Udah 2 malam ini rasanya hati hancur berkeping-keping. Seolah-olah dunia berhenti berputar dan malah berjalan mundur. Teringat banyak hal tentang dia, dari awal sampai akhir. Menjadi teman yang selalu ada dalam suka dan duka, sehat dan sakit. Teman curhat, teman jalan-jalan, teman hunting kuliner, bahkan lebih dari itu. Dia bisa menjadi pengganti saudara kandung yang jauh disana. Dia lebih mengerti saya dalam banyak hal, bahkan lebih dari diri saya sendiri.
Mama bilang kalau berada dalam kesulitan itu lebih baik membaca surat Alam Nasyrah. Selepas saya menelepon Mama dan keluar dari kamar kosan, terdengar sayup-sayup suara imam mesjid yang sedang melaksanakan shalat Isya juga membaca Alam Nasyrah dengan sangat indah. Jadi berurai lagi air mata. Masih mengharapkan jalan keluar untuk masalah ini. Bahkan di Mozaik Islam Trans7 aja diceritakan bagaimana seorang muslim seharusnya dalam menghadapi kesedihan. Seolah-olah seluruh alam ikut menghibur saya.
Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu, Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(QS : Alam Nasyrah)
Ya Allah, seandainya dia adalah jodohku, maka mudahkanlah urusan ini. Kalau dia bukan jodohku, maka jodohkanlah kami. Kalau dia bukan yang terbaik, maka buatlah dia jadi yang terbaik. Walaupun rada maksa, ini mungkin adalah doa yang saya panjatkan tiap malam sekarang. Bukankah yang telah dipersatukan oleh Allah tidak boleh dipisahkan oleh manusia? Siapa yang salah sekarang?