Oktober 29, 2013

Kuala Lumpur Part 2 : Shopping di Mall

Selesai mandi sore dan janjian dengan temen saya bernama Tina dan suaminya Iman, jalan-jalan di Kuala Lumpur kali ini adalah belanja di Mall. Seperti biasa, naik LRT dari stesen Medan Tuanku (yang jaraknya hanya 1 menit dari hotel) ke stesen Bukit Bintang. Mall pertama yang mau saya kunjungi adalah Sungai Wang karena saya mau belanja sepatu Vincci (VNC) disana. Sekalian janjian sama Tina juga di konter sepatu tersebut. Sebenarnya kalau kalian mau beli sepatu Vincci yang lebih lengkap, ada 1 toko lagi di daerah Bukit Bintang juga. 

Setelah belanja dan bertemu dengan Tina, kami semua mau makan malam. Tina bilang, kalau ada Resto Ayam enak bernama Peri-peri Chicken. Hmm, rasanya saya pernah dengar deh nama resto itu. Ternyata, saya pernah menyantap Peri-Peri Chicken ini di Don Mueang Airport Bangkok. Di Kuala Lumpur, pegawai restonya juga memakai kerudung. Jadi kalian nggak usah khawatir dengan ke-halal-annya. 
2 jenis nasi dan roti
Ayam super besarr
Kali ini karena kami ber-6, kami memesan 1,5 ekor ayam dan kaget melihat porsinya. Udah seperti porsi ayam kalkun. Ditambah lagi ada ekstra 2 jenis nasi dan roti bakar. Saya dan teman-teman udah berusaha ngobrol panjang melepas kangen sambil makan ayam super gede itu, tapi tetep aja kami harus bungkus untuk bawa pulang karena kekenyangan. Yang membuat ayam ini sangat lezat adalah teksturnya yang empuk, ada rasa asin dari keju, dan sambalnya yang termantap!!! Sebaiknya kalian mencoba makan disini kalau main ke Kuala Lumpur. Total harga untuk pesanan kami kalau tidak salah sekitar 168 MYR. Saya lupa berapa persisnya.
Temu kangen teman lama
Setelah kenyang makan, saya mampir ke SEPHORA. Oh, ini adalah tempat yang membuat cewek-cewek tenggelam. Buat yang belum tau SEPHORA, ini adalah toko yang menjual makeup, skincare, dan body care dari berbagai macam merk dan tentunya merk SEPHORA sendiri. Awalnya saya hanya mau mencoba berbagai macam kuteks-nya aja. Kalian tau, saya menggunakan 10 merk kuteks pada 10 jari, hahaha. 
Pose di depan toko
10 jari 10 merk, 15 jari 15 merk
Setelah nyobain kuteks, mulai liat-liat parfum, sabun mandi, body lotion, makeup, aaaah pengen beli semuanya. Alhasil saya menghabiskan waktu sejam di dalam toko. Yang paling enak adalah karyawan tokonya nggak ada yang rese' melototin kita kalau nyoba-nyoba tester. Kalau toko-toko di Indonesia kan pasti diliatin. Trus kalau nggak beli, mulai berubah wajahnya. Nah, di SEPHORA saya udah dandan abis deh di dalam toko, mbak-mbaknya tetep cuek. Bahkan temen saya bilang dia kalau nungguin suaminya pulang kerja, tinggal mampir kesini untuk sekedar nyobain kuteks atau nyobain tester lainnya. Alhasil, masing-masing kita jadi nenteng belanjaan. Gatel rasanya pengen beli semua. Apalah daya duit nggak ada. Hiks.. hiks..

Hari semakin malam. Keluar dari SEPHORA kami berjalan menelusuri Bukit Bintang sampai ke KLCC. Awalnya mau lanjut nonton di bioskopnya KLCC (lupa namanya), tapi karena jam 3 pagi harus ke bandara, jadinya cuma jalan-jalan dan foto-foto di sekitar Petronas Tower nan megah itu. Kawasan ini sepertinya nggak ada matinya. Pengunjung masih sangat ramai. Ditambah lagi karena kami disana malam minggu. Kalau ke Kuala Lumpur, belum sah rasanya kalau belum berfoto di menara kembar ini.
Udah sah ke Kuala Lumpur
Pose rame-rame
Karena nggak jadi nonton bioskop, kami pun pulang ke hotel jam 1 malam. Rencananya mau berfoto di Kuala Lumpur tower A.K.A Single Tower. Tapi setelah jam 12 malam, lampunya udah mati. Jadi nggak bagus lagi deh. Jam segitu juga LRT udah off. Mau nggak mau emang naik taksi dan seperti biasa, taksinya nggak pake argo. Nggak apa-apa deh, harganya 20 MYR.

Sesampai di hotel, karena udah jam 01:30, saya memutuskan nggak tidur lagi. Nanggung banget kalau tidur jam segitu karena jam 3 kami haru berangkat ke LCCT. Jadi saya membereskan koper, memasukkan beberapa barang ke tas cadangan yang kami beli di pasar central. Koper udah benar-benar overload, nggak cukup lagi. 
Koper kepenuhan
Beberapa teman saya udah tertidur pulas. Karena saya juga sebenarnya ngantuk, biar seger, saya mandi deh dengan sabun baru yang di beli tadi di SEPHORA. Niat bener yak, hahaha. Setelah mandi dengan body shower HappyBubbleDay! yang membuat wangi semerbak banget, saya langsung membangunkan teman-teman saya untuk berangkat.

Setelah Check Out hotel, kami menyetop taksi di depan hotel. Ada taksi yang sopirnya orang India nggak mau membawa kami karena melihat barang bawaan kami. Memang sih taksi di Malaysia ini kebanyakan mobil sedan jaman dulu yang berukuran kecil. Taksi lain kemudian lewat mau menumpangi kami. Padahal ukuran taksinya sama kecil dengan yang tadi, tapi yang ini sopirnya orang melayu. Dia menawarkan harga 15 MYR untuk ke KL Sentral dan kami minta diantar langsung ke tempat pemberhentian bus.

Kali ini kami menaiki Jet Bus berwarna kuning. Sengaja nggak beli Skybus dari AirAsia lagi. Walaupun harganya 10 MYR perorang, tapi ntah kenapa bus kali ini melaju lebih cepat dari Skybus. Kami tiba di LCCT hanya 50 menit, bahkan konter check in belum buka. Tapi nggak apa-apa deh, daripada terburu-buru lagi.

Beberapa sisa uang MYR saya habiskan untuk membeli coklat di counter Duty Free (khusus barang-barang bebas pajak). Bahkan sampai uang recehan pun saya pakai. Akhirnya, saya pulang juga ke Jakarta setelah 5 hari pergi ke 3 Negara dalam sekali jalan. Capek banget rasanya. Saatnya untuk istirahat seharian.

Oktober 26, 2013

Kuala Lumpur Part 1 : Shopping di Pasar

Setelah mendarat di LCCT Kuala Lumpur sekitar jam 22:30, sebenarnya kami sudah membeli SKYBUS AirAsia secara online. Tapi karena males naik turun kendaran lagi, udah malem banget juga, jadinya kami memutuskan untuk naik taksi. Saya lupa berapa tarif taksinya, kalau nggak salah sekitar 100 MYR. Lumayan mahal juga ya. Dan ternyata benar, ini taksi se-kelas Mercy kemarin yang kami naiki di Bangkok, bedanya kali ini mobil NISSAN mewah.

Mungkin karena bayaran taksinya mahal, jadinya kami mendapatkan sopir taksi yang sangat baik. Dia menceritakan tempat-tempat seru di seputar Kuala Lumpur seperti Batu Caves, Putra Jaya, Sirkuit Sepang, dll. Sayangnya karena mepetnya waktu, saya tidak mungkin mengelilingi semuanya. Rencana saya ke Kuala Lumpur karena mau shopping, shopping, shopping. Hihihi. Ketika sampai di Kuala Lumpur, sopirnya mengajak kami jalan-jalan gratis mengitari Bukit Bintang, Twin Tower, KL Tower, baru menuju hotel.

Sebenarnya sempat was-was karena kami tiba di hotel setelah jam 12 malam. Takut hangus bookingan hotelnya. Untungnya di Tune Hotel nggak apa-apa datang malam-malam. Sekedar infomasi, Tune Hotel ini punya Air Asia. Sewaktu saya booking tiket ke 3 negara ini, saya sekalian beli hotelnya sekitar Rp. 212,000 per malam untuk 2 malam. Ketika saya tiba di hotel, konsep pembelian kamar itu sama persis dengan beli pesawat AirAsia. Kalau mau nambah AC, Wifi, handuk, itu semua nambah bayaran untuk masing-masing penambahan. Bahkan kalau mau komplit AC, Wifi, Handuk, TV, dll, itu biaya tambahannya MYR 40. Nah, beruntungnya saya hanya membayar Rp. 212,000 untuk semua add ons dan berdua dalam 1 kamar. Resepsionisnya juga keren lho, dia bisa berbicara bahasa Melayu, Mandarin, Inggris, dan Indonesia. Keren bener. Sampai di hotel, ngobrol-ngobrol dulu dengan sahabat saya Dita sampai jam 2 pagi dan menunggu cowok-cowok bawa kabur password wifi dan ngopi di warung depan hotel. Huft.

Jam 9 pagi, saya sudah siap mau ke Batu Cave seharusnya. Tapi karena Dita terlalu capek, jadi kami skip jalan-jalan kesana. Saya berjalan-jalan sekitar hotel untuk mencari sarapan ringan. Saya ketemu warteg versi Malaysia. Saya heran melihat menu ayam super gemuk. Agak terlalu banyak kalau makan berat untuk sarapan. Akhirnya malah beli sandwich aja di hotel.

Selesai sarapan, tujuan pertama saya ada Pasar Central. Nah, enaknya menginap di Tune Hotel, cuma jalan 1 menit, kalian langsung dapat stesen LRT Medan Tuanku. Untuk menuju ke Pasar Central, saya harus transit ke LRT jalur Pink dan turun di stesen Pasar Seni. Pertama kali yang saya lakukan ketika tiba disini adalah pergi ke ATM. Uniknya ATM Maybank itu ya saya bisa menarik uang dengan pecahan yang berbeda. Di Indonesia mana ada. Saya mengambil MYR 250, yang keluar pecahan 100, 50, dan 10. Aneh ya. Oh ya, rate yang dipakai MAYBANK untuk Rupiah terlalu tinggi. 1 MYR = 3,767 IDR.

Pasar Sentral ini seperti ITC kalau di Jakarta, Jatuchak Mall di Bangkok, dan Bugis di Singapore. Kalian bisa menemukan gantungan kunci, magnet kulkas, dengan harga yang beragam. Saran saya kalau belanja disini, mendingan kalian jalan-jalan dulu untuk membandingkan harga, baru membeli. Dan disarankan juga membeli banyak di 1 toko agar mendapat diskon. Saya membeli di toko yang kebetulan penjualnya orang Aceh. Walaupun rada galak orangnya, tapi dia mau ngasih diskon yang banyak.
Magnet kulkas lucu semua >,<
Saya belanja pashmina dengan harga MYR 9. Bahkan ada yang MYR 7 (rada nyesal). Saya juga belanja barang lucu-lucu seperti Passport Case, pensil lucu, magnet kulkas lucu, pin, dll yang kata penjualnya dia import dari Taiwan. Wah, next Trip kayaknya ke Taiwan nih. Saya juga belanja kaos, coklat yang banyak, makan es krim di pinggir jalan, beli souvenirs, sampai ransel saya penuh sesak. Untuk makan siang, karena Kuala Lumpur mayoritas muslim, jadi nggak susah untuk mencari makanan halal. Saya makan di wartegnya dengan harga 5 MYR.
Semua pensil/pulpen lucuuu
Rasanya mau beli semua
Sekitar jam 3 sore, saya kembali ke hotel. Oh ya, MRT dan LRT di Kuala Lumpur sebenarnya agak membingungkan. Saya sampai mengitari stesen Pasar Seni dua kali karena mau transit. Soalnya kalau kalian berada di dalam stesen dan mau transit langsung itu nggak bisa. Jadi ada stesen-stesen tertentu untuk transit, padahal gambar di peta jalurnya berpotongan. Well, mungkin karena saya belum terbiasa kali yah. Baiklah, setiba di hotel, saya dan teman saya langsung menyicil memasukkan barang ke koper dan tas tambahan yang baru di beli di Pasar tadi. Ntar malam masih mau belanja, ntah masih cukup koper ini. Hahaha.

Oktober 21, 2013

Day 2 Bangkok : Grand Palace

Ketika kalian ke Bangkok, belum sah rasanya kalau nggak mengunjungi tempat yang satu ini, Grand Palace. Tempat ini adalah sebuah kompleks ekstra besar yang terdapat di jantung kota Bangkok. Sejak tahun 1782 - 1925, tempat ini adalah istana raja. Nggak heran sih karena selain lokasinya luas sekaliii, arsitektur bangunannya membuat kita berdecak kagum, dan hampir seluruh kompleks berwarna emas.

Sebelum masuk ke dalam Grand Palace, dari Wat Pho yang baru aja kita kunjungi, sebenarnya bisa aja jalan kaki. Tapi, jalannya memutar karena nggak ada pintu masuk dari belakang. Karena udah siang dan juga memikirkan waktu yang harus kami habiskan untuk jalan kaki panas-panasan, kami naik Tuk-Tuk, hihihi. Sempat tawar-menawar sama sopirnya, ada yang nawarin 100 THB, mahal bener. Akhirnya setelah men-survey beberapa Tuk-Tuk, dapatlah kami harga 50 THB untuk ber-4. Sopir Tuk-Tuknya pake' acara balapan lagi, hahaha.
sopir tuk-tuk
eksis dulu
Tembok sekitar Grand Palace
Oh ya, buat kalian yang merasa kehabisan uang THB (saya selalu merasakan hal ini di Bangkok), kalian nggak usah khawatir karena sepanjang jalan sebelum pintu masuk Grand Palace itu banyak bank dan ATM. Tenang aja, semua pegawai bank bisa bahasa Inggris jadi kalian bisa bernapas lega.
Nggak usah takut weekend tutup
Kami memasuki Grand Palace. Saya melenggang dengan santai di jalan masuk tapi saya baru nyadar kalau 2 orang teman saya nggak boleh masuk. Oh, ternyata karena mereka menggunakan celana pendek. Nah, buat kalian yang mau main kesini, jangan pakai celana pendek ya. Di sebelah penjaga ada gedung dengan tulisan BORROW. Banyak yang mengantri disitu, tapi banyak yang keluar lagi tanpa celana panjang atau rok. Kenapa? Ternyata walaupun tulisannya BORROW, kalian harus membayar 200 THB. Itu sih namanya RENT, bukan BORROW. Akhirnya teman saya keluar dari Grand Palace dan membeli celana Thailand dengan harga 100 THB. Udah harganya murah, jadi hak milik lagi. Selagi saya menunggu teman-teman saya membeli celana panjang, saya duduk di pinggir jalan dan lagi lagi orang Indonesia di sebelah saya, hahaha.
Jalan menuju pintu masuk
Nongkrong dengan pemandangan menakjubkan
Setelah urusan pakaian selesai, kami berjalan menuju pintu masuk. Harga tiket masuk ke Grand Palace ini sekarang 500 THB. Duh, mahal bener yah?! Untung uang deposit hotel tadi ada 1000 THB, cukup untuk berdua. Harga 500 THB itu hanya untuk turis, kalau penduduk lokal beda lagi harganya dan saya lupa berapa. Di pintu masuk ada patung yang hampir semua orang kesana berhenti untuk memujanya. Saya kurang tau ini patung apa dan penjelasannya juga menggunakan tulisan Thailand.
Tulisan harga tiket terlihat direkayasa
Tiket masuk
Patung yang dipuja hampir setiap orang
Kalau kalian sanggup, silahkan masuk ke semua tempat dan mengambil foto. Karena singkatnya waktu kami disini, jadinya hanya bangunan yang penting-penting aja yang kami datangi. Pertama-tama langsung ke Upper Terrace, tempat dimana candi Phra Siratana Chedi yang berwarna emas. Saking ramenya orang yang berfoto disini, jadi mengambil foto seadanya aja. Susah juga nungguin kosong dulu, karena orang bolak-balik ke candi ini untuk berfoto. Kita nggak boleh masuk ke dalam candi ini.
Phra Siratana Chedi
Ada penampakan di sebelah saya
Selanjutnya berjalan ke Phra Mondop, tempat disimpannya banyak benda-benda suci (berdasarkan baca di buku petunjuk). Saya nggak masuk ke dalamnya karena emang nggak bisa masuk. Jadinya hanya berfoto aja di sekitar situ. Saya senang disini karena hampir semua bangunannya keren-keren bangetttt. Rasanya ingin berfoto di setiap spot.
Phra Mondop
Pose disamakan dengan patungnya
Gaya dulu
Yang paling menyilaukan adalah The Royal Monastery of Emerald Buddha, tempat patung budha yang terbuat dari batu zamrud berada. Batu zamrudnya ditemukan pada sebuah stupa di Chiang Rai tahun 1434. Dulunya patung ini di plaster dan terlihat seperti gambar buddha biasa. Lalu baru setelah plaster di bagian hidung terlepas, terlihatlah patung berwarna zamrud. Kalian tau, masuk dalam candi Emerald Buddha nggak boleh grasak-grusuk. Harus sopan, tenang, nggak boleh berfoto, dan kalian akan takjub melihat ornamen-ornamen emas yang sangat menyilaukan mata di sekitar patung. Subhanallah indahnya. Saya sangat menyayangkan karena nggak boleh berfoto, hiks.
Candi tempat Emerald Buddha
Selesai dari candi Emerald Buddha, kami berfoto-foto di gedung-gedung unik lainnya yang bahkan dibangun oleh King Rama V dengan bergaya Eropa. Nama komplek gedung bernuansa Eropa itu adalah Phra Thinang Chakri Maha Prasat. Disana bahkan ada pasukan yang siap berjaga dan nggak bakalan berekspresi sedikit pun bahkan kalau kalian mau nge-gelitikin dia (berani emang?).
Godain penjaganya
Depan sebuah Mansion
Mansion dari samping
Karena pesawat kembali ke Kuala Lumpur jam 18:45 dan mempertimbangkan perjalanan ke bandara 1 jam, jam 2 siang kami langsung kembali ke hotel. Rada kapok terlalu terburu-buru seperti sewaktu berangkat ke Bangkok. Kali ini kami tidak menggunakan River Taxi lagi karena menunggu perahunya aja bisa 20 menit. Jadinya kami memutuskan untuk naik taksi aja ke stasiun BTS terdekat. Sialnya, sopir taksi kami tidak bisa berbahasa inggris sama sekali. Bahkan saya menunjukkan peta dengan tulisan cacing pun dia nggak tau. Ini kemungkinan cuma dua, dia buta aksara apa memang udah rabun karena udah tua juga sih sopirnya. Sopir taksi membawa handpone saya untuk bertanya pada beberapa orang. Tapi ntah kenapa hasilnya nihil. Saya udah menirukan aksen nama salah satu stasiun Rachadewi (baca : rajadewhi) tapi nggak berhasil juga. Akhirnya, seperti jurus ampuh di postingan kemarin, tanya sama anak sekolah dan suruh terjemahkan ke sopir taksi. Alhamdulillah, setelah perjuangan panjang nanya alamat, sampai juga kami ke BTS Rachadewi.

Sampai ke hotel pas jam 3 sore. Kita langsung mengambil barang-barang yang sudah dititipkan di hotel dan menyetop taksi apa pun asal dia tau Bandara Don Mueang. Kami naik taksi warna pink, nggak menghidupkan argo dan dia meminta ongkos 500 THB. Untung dia lumayan bisa berbicara dengan bahasa inggris. Oh ya, ada peringatan dengan simbol unik di taksi. Saya ngakak sendiri melihatnya. Biasanya ada peringatan, berarti pernah ada yang melakukannya kan? Hahaha.
Ini sebuah larangan, berarti ada yang pernah melakukannya
Nah, ini silahkan dilakukan. Itu lambang cewek maksudnya apa?
Setiba di Bandara Don Mueang, sebelum Check in Bagasi (karena memang masih tutup konternya), kami sholat di Bandara. Ada Muslim Praying Room disana jadi sangat memudahkan kita untuk shalat. Setelah kami check in bagasi, hal yang pertama kami lakukan adalah makaaan!! Sekalian mau menghabiskan sisa uang THB juga. Kami bertanya apa KFC atau McD disini ada? Ternyata konter makanan ada di bagian dalam setelah imigrasi.

Karena udah kekurangan uang THB, saya memutuskan untuk menggunakan kartu kredit untuk makan kali ini. Pengen makan enak dan banyak. Uang baht nya dipakai untuk beli Cheese Burger McD dan kartu kredit dipakai untuk makan di Peri-Peri Chicken. Saya memutuskan makan di Resto ini karena ada tulisan HALAL dengan tulisan Arab. Dan saya sama sekali tidak menyesal. Porsinya besar, ayamnya gemuk, dagingnya empuk, dan rasanya sangat mantap. Sambelnya Peri-Peri Chicken juga mantap benerrrr. Ntah karena kami laper berat, jadinya jadi terasa enak banget masakannya. Total untuk makan ber-4, ayam utuh, 4 nasi, dan 2 air mineral adalah 616 THB.
Ayam super gendut
Akhirnya naik pesawat dan terbang ke Kuala Lumpur. Sekalian foto-foto lampu indah dari atas pesawat. Kuala Lumpur, I'm coming :D
View dari pesawat

Oktober 17, 2013

Day 2 Bangkok : Wat Pho

Ntah karena capek banget jalan-jalan dan belanja, saya tidur pulas dan rasanya baru 1 menit tidur malah udah pagi. Langsung mandi dan bersiap-siap untuk check out hotel. Sempat merasa koper udah hampir mau memuntahkan isinya karena udah kepenuhan. Tapi kayaknya masih muat lah oleh-oleh dari Kuala Lumpur untuk masuk ke koper.

Selesai beres-beres, check out, dan meminta deposit 1000 THB, kami masih menitipkan barang di hotel. Bellboy-nya baik banget, barang-barang kita pada diurusin semua. Apa karena kemarin ngasih tip ke dia SGD 10 ya? Padahal rencananya mau ngasih 10 THB, eh yang keluar SGD. Tidaaakkk!! Rejeki dia deh.

Hari ini tujuan saya adalah tempat-tempat yang wajib dikunjungi kalau ke Bangkok, yaitu Wat Pho dan Grand Palace. Karena ada Airportlink dan BTS, saya sangat terbantu untuk pergi kesana. Dari hotel tinggal naik Airport link sampai ke stasiun Phaya Tai, lalu naik BTS ke Saphan Taksin. Nah di Saphan Taksin saya turun dari stasiun, lalu lanjut naik River Taxi Chao Phraya Express.

Ternyata untuk Single Trip ke Dermaga Tha Tien (yang paling dekat dengan Wat Pho) kami harus membeli tiket seharga 40 THB dan mengantri sampai perahu datang. Saya kagum melihat wisatawan yang sangaaat ramai disini. Bahkan beberapa diantara mereka membawa anak kecil. Setelah menunggu sekitar 20 menit, kapal pun datang. Saya langsung mengambil tempat di pinggir supaya puas melihat-lihat pemandangan di sekitar sungai. Oh ya, kalian bisa melihat Wat Arun : Temple of Dawn dari kapal. Saya tidak sempat ke Wat Arun, karena mepetnya waktu untuk ke Bandara.
Tiket Chao Phraya 40 THB
Berdiri di pinggir supaya bisa lihat pemandangan
Ada kapal keren
Wat Arun terlihat dari kapal
Setiba di Tha Tien, saya sempat beli cemilan pisang goreng wijen dan risol karena laparrr buangett. Harganya 20 THB dan saya beli 4 bungkus. Banyak penjual makanan sih disana. Laper beratt udah nggak tahan lagi. Pisang gorengnya juga enaaak banget. Apa karena lagi laper juga yah, hehehe. Alhamdulillah akhirnya perut terisi. Keluar dari dermaga dan sedikit berjalan kaki, tibalah kami di Wat arun.
Turun dari dermaga
Jalan sambil ngunyah pisang goreng
Karcis masuk Wat Pho adalah 100 THB udah plus free air minum yang bisa di refill. Dari pintu masuk aja kita udah terpesona dengan kemegahan arsitektur bangunannya. Sedikit sejarah dari Wat Pho, kuil yang resminya bernama Wat Phra Chetuphon Wimonmangkhalaram adalah salah satu dari enam candi di Thailand yang dari kelas tertinggi dari kelas pertama, Royal candi. Wat Pho adalah kompleks kuil tertua dan terbesar di Bangkok, di dalamnya terdapat ribuan patung dan gambar Buddha yang lebih banyak daripada kuil-kuil lainnya di Thailand.
Bangunannya keren
pintu masuk
Tiket masuk 100 THB
Mengantri air minum gratisan
Sebagian besar dari patung-patung itu dipindahkan dari kuil-kuil yang ditinggalkan oleh Ayutthaya dan Sukhothai atas perintah Raja Rama I. Setelah lahirnya Bangkok di daerah Rattanakosin Ko pada tahun 1782 serta pembangunan dari Grand Palace, Raja Rama I memerintahkan pembangunan Wat Pho. Candi ini dibangun di situs yang lebih tua, yaitu pada era Ayutthaya; candi yang bernama Wat Photharam tepat di sebelah Grand Palace. Selama pemerintahan Raja Rama III kompleks candi itu direnovasi dan diperbesar yang membutuhkan lebih dari 16 tahun untuk menyelesaikannya.
Salah satu sudut Wat Pho
Salah satu patung Buddha
Salah satu patung yg lain
Yang paling menarik adalah melihat patung Reclining Buddha, atau Buddha yang sedang berbaring, nggak tidur kok karena matanya masih terbuka. Pertama melihat patung ini, Subhanallah besarnya. Patung ini juga dianggap suci, jadi banyak yang berdoa disini. Keren banget menurut saya. Gedenya itu lho. Apalagi karena ini patung emas, rasanya pengen bawa pulang ke Indonesia trus digadai biar bisa beli pulau, hahaha.
Reclining Buddha di bagian kepala
Reclining Buddha seluruh tubuh
Wat Pho ini adalah tempat paling asyik untuk foto-foto. Oh ya, ntah kenapa hampir setiap sudut kuil itu banyak orang Indonesia. Saya mendengar banyak bahasa Indonesia bersliweran disini, hahaha. Jangan-jangan mereka juga sama seperti saya dapat promo tiket AirAsia. Setelah puas masuk kuil ini dan kuil itu lalu berfoto-foto, saatnya melanjutkan perjalanan ke Grand Palace.
ayo jalan ke Grand Palace

Oktober 14, 2013

Day 1 Bangkok : Full Shopping

Sebelum melanjutkan postingan, saya mengucapkan selamat Hari Raya Idul Adha 1434 H. Moon maaf lahir dan batin. Selamat berpuasa Arafah juga untuk menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun berikutnya. Seperti diriwayatkan pada hadist berikut :
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab, “Puasa itu menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya.” (HR. Muslim)
Semoga keluarga kita yang sedang naik haji sehat-sehat yah disana. Semoga ketika pulang ke Indonesia, bisa menjadi haji mabrur, amin yaa rabbal 'alamin.

Baiklah, tiba di Berjaya Times Square Kuala Lumpur jam 5 pagi. Saya kaget ketika sopir busnya ngomel-ngomel karena udah bangunin kami dari tidur dan nggak bangun juga, hahaha. Sampai si sopir bilang, "mau tidur sampai kapan? Sampai Genting?" Saya yang belum konek otaknya langsung reflek ngambil tas dan turun dari bus. Sempat bingung juga, ini dimana ya?

Beberapa saat setelah bengong dan ditawarin taksi-taksi sekitar situ, saya baru ngeh kalau kami diberhentikan dibawah LRT Imbi Stesen. Seharusnya bisa langsung ke KL Sentral naik LRT, tapi karena masih jam 5 pagi, LRTnya belum buka. Saya pergi beli roti dan minuman ke Seven Eleven untuk bertanya pada penjualnya bagaimana cara ke KL Sentral. Huft, mau nggak mau karena masih pagi, harus naik taksi. Pas keluar dari Seven Eleven, ada orang India yang menawarkan MYR 20 untuk ke KL Sentral. Ya udahlah, daripada telat naik bus ke LCCT (bandara untuk pesawat Low Cost). Saya sempat shock naik taksi orang India itu. Mengerikan cara nyetirnya, ngebut-ngebutan, dan dia cuma mau turunin kami di depan KL Sentral. Alhasil, saya harus jalan lagi ke tempat bus.

Sempat shalat Shubuh sebentar di KL Sentral, lalu naik ke bus jam 6:15. Sebenarnya pesawat ke Bangkok jam 8:30. Saya masih agak was-was karena waktu kami ke bandara terlalu mepet. Masih berdoa semoga busnya jalan dengan kencang. Walaupun ternyata kekhawatiran saya benar, bus dari KL Sentral berangkat jam 6:30 dan tiba di LCCT jam 7:30. Saya masuk ke bandara dan mengantri ke konter cek in dimana aja. Ternyata kami salah, antrian cek in bagasi untuk ke Bangkok udah ditutup. Saya langsung menyangka kalau kami batal berangkat, OMG! Rasanya takutttt banget saat itu. Saya dan teman saya langsung ke Air Asia Sales dan bertanya. Untungnya mereka baik dan bilang, "kalian 'kan udah web check in. Langsung masuk aja terus ke pesawat."

Kami ber-4 langsung lari menuju imigrasi. Eh ternyata boarding passnya belum di stempel Air Asia verified Document. Jadi balik lagi ke konter cek dokumen, lalu lanjut lari lagi ke imigrasi. Seharusnya koper kami ditimbang, cuma mungkin karena buru-buru jadi nggak ada timbang-timbangan. Setelah imigrasi beres, koper kembali di scan. Padahal kami banyak bawa air minum, tapi well, mungkin karena udah last call jadinya dilolosin juga. Yang paling capek adalah lari ke pesawat karena pesawatnya parkir jauh banget dari terminal. Mana petugasnya udah sibuk nyuruh, "hurry! hurry! OMG!"

Ketika sampai ke pesawat, tangga masuk pesawat langsung ditarik. Saya melihat semua kabin udah tertutup yang menandakan pesawat sudah siap terbang. Kami penumpang paling terakhir bersama dua orang penumpang lagi setelah kami. Masih ngos-ngosan, keringetan, laper belum makan, tapi berhasil terbang menuju Bangkok. Alhamdulillah!!

Tiba di Don Mueang Airport, masih nggak nyangka akhirnya sampai ke Thailand. Saya keluar dari imigrasi dan mencari taksi. Saya menghampiri salah satu pool taksi dan bilang kalau mau ke Nasa Vegas Hotel, tempat kami menginap. Penjaga pool langsung bilang kalau ongkosnya 800 THB ke hotel dan saya langsung iya saja. Mungkin memang segitu pikir saya. Oh ya, sewaktu saya ke Bangkok, 1 THB = Rp. 395. Ternyata oh ternyata, taksi yang kami tumpangi itu Mercedes Benz mewah. Wah, mungkin sama dengan Silver Bird di Jakarta. Huft, pantesan harganya  800 THB. Tapi kalau dipikir-pikir lagi, jarak Airport ke hotel itu 1 jam perjalanan, dan harga 800 THB itu murah lho. Saya merasa kok nggak nyampe-nyampe yah ke Hotel.
Naik Taksi Mercy
Akhirnya sampai juga ke hotel. Hmm, melihat eksterior hotel, saya heran kenapa harganya murah sekali. Bahkan review di agoda.com mengatakan, seharusnya hotel ini menaikkan tarifnya. Saya menginap disini hanya Rp. 95,000/malam (perbooking Februari 2013). Dengan resepsionis super ramah, dekat dengan Airportlink, dan dekat dengan bank untuk Money Changer, boleh Early Check in, seharusnya hotel ini terlalu murah. Bahkan ada bathtub di kamar mandinya. Saya sangat menyarankan kalian untuk menginap disini. Superb banget! Jangan lupa ada deposit 1000 THB per kamar ya.
Lobby Nasa Vegas Hotel
Setelah mandi, kami ke bank untuk menukar uang dan lanjut naik Airportlink Ramkhamhaeng. Oh ya, saya menukar SGD ke THB lebih menguntungkan daripada IDR ke THB. Kami harus menaiki 2 eskalator untuk menunggu kereta saking tingginya. Untuk kalian yang mendarat di Suvarnabhumi airport (bandara untuk penerbangan pesawat komersial), kalian bisa tinggal naik Airportlink ini untuk sampai ke hotel. Ada elevator juga, jadi kalian nggak kesulitan untuk membawa koper. Sayangnya, Don Mueang Airport belum ada Airportlink, jadi mau nggak mau harus naik taksi. Mungkin kalian bisa menyetop taksi di depan bandara, tapi saya nggak tau resikonya. 
Ticket Vending Machine
Menuggu kereta
Kereta datang
Karena hari ini jadwal saya adalah untuk belanja belanji, kami naik Airport link dan turun di stasiun paling pojok bernama Phaya Tai. Dari Phaya Tai, naik BTS transit ke Siam, lalu transit lagi ke National Stadium. Stasiun National Stadium ini berhubungan langsung ke MBK (Ma Boon Khrong) Mall. Mending kalian menyebutkan eMBeKa daripada menyebutkan nama bahasa Thailandnya, hihihi. Kami makan Mc.D dulu di MBK. Rada takut makan makanan khas Thailand, karena ragu dengan ke-halal-annya. Ntah kenapa, saya makan Mc.D di MBK ini murah banget. Udah pesan nasi, ayam, pepsi, dan cheese burger, nggak nyampe 200rb ber-empat. Seneng deh!
Stasiun National Stadium
Mall eMBeKa
Dari MBK jalan kaki ke Madame Tussaud. Saya memang nggak masuk ke Madame Tussaud, karena tiketnya 800 THB. Mending belanja aja deh daripada masuk. Keluar dari Madame Tussaud, kami mampir di Siam. Mungkin Siam ini pusat perbelanjaannya karena ada Siam Paragon, Siam Discovery, dll, saya nggak ingat semuanya. Sebenarnya saya mau mencari Chatuchak Weekend Market. Saya kira masih di seputar Siam. Akhirnya saya bertanya sama anak sekolah (mending kalau nanya jalan atau arah sama anak sekolah karena mereka bisa berbahasa inggris), dan ternyata ke Chatuchak harus pakai BTS. Saya langsung buka peta railway, dan ternyata memang pasar Chatuchak ada diatas. Tanpa pikir panjang, langsung menuju BTS.
Tebak ini siapa?
Jalan ke Siam
Bengong di Siam
Dari Stasiun Siam, kami naik BTS ke Mo Chit/Chatuchak Park. Sepanjangan jalan udah banyak orang berdagang kaos. Ada yang cuma 20 THB. Murah bangettt! Ternyata Chatuchak Weekend Market itu memang cuma buka ketika weekend. Jadinya kami rugi datang kesana hari Kamis. Pas bertanya sama satpam dengan bahasa isyarat, "dimana menjual souvenirs? gantungan kunci? (sambil nunjukin gantungan kunci di ransel saya), satpam bilang pergia aja ke Jatuchak Mall. Lumayan deket ke Mall dari Chatuchak Weekend Market.

Well, ternyata Mall ini memang surganya Souvernirs. Wohooo, seluruh gantungan kunci, magnet kulkas, Snow in The Globe, dasi, aksesoris, tas lucu-lucu, payung lucu-lucu, kaos, bag tag, passport cover, ada disini. Saya sampai bingung mau beli yang mana duluan saking banyaknya. Untungnya, penjaga kios yang saya beli bisa bahasa inggris dan nggak pelit. Kami tawar-menawar mungkin sampai untung 1500 THB. Ransel saya penuh dengan oleh-oleh. Kami disini sekitar 2 jam hanya untuk belanja saja. 
Belanja Belanji
Pulang dari Jatuchak Mall naik BTS ke Siam. Rencananya mau makan malam KFC dulu. KFC di Bangkok juga murah banget. Rp. 120rb ber-4 udah makan kalap. Duit juga udah abis, jadi harus ke Money Changer. Saya menukarnya MYR ke THB lebih menguntungkan daripada IDR ke THB. Untung saya punya banyak stok uang MYR. Yang paling membuat seneng orang hobby belanja adalah semakin malam, semakin banyak kios-kios yang buka. Sayangnya karena hujan, saya jadi tidak begitu leluasa untuk tawar menawar. Uang juga pas-pasan ditukar karena takut kebablasan belanja.

Karena kaki udah cenat-cenut dan badan capek, akhirnya kami sudahi belanja hari ini dan pulang untuk berendam di bathtub dan tidur. Sampai jumpa di postingan selanjutnya.

Follow me

My Trip