April 22, 2014

Gyeongbokgung Palace

Mungkin sekitar satu jam kemudian, saya terbangun dan melihat orang-orang di dalam subway udah rame aja. Serasa perjalanan saya terlalu lama. Ketika sampai di stasiun Hoegi, kami turun dan kebingungan mau pindah ke jalur kereta yang mana untuk pergi ke Gyongbokgung Palace.

Teman saya lalu bertanya pada seorang bapak-bapak yang turun di stasiun yang sama, dan dia ternyata bisa berbahasa inggris. Bapak itu bilang, "follow me!" Dengan polosnya kami mengikuti bapak itu dan dia mengantarkam kami pada jalur kereta yang bukan seperti yang kami inginkan. Dia bilang, "this way is the fastest way to get to Gyeongbokgung Palace. I wanna go there also." Wah, lumayan banget. Kita bisa mengikuti dia tanpa takut kehilangan arah. Sepanjang jalan di kereta cuma ngobrol-ngobrol tentang Korea, dia nanya kemana aja kami sudah pergi, mau kemana lagi setelah ini, bertanya tentang Indonesia juga, dan sebagainya. Dia mengira kita orang Malaysia, mungkin karena saya pakai kerudung.

Bapak baik itu turun satu stasiun sebelum Gyeongbokgung. Dia tersenyum dan melambaikan tangan pada kami ketika keluar kereta. Masih teringat sama mantel hitam panjang dan topi yang dia pakai. Semoga bapak itu baik-baik saja. Setibanya kita di Gyeongbokgung Station, agak heran juga kenapa sepi. Seharusnya tempat wisata 'kan rame. Kami menelusurusi underpass menuju Palace (ada papan petunjuk arah). Ketika keluar underpass, kok gerbang istananya tutup semua? Wah, aneh banget. Bahkan National Folk Museumnya juga tutup.
Foto dari samping
Pintu masuk dari samping
Ya sudahlah, daripada terus menebak-nebak, akhirnya saya memutuskan untuk berfoto-foto di kawasan sebelah kanan Palace. Arsitekturnya masih keren banget, Korea masa lampau. Semuanya masih sangat terawat dan tempat ini sangat luasssss!!
Dindingnya keren
Dibangun pada tahun 1395, Gyeongbokgung Palace juga disebut istana utara karena letaknya di paling utara kalau dibandingkan dengan istana lainnya seperti Changdeokgung (Istana Timur) dan Gyeongheegung (Istana Barat). Gyeongbokgung Palace merupakan istana yang paling indah diantara lima istana lainnya.
Gaya muka seram
Tempat ini pernah hancur dan terbakar pada saat perang Imjinwaeran (ketika Jepang masuk tahun 1592-198). Namun, seluruh bangunan istana termasuk 7700 ruangan berhasil dibangun kembali dimasa kepemimpinan Heungseondaewongun pada masa pemerintahan King Gojong (1852-1919). National Palace Museum of Korea berlokasi di Heungnyemun Gate, dan National Folk Museum berlokasi disebelah timur Hyangwonjeong (tempat saya masuk tadi).
Pintu masuk

Foto diambil supaya pintu masuk depan kelihatan
Haduwh, capek :(
Waktu itu cahaya matahari bersinar dengan sangat terik, tapi udara tetap aja nggak hangat sedikit pun. Saking silaunya, saya sampai menggunakan kacamata hitam. Cuaca sangat cerah dan tetaaaap dingin, hiks... Setelah puas berfoto di sisi timur, kami berencana berfoto di depan Palacenya. Masuk lagi ke underpass dan melihat beberapa pajangan dinding sepanjang jalan. Eh, akhirnya kami jadi tau kenapa istana ini tutup, karena kami pergi hari Selasa, hihihi. Gyeongbokgung Palace tutup hari selasa, jadi kalau kalian mau pergi kesini, pilihlah hari lain. Saya sangat nggak tau tentang hal ini.

Saya sempat melihat ada beberapa orang masuk ke sebuah ruangan di dalam undepass dan saya berkesimpulan kalau itu adalah jalan terdekat untuk menuju pintu masuk utama. Ada dua polisi yang berjaga dan saya cuek aja langsung masuk. Tiba-tiba polisi menahan kami dan saya bertanya, "Anything wrong, Sir? I just wanna go to the gate." Polisi langsung terkesiap dan bilang, "Sorry, this is only for card member." Saya keheranan dan melihat orang-orang mengalungi sebuah tanda pengenal. Oh, berarti cuma yang ada tanda pengenal doang yang boleh masuk lewat sini. Ya sudahlah...
Underpass
Keluar dari underpass, kami berjalan beberapa ratus meter dan menyebrang zebra cross, baru bisa berfoto di depan pintu masuk Gwanghwamun Gate. Memang sih nggak pas di depan banget karena banyak polisi berjaga. Heran juga, kenapa banyak polisi ya? Jadinya saya berfoto dari Gwanghwamun Square agar pintu gerbangnya kelihatan sempurna. Sedikit sejarah, Gwanghwamun sempat hancur beberapa kali ketika Korea berperang dengan Jepang. Bahkan lokasi pintu gerbang ini sendiri sudah pernah berpindah dari tempat semula kemudian dikembalikan lagi ke tempat asal dan dibuka untuk publik pada 15 Agustus 2010. Menyebutkan nama tempat disini susah banget. Jangankan menyebutkan namanya, menuliskannya di blog saja sudah salah beberapa kali, huft!
Jalan menuju Gwanghwamun Square
Foto di depan Gwanghwamun Gate
Bunga musim semi
Ada apa di Gwanghwamun Square? Nah, kalian bisa melihat patung perunggu setinggi 9,5 meter King Sejong (1392-1910) yang sedang duduk tersenyum sambil membawa sebuah buku. Siapa emangnya King Sejong? Raja yang satu ini adalah penemu alfabet Hangeul. Tau 'kan tulisan bulat-bulat Korea itu namanya Hangeul. Selama pemerintahannya, King Sejong dapat membuat banyak perubahan dalam pertanian, karya sastra, ilmu pengetahuan dan teknologi. Intinya raja yang satu ini sangat intelek. Untuk lebih lengkapnya, bisa baca sendiri ya di google :)
King Sejong duduk tersenyum sambil pegang buku
Gaya dulu di bawah tulisan Hangeul
Sebenarnya di Gwanghwamun Square ini ada air mancur dari dalam tanah yang menari-nari (dancing fountain). Bahkan kalau kalian datangnya pada malam hari, kalian bisa melihat air mancur ini berwarna-warni. Sayangnya ketika saya datang kemarin kesana, air mancurnya lagi di renovasi. Saya kurang beruntung.
Kedinginan
Gwanghwamun Square
Sekitar Gwanghwamun Square
Ada satu patung lagi yang berdiri tegak di Gwanghwamun Square ini, yaitu Laksamana Yi Sun-Sin /이순신 (1545 - 1598), atau biasa disebut Yi Sun-Shie. Mungkin Laksamana yang satu ini adalah komandan angkatan laut terbaik yang dimiliki Korea karena keberhasilannya memenangkan perang melawan Jepang pada abad ke 16. Patung perunggu ini berdiri setinggi 17 meter. Pedang yang berada di tangan kanannya melambangkan Pelindung dan Patriotisme. Di depan patung ada miniatur kapal berbentuk kura-kura yang dahulu dibangun olehnya untuk menuju ke medan perang. Keren juga ya sejarahnya, hihihi.
Laksamana Yi Sun-Sin
Laksamana Yi Sun-Sin dan miniatur kapal kura-kura
Seharusnya ada Dancing Fountain disini
Karena keasyikan jalan-jalan, baru nyadar kalau udah jam 3 sore dan saya belum makan siang. Saya mampir ke KFC, berhubung cuma resto ini yang terlihat. Saya memesan ayam bagian dada dua potong dan beberapa burger. Ada cerita lucu. Ternyata ayam yang saya pesan kurang, jadinya saya pesan lagi ke kasir. Nah saya bilang sama kasir, "I want to order chicken, chest part," sambil menunjuk ke gambar dada ayam. Kasirnya jawab, "No, you have to order two pieces." Lho, saya bingung, baru aja saya pesan dada ayam kok bisa, sekarang udah nggak bisa lagi. Saya tetap berusaha menerangkan sama kasir kalau tadi saya udah order dada ayam, tapi kasirnya nggak ngerti.
Jalan menuju KFC
Akhirnya datang cowok Korea yang ganteng dan menawarkan bantuan, "Can I help you?" Saya baru 'nyadar juga kalau antrian di kasir udah panjang hanya karena saya ingin dada ayam. Saya bilang ke cowok itu kalau mau pesan dada ayam, dan dia bilang ke kasir. Trus dia diam dan berpikir, mungkin berpikir cara menjelaskan ke saya. "You can't order only chest part on this package." Ternyata kasir mengira saya memesan paket dan maunya dada ayam saja, padahal saya hanya menunjuk gambar. Akhirnya saya meminta menu komplit dan menunjuk apa yang saya mau pesan. Baru deh berhasil beli dada ayam. Aah, susah amat! Saya berterima kasih pada cowok ganteng yang bahasa inggrisnya keren banget itu dan naik ke lantai 2 untuk makan.
Suasana sekitar
Setelah makan, berbeda dengan orang Jepang yang langsung membersihkan meja dan nampan makanan, kebiasaan orang Korea hanya menaruh nampan yang berisi sampah diatas tempat yang disediakan. Seharusnya kita memasukkan gelas, piring, ke tong sampah yang tersedia, tapi malas ah. Orang Korea aja nggak melakukan hal itu, hihihi.

Baiklah, cerita selanjutnya adalah Seoul Tower... Haduwh, capek deh! Untung aja alas kaki saya enak banget jadinya kakinya nggak sakit. Ditunggu ya postingannya ^_^

Catatan: Ternyata banyak polisi berjaga karena mau ada demo. Di sekitar Gwanghwamun Square ini ada Kedubes AS dan polisi banyak banget yang berjaga di depan kedubes. Pas malamnya saya nonton tv di hotel, ternyata bakalan ada demo. Wow, untung kami udah pergi saat itu. Alhamdulillah!

1 comments:

Catatan Kecilku mengatakan...

Patung King Sejong nya keren banget... :)
Kalo kesana lagi ajak2 aku ya? hehehehe

Follow me

My Trip