabumi Part 1 : Amanda Ratu

Happy New Year All!! Ini adalah postingan saya yang pertama di tahun baru 2013. Sebenarnya pengen posting resolusi, tapi males ah. Resolusi tahun kemaren aja belom ada yang tercapai, jadinya tahun baru ini mau merealisasikan resolusi tahun sebelumnya aja.

Well, pada kemana kalian tahun baru? Nah, tahun baru saya diisi petualangan ke Sukabumi mulai dari Amanda Ratu, Curug Cikaso, Ujung Genteng, dan Curug Cigangsa. Saya akan bahas satu persatu ya karena kalau posting semua cerita nanti saya jadi malas posting lagi karena nggak punya cerita. Hehehe.

Awalnya saya buka forum backpacker Indonesia dan melihat ada yang ngajakin nge-trip ke Ujung Genteng. Saya pengen banget kesana karena tahun baru juga belom ada acara. Banyak sih sebenarnya paket trip ke Ujung Genteng. Tapi yang nyediain wisata ke Curug Cigangsa jarang. Berhubung saya pengen banget ke Curug Cigangsa, paketnya juga masih sesuai kantong yaitu Rp. 420,000 (kadang bisa lebih mahal atau murah), jadi langsung berangkat. Meeting point di Semanggi dan pas banget dekat dari kosan. Kurang lebih jam 9 malam, kita berangkat.

Selama perjalanan saya tidur dan sepertinya memang supirnya itu mantep bener nyetirnya. Saya terpental-pental kiri, kanan, depan, belakang, bahkan teman saya sampai benjol kebentur kaca mobil. Cuma karena ngantuk banget, jadinya enjoy aja tidurnya. Sempat terbangun sebentar dan melihat sekeliling gelap dan dingin. Sepertinya sedang berada di tengah gunung. Ah, sudahlah, tidur lagi.
Mobil sewaan dan salah satu Villa
Elf Sewaan dan Villa
Sunrise dibalik awan mendung
Karena sopirnya mengambil jalan memotong, mungkin kami tiba di Penginapan Amanda Ratu hanya 5 jam saja. Saya terbangun dan mendengar desir ombak. Wah, udah lama nggak pergi ke pantai ombak gede. Pantai selatan itu ombaknya ganas banget. Saya nggak berani kayaknya kalau harus mandi. Pas pukul 5 pagi, portal Villa dibuka dan kita diijinkan masuk. Saya kira bakalan menginap disini. Rasanya terlalu murah kalau cuma bayar Rp. 420,000. Ternayata kesini cuma untuk ambil foto sunrise. Lagian, sunrisenya juga nggak kelihatan karena mendung.
Narsis duluuu
Villa Amanda Ratu ini adalah penginapan mewah sekali. Ada kolam renang juga dan pas menghadap laut sehingga bisa bebas melihat Sunrise. Sayangnya toilet umum dan beberapa rumah-rumah penginapannya banyak yang udah lapuk dan nggak terurus. Mengingat kalau mau menginap disini aja harus booking 2 bulan sebelumnya.
Kolam renang
Pohon kelapanya banyak
Setelah sunrise dan sarapan sejenak, perjalanan dilanjutkan ke Curug Cikaso. Penasaran sama Curug ini? Tunggu ya :D

Follow me

My Trip