Hari ini mungkin saya dan teman-teman berhasil pergi ke 3 tempat sekaligus dan membuat kaki pegel-pegel. Mumpung belum terlalu malam, kami melanjutkan perjalanan menuju Dongdaemun. Sayangnya di Dongdaemun saya tidak mengambil foto. Selain karena batre kamera udah tewas, batre handphone juga udah sekarat. Selama perjalanan saya di Jepang dan Korea kali ini, saya berhasil mengumpulkan sekitar 2500 foto.
Keluar dari underpass stasiun, sudah berjejer semua penjual pakaian dan souvenirs. Saya memang bertekad mau belanja baju di Dongdaemun karena memang terkenal dengan harganya murah-murah disini. Memang sih, cukup murah untuk mantel, sweater, dan baju-baju tebal lainnya. Tapi 'kan kalau belanja baju tebal mana mungkin banyak karena mau dipake kemana di Jakarta? Dan saya belanja kesini itu salah musim. Karena masih musim dingin, jadilah semua baju yang dijual pada tebal. Awalnya saya mau beli kaos lengan panjang atau syal untuk dijadikan kerudung. Eh yang dijual sweater dan syal berbahan wol. Wah, syal setebal itu dipakai untuk kerudung? Bisa langsung lepek rambut saya.
![]() |
Picture from http://foodandtravels.wordpress.com/2013/11/03/seoul-blend-of-old-and-new/ |
Saya tergiur juga beli jaket, sweater, dan kaos tebal. Habisnya memang lucu-lucu banget. Kalau ditanya harganya? Nggak murah juga. Saya beli sweater 25,000 Won dan baju 15,000 Won. Lumayan mahal ya. Terkadang 'kan saya suka beli baju di online shop murah dan katanya import dari Korea dengan harga hanya sekitar Rp. 50,000. Tapi saya bingung disini nggak ada 'tuh baju dengan harga semurah itu. Malah menurut saya cenderung mahal banget. Ada mantel harganya Rp. 600,000 sampai Rp. 1 juta. Wah, saya kayaknya mending beli merk ZARA yang kalau lagi diskon juga harganya gila-gilan. Oh ya, para pedangan disini rata-rata bisa berbahasa inggris. Daripada kalian nawar harga, mendingan langsung beli yang ada label harga deh biar nggak dibohongin.
Setelah selesai beli sweater, saya beli gantungan kunci dan magnet kulkas. Sialnya, saya dapat pedagang super rese'. Kenapa saya harus tetap beli sama dia. Pegang dagangannya aja kalau nggak beli ya nggak boleh. Mana nggak bisa bahasa Inggris. Karena saya malas menyusuri deretan toko souvenirs, saya langsung beli di toko ini. Yang anehnya lagi, sewaktu saya mau menyatukan pembayaran dengan teman saya, dia bilang nggak boleh. Jangan-jangan dia mengira saya minta diskon kali ya. Ah, nyebelin banget! Ada juga pedagang yang menggandeng tangan saya sambil bilang, "Unni..., bla bla bla...." Saya langsung bilang, "Sorry, I don't speak Korea. Khamsamida."
Ketika kami terus berjalanan menyusuri pedagang kaki lima yang berhamburan di Dongdaemun, tiba-tiba saya menemukan Resto Halal. Nah, enaknya di resto halal tuh pasti pelayannya bisa bahasa inggris. Mereka menyajikan masakan Arab dan India, tapi tetap menjual Soju, hihihi. Banyak orang berkerudung di dalam resto dan wifinya super kencang. Kami memesan ayam dan kentang seperti biasa, ditambah roti canai biar kenyang. Resto ini pengunjungnya rame banget. Saya kira orang Korea lebih suka resto nggak halal.
Selesai makan, kami balik ke hotel karena suhu mulai turun. Udah keluar asap dari mulut saya ketika ngobrol dengan teman-teman seperti orang sedang merokok. Memang semakin malam suhu semakin dingin. Kami buru-buru naik subway supaya lebih hangat. Enaknya subway di Korea, ruangan menunggu kereta lebih tertutup daripada Jepang, jadinya lumayan hangat. Turun dari kereta dan berjalan menuju hotel pun terasa semakin membeku.
Awalnya saya berencana naik kereta ekspres besok menuju bandara, tapi rasanya nggak mungkin karena melihat koper bakalan penuhhhh banget dan beratttt untuk diangkat naik turun tangga subway. Apalagi stasiun kereta di Korea sangat minim eskalator. Saya pernah baca kalau taksi di Korea itu murah. Akhirnya saya minta tolong resepsionis hotel untuk memesan taksi menuju bandara Gimpo karena kami akan menggunakan penerbangan domestik menuju Pulau Jeju. Ternyata harga taksi ke Gimpo hanya 50,000 Won dan big taxi itu bisa dinaiki oleh 6 orang. Jadinya lebih murah daripada naik kereta ekspress 8000 Won perorang. Apalagi besok pesawat saya jam 7:30 pagi. Kebayang 'kan betapa capeknya kalau harus bangun pagi, dorong koper, naik turun tangga subway, TIDAK!!!
Saya agak menyesal nggak mengambil foto ketika saya dan teman-teman saya sedang membenahi isi koper supaya cukup untuk oleh-oleh seabrek-abrek! Bahkan udah saya selip-selipin di pinggiran koper, tapi tetap nggak cukup. Ahhh, beli oleh-oleh untuk orang sekampung begini deh jadinya. Saya sampai harus menggunakan tas tentengan lagi untuk dimasukkan kedalam bagasi saking koper udah nggak cukup. Rumus kami adalah setiap pindah kota dan naik pesawat, kami menambah bagasi 20 kg. Gila nggak? Tapi nggak apa-apa yang penting senang, hahahaha.
Malam ini terakhir di Seoul. Besok udah berangkat lagi ke Pulau Jeju. Mungkin untuk nanti kedepannya saya malas kembali lagi ke Seoul. Saya sangat memilih Jepang. Pengalaman saya di Jepang kemarin benar-benar tak terlupakan. So, bye bye Seoul!
7 comments:
rupanya seoul nggak sebegitu memikat hati mbak Meuti ya? padahal disitu rajin nambah bagasi lho, hehe.
Waahh kebetulan!Mumpung belum meninggalkan Korea, aku pesen Daniel Ho ya satu >.<
Ditunggu posting tentang Pulau Jeju-nya yaaa ^^
oh ini toh penampakan Dongdaemun yang sering diceritakan itu :D
kayaknya sudah jadi pusat perbelanjaan terkenal disana
meski belum pernah ke Korea, polesan tuslisan ini bisa saya nikmati dengan baik serasa ikut hadir di situ sambil ikutan menawar mantel 250.000 saja hhh
mungkin ga ketemu sumbernya yang jual barang kulakan kali, mut. soalnya temen gw bolak balik belanja barang di korea buat dijual lg kesini dan murah
setahuku disana ga murah murah amat lho barangnya.
ternyata ada pedagang rese juga disana ya
hehehhee
Posting Komentar