Rasanya banyak cerita di kepala yang ingin saya tuliskan dalam bentuk cerita. Ntah kenapa, merangkai sebuah cerpen tentang kehidupan dan angan-angan sehari-hari itu adalah hal yang sangat positif menurut saya. Walaupun cerita yang sebenarnya berbeda jauh dengan yang saya posting di blog, tapi saya sangat tau, ini cerita tentang apa dan disaat apa. Semoga semua cerita yang saya posting bisa menjadi kenangan indah untuk saya nikmati suatu hari nanti.
***
Aku dan teman-teman abangku sibuk bermain kartu suatu malam. Ntah karena musim hujan dan kebetulan daerah rumahku adalah dataran tinggi, semakin malam, udara semakin dingin. Sekarang setiap weekend ada aktivitas baru, main dengan genk abangku.

Seketika rasa dinginku hilang ntah kemana. Memang beda ya jaket mahal sama kardigan yang aku beli di pasar. Mungkin dingin membuatku lapar. Kebetulan tempat kita nongkrong dekat dengan warung, aku berjalan menuju warung membeli cemilan. Aku melihat seorang cewek cantik sedang duduk di warung sambil menikmati teh panas. Kelihatannya dia bukan orang sini. Dia melihat kearahku agak lama dan aku pura-pura cuek. Tapi dia terus menatapku.
Tiba-tiba dia bilang, "Jaket kamu..." Aku melihat sesaat ke jaketku dan bilang, "Oh iya ini jaket cowok. Kegedean sih di saya, hehe." Dia bertanya, "punya siapa?" Aku menunjuk bang Alvian dari warung. Mungkin aku terlalu polos sampai harus menunjuk bang Alvian. Untuk apa juga aku menunjuknya? Emang cewek ini bakalan kenal?! Cewek itu berdiri dan melihat ke arah bang Alvian. Tatapannya seketika kosong. Ibu warung keluar dan menghampiriku seraya bertanya kenapa. Aku tidak mengerti.

"Ehh, kamu siapa?" tanyaku. Tiba-tiba sebuah mobil datang dan dia menghampiri mobil itu. Sebelum masuk ke mobil, dia bilang, "saya temannya," seraya tersenyum dan pergi.
Suara deru mobil membuat teman-teman abangku menoleh kearahku, termasuk bang Alvian. Aku langsung menghampirinya, "bang, tadi cewek yang naik mobil itu ngasih jam tangan ini," seraya memberikan jam tangan. Bang Alvian langsung kaget, "dia bilang apa??" Aku menjawab, "jaket yang aku pakai, harganya sama dengan jam itu."
Bang Alvian mengambil jam tangan dan handphonenya, lalu menjauh dari kami. Dia terlihat panik sekali. Aku dan teman-teman abangku yang lain hanya bisa memperhatikannya dari kejauhan. Mungkin malam memang semakin dingin, tapi suasana malam itu tampak lebih dingin dari biasanya. Aku tetap tidak mengerti. Kenapa dengan jam tangan itu? Kenapa jaket yang aku pakai? Mungkin hanya dia yang tau jawabannya... Atau kalian tau kenapa?
4 comments:
aihhhh alviannn...
Hadeehhh, jadi penasaran nih.
Hanya bisa mengira-ngira. :D
Btw, saya suka cerita dengan ending terbuka, membiarkan pembacanya yang menyimpulkan apa yang terjadi. Termasuk film juga, saya suka. :)
kaloada "jempol" nya.. pasti dikasi "jempol"
Me like this.
hihihihi
Posting Komentar