Semalem saya mimpi buruk. Hiks, saking buruknya, saya sampai nangis tersedu-sedu. Huuu, seolah mimpinya terlalu nyata. Mungkin karena saya lagi demam dan flu berat, minum obat, dan hasilnya jadi mimpi buruk. Ah, masih teringat mimpi semalem, sampai sedih lagi. Ya udahlah, dream is just a dream. Supaya saya inget, akan saya tulis dalam bentuk cerita yang dibumbui berjuta-juta penyedap.
***
Hari-hari terlalu sepi sejak kepergiannya yang terlalu tiba-tiba. Masih teringat saat aku menghadiri pemakamannya dan membuat aku menangis sepanjang malam. Semua fotonya, boneka pemberiannya, masih tersusun rapi di kamarku. Masih bingung kenapa hal ini harus menimpaku.
Suatu hari aku melamun sendirian sambil makan siang di kantin karyawan kantor. Seorang teman menyapaku. "Masih stress ya?" tanyanya. Aku agak kaget melihat Leo di depanku. "Iya, aku masih kepikiran." Leo mendengus. "Kamu terlihat kacau seminggu ini. Kacau balau. Kerjaan nggak ada yang beres, muka kusut," Dan aku hanya diam menanggapinya.
Aku dan Leo sama-sama terdiam. Tapi ketika aku sadar, Leo melirik ke arah bangku kosong di sebelahku. "Kamu kenapa Leo?" tanyaku. "Oh nggak apa-apa kok. Oke deh Mita, aku balik ke ruanganku dulu ya." Leo meninggalkanku seorang diri di kantin dan aku masih melamun. Tanpa sengaja aku mendengar cewek-cewek mengobrol di meja sebelahku dan membahas Leo. Mereka bilang, semalam Leo ngobrol sendiri di sudut ruangan. Aku heran mendengarnya. Berhubung aku kenal sama cewek-cewek itu dan kebetulan mereka satu divisi denganku, aku mendekati mereka untuk konfirmasi.
"Leo kenapa?" tanyaku.
"Kayaknya dia bisa lihat hantu deh Mit. Semalem dia ngobrol gitu dipojok ruangan."
Jangan-jangan tadi Leo melihat hantu di bangku kosong sebelahku. Aku berpamitan sama mereka dan balik ke ruangan untuk mencari Leo.
Tiba-tiba aku melihat Leo sedang bicara sendiri di pantry. Sudah lama aku berteman dengannya tapi baru kali ini aku menyadari kalau dia bisa melihat makhluk gaib. Aku mendengar dia bilang, "Ray, pergilah. Kasihan Mita nanti kepikiran terus sama kamu." Ha? Ray? Leo melihat Ray?
Aku langsung menghampiri Leo. "Leo! Dimana Ray?" tanyaku berkaca-kaca. "Aku kangen sama dia, tunjukkan padaku!"
Leo terkejut, "Nggak bisa Mita. Kamu nggak bisa lihat Ray. Kamu nggak punya kekuatan itu."
Aku memelas pada Leo, "Aku mohon Leo, aku mohon!"
Leo mendengus, "Aku bisa aja sih membuat kamu melihat Ray. Tapi kamu nanti akan ketakutan sendiri."
"Nggak, aku nggak akan takut sama Ray."
Mata Leo menerawang ke sekitar pantry. "Oke, aku kasih kamu waktu 1 hari. Hanya 1 hari kamu bisa melihat Ray. Tapi ingat, bukan Ray saja yang bisa kamu lihat. Tapi semua hantu bisa kamu lihat."
Aku kaget dan mulai ragu, tapi demi Ray, aku mengangguk setuju. Leo lalu mengusap mataku sambil membaca mantra-mantra yang aku tidak mengerti.

Aku ijin pulang pada bosku. Aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah, masuk kamar, dan bercerita banyak pada Ray. Tapi, aku mulai merasa aneh. Kenapa di kantorku terlihat sangat banyak orang? Mereka terlihat pucat, lusuh, dan tidak ada yang menyadarinya. Baiklah, demi Ray, aku akan pura-pura cuek. Anggap saja aku tidak pernah melihat mereka. Aku langsung berlari menuju subway dan naik kereta. Di rel kereta juga aku melihat banyak sosok-sosok aneh dan aku teriak sendiri. Semua orang melihatku dan keheranan kenapa aku berteriak. Aku melihat wajah Ray, dia tampak sedih. Dan aku mencoba bertahan untuk tetap biasa aja melihat hantu-hantu berkeliaran.
Sesampai di rumah, aku berlari masuk kamar. Aku melihat sekeliling kamarku. Untungnya tidak ada hantu lain disini selain Ray. Aku senang melihatnya, sekalipun dia pucat dan agak transparan. Aku mulai bercerita kalau aku sangat sedih ketika dia pergi. Semua terlalu tiba-tiba. Aku bilang padanya kalau aku selalu datang berziarah, selalu berdoa untuknya, selalu ingin melihatnya lagi. Dia tersenyum mendengar ceritaku. Tapi ada perasaan aneh. Dulu dia adalah orang yang paling antusias mendengar ceritaku, menyeletuk, dan tertawa. Sekarang aku seperti berbicara pada tembok. Ntah kenapa aku malah tambah sedih. Ini bukan Ray. Aku tidak bisa bercerita pada hantu. Air mataku berlinang terlalu deras.
Aku bangun dan berada di ruangan serba putih. Aku heran melihat Leo dan ibuku berada di sebelahku. Aku heran, kenapa aku diinfus. "Mama..." panggilku lirih. "Apa yang terjadi?" Ibu menjawab, "Mita udah pingsan selama 3 hari. Kamu terlalu stress nak..." Aku kaget, "3 hari?" Aku menatap Leo, "Leo, dimana Ray?" Leo heran, "Ray sudah meninggal. Sudahlah Mita." Aku masih tidak terima, "Leo, kamu bisa lihat Ray kan? Dimana dia? Dimana?" Leo keheranan, "Ha? Sejak kapan aku bisa melihat hantu?"
Aku terdiam. Ternyata semua hanya mimpi. Mimpi yang membuat aku pingsan selama 3 hari di rumah sakit. Dari kejauhan aku melihat Ray berdiri di pintu ruang rawat inapku seraya tersenyum. Aku kaget, tapi sosok itu lama-lama menghilang. Sudah saatnya aku mengikhlaskan kepergiannya. Selamat tinggal Ray, semoga kita bisa bertemu lagi nanti dalam kondisi apa pun.