Selama berada di Jepang, saya dan teman-teman selalu berusaha bangun pagi. Patokannya adalah pas habis shalat shubuh nggak tidur lagi. Biasanya biar nggak ngantuk, mandi dulu baru shalat Shubuh. Setelah memastikan teman-teman yang lain pada mandi, saya bobo lagi setelah dandan. Teman-teman yang bergantian mandi itu bisa memakan waktu 1 jam dan lumayan banget untuk bobo (katanya nggak bobo lagi??).
Keluar dari penginapan langsung dirasuki dengan hawa dingin yang menusuk-nusuk tulang. Ahhh, kenapa Osaka dingin sekali?? Mungkin karena masih pagi juga. Kami langsung berjalan dengan cepat menuju stasiun. Sebelumnya nyari cemilan dulu di 7eleven. Mungkin kalian pernah dengar Kansai Pass. Saya nggak beli karena harganya 5000 yen untuk 3 hari dan 3200 yen untuk 2 hari. Selain itu, rasanya beli tiket terpisah lebih irit daripada beli langsung 5000 yen.
 |
Peta jalur kereta Kansai |
 |
Beli tiket dulu |
Tarif kereta dari Tsurugaoka menuju Osaka Station adalah 210 yen. Selagi menunggu kereta datang, kami sarapan dulu sambil berjemur. Sinar matahari lumayan membantu untuk mengurangi dingin yang menusuk tulang. Oh ya, dari Tsurugaoka kita harus transit di Tennoji, salah satu stasiun besar di Osaka. Setelah itu baru naik kereta ke Osaka Station.
 |
Makan dengan lahap |
 |
Duduk kedinginan menunggu kereta |
Setibanya kita di Osaka Station, saya mengikuti petunjuk untuk menuju Line kereta ke Kyoto. Osaka Station ini adalah statiun terbesar di Osaka. Ada shinkansen juga disini. Line kereta juga macam-macam. Ada JR, Hankyu, dan lain-lain. Sebagian besar ketika di Kansai, saya naik Hankyu Line karena ada free wifi di dalam kereta.
 |
Osaka Station (ShinOsaka) |
Tarif dari ShinOsaka ke Kyoto adalah 540 yen. Sewaktu menunggu kereta, sempat bertanya pada orang lokal yang mana kereta menuju Kyoto. Mereka bilang semua kereta di Line ini menuju Kyoto. Tapi ada super rapid train yang lebih sedikit mampir ke stasiun-stasiun jadi lebih menghemat waktu. Ada papan pengumuman digital terpasang di atap stasiun kereta dan ada logo O, X, dan segitiga. Jadi kalau kita berdiri mengantri di atas logo segitiga misalnya dan di papan pengumuman menunjukkan kalau segitiga adalah antrian untuk Super Rapid Train.
Kereta pun datang dan kami naik. Sebelum kereta jalan, saya menikmati wajah cowok-cowok Jepang yang cakep-cakep. Ada satu orang sedang duduk diatas koper dan mata kami bertemu. Ihhiy!! Reflek saya senyum dan dia senyum balik. Sayangnya kereta malah jalan. Saya jadi melihat ke belakang dan dia tetap melihat ke arah saya sampai jauh. Ah berasa di sinetron.
 |
Dinding Stasiun, kaca semua |
Tiba di Kyoto Station, kami berganti kereta lagi menuju Inari Stasion dengan tarif 430 yen. Rasanya di daerah Kansai harga kereta lebih mahal. Di Tokyo masih ada kereta dengan tarif 130 yen. Di Kansai kayaknya diatas 200 yen semua. Tujuan saya adalah Fushimi Inari Shrine atau disebut juga kuil sejuta gapura.
 |
Gapura Romon dari depan |
 |
Gapura Romon dari belakang |
 |
Berfoto di pintu masuk |
 |
3 Monyet, hihi |
Fushimi Inari Shrines ini adalah kuil shinto yang sangat terkenal dengan Gapura Tori yang terpasang sepanjang 233 meter menuju Gunung Inari. Inari sendiri adalah dewa Shinto untuk pangan. Di sekitar sini ada banyak patung serigala seperti di kartun Inuyasha atau Naruto yang ekornya ada banyak itu lho. Serigala-serigala tersebut adalah
messenger Dewa Inari. Kalau sebagai patung, serigalanya terlihat galak, tapi pas jadi souvenir imut banget. Di pintu masuk ada Gapura Romon yang di donasikan tahun 1589 oleh
Toyotomi Hideoshi.
 |
The Messenger |
 |
Gaya dulu |
 |
Ada Patung |
Pagi itu ketika saya kesini, suasananya agak gloomy (redup). Jadi harus mengambil foto ketika matahari mulai bersinar. Suhu udara sekitar kuil juga nggak terlalu dingin. Mungkin hanya sekitar 10 derajat. Karena dominasi warna kuil adalah orange, jadinya kontras banget di foto. Oh ya, tidak lupa saya minum air suci di kuil ini. Ntah berapa teguk air suci yang sudah saya minum. Hahaha.
 |
Minum Air Suci |
 |
Kuil |
 |
Ada Miiko, tapi pas difoto marah |
Sebelum naik keatas gunung dan menyusuri ribuan gapura, rombongan saya pergi ke perkampungan kecil di belakang kuil. Sebenarnya nggak kampung juga sih, cuma rumah-rumahnya masih tipe Jepang agak kuno sedikit, hahaha. Disini banyak rumah seperti rumah doraemon. Jalanannya kecil, orang yang bersliweran juga jarang. Tapi di garasi rumah malah ada mobil keren.
 |
Rumah Jepang |
 |
Rumah kecil mobil keren |
 |
Duduk di depan rumah |
 |
Rumah Doraemon |
Kebetulan sekali sewaktu saya sedang mengambil foto teman yang sedang naik ke atas rumah, seorang kakek menyapa kami.
"Where are you come from?" Kita jawab, "Indonesia."
"Oh saya pernah di Salatiga," katanya dan kami melongo heran. "Dulu tahun 1970 saya tinggal 10 bulan di Salatiga."
Suatu kebetulan yang keren banget, dia udah tua masih inget Salatiga. Trus dia cerita-cerita tentang Salatiga. Kalau dia lupa bahasa indonesianya, dia pakai bahasa inggris fasih, nggak seperti orang Jepang kebanyakan. Akhirnya kami berfoto deh bersamanya.
 |
Welly diatas atap |
 |
Kakek dari Salatiga |
 |
Foto dulu untuk kenang-kenangan |
Setelah ngobrol, kami terus berjalan dan bertemu kuburan. Wah dead end! Kuburan tua, ada sadako nggak ya? Amit..amit..! Saya cuma iseng aja seolah berdoa di kuburan. Kebanyakan yang tinggal di perkampungan ini hanya orang tua dan anak-anak. Mungkin anak mudanya pergi ke Tokyo untuk kerja kali ya?
 |
Kuburan, hiiii >_< |
Setelah puas jalan-jalan di kampung, kami balik lagi ke kuil. Kali ini memutuskan untuk mendaki dan berfoto di gapura-gapura orange. Saya sempat meau berfoto ketika membunyikan bel di kuil, tapi nggak enak sama orang Jepangnya. Mana mungkin pakai kerudung beragama Shinto. Oh ya, ada penjual kimono murah di bawah gapura seharga 1000 yen saja. Saya beli untuk orang tua doang. Saya ngga begitu tertarik memakai kimono. Disini juga rame banget pasangan yang pakai kimono. Mau ngapain yah mereka? Sepertinya ada perayaan gitu...
 |
Memulai mendaki |
 |
Stand yang menjual Kimono murah |
 |
Mari mendaki |
 |
Ada sejuta lebih gapura |
 |
Peta menuju puncak Gunung Inari |
Dari semua gapura, yang paling keren adalah gapura cabang dua. Berdiri di tengah-tengah gapura seolah-seolah seperti dinding berwarna orange, padahal antara satu gapura dengan gapura lainnya ada celah. Banyak sekali orang yang berfoto di tempat ini.
 |
Bergaya di Gapura |
 |
Tulisan Jepangnya keren |
Saya dan teman-teman nggak naik sampai ke atas gunung. Setelah berfoto di gapura, langsung mengambil jalan lain untuk menyusuri daerah sekitar kuil. Ternyata banyak spot indah disini. Bahkan ada jembatan juga. Daerahnya sangat asri dan rimbun, banyak pohon besar.
 |
Ada Jembatan |
 |
Duduk-duduk dengan view perkampungan |
Setelah puas berkeliling, saatnya hunting oleh-oleh. Nah, sebelum belanja, kami menyempatkan makan Takoyaki. Fyi, salah satu makanan favorit saya adalah Takoyaki. Dari sewaktu di Indonesia udah bertekad dalam hati harus makan Takoyaki langsung di Jepang. Alhamdulillah akhirnya ketemu. Harga Takoyakinya 500 yen dan isinya 6.
 |
Mau beli Takoyaki |
 |
Itadakimasu! |
 |
Mau lagi..!! |
Duh, saya suka banget sama Takoyakinya. Berbeda dengan di Indonesia, Takoyaki di Jepang tuh ada rasa jahenya. Bagian dalamnya pun super duper panas dan lama banget dinginnya. Bentuknya juga lebih besar. Mantap banget lah, apalagi kita semua laper.
 |
Jalan Oleh-oleh |
 |
Toko oleh-oleh |
Kenyang makan Takoyaki, saya pergi ke toko Souvenir. Disini saya akhirnya menemukan payung yang kalau kena hujan ada corak bunga sakura. Mahal sih, 1500 yen. Trus sempat beli gantungan kunci juga, magnet kulkas, pernak-pernik Hello Kitty juga. Cuma belanja begitu doang sampai menghabiskan 500rb rupiah, OMG!
 |
Kyoto Hello Kitty |
Karena udah agak sore, kami berencana melanjutkan perjalanan ke Ginkakuji Temple. Tapi sayang nggak kesampaian deh. Nanti saya posting cerita selengkapnya :)
4 comments:
Jepang keren ya. Jadi pingin ke sana :)
yaaah kenapa ga ada sadako nya? kan jd seru klo ada bwahahahaa
yaaah kenapa ga ada sadako nya? kan jd seru klo ada bwahahahaa
rumah doraemon nya kereeeeeeeeeeeeeennn
Posting Komentar