Mei 26, 2014

Ada Hantu di Kamarku

Semalem saya mimpi buruk. Hiks, saking buruknya, saya sampai nangis tersedu-sedu. Huuu, seolah mimpinya terlalu nyata. Mungkin karena saya lagi demam dan flu berat, minum obat, dan hasilnya jadi mimpi buruk. Ah, masih teringat mimpi semalem, sampai sedih lagi. Ya udahlah, dream is just a dream. Supaya saya inget, akan saya tulis dalam bentuk cerita yang dibumbui berjuta-juta penyedap.

***

Hari-hari terlalu sepi sejak kepergiannya yang terlalu tiba-tiba. Masih teringat saat aku menghadiri pemakamannya dan membuat aku menangis sepanjang malam. Semua fotonya, boneka pemberiannya, masih tersusun rapi di kamarku. Masih bingung kenapa hal ini harus menimpaku.

Suatu hari aku melamun sendirian sambil makan siang di kantin karyawan kantor. Seorang teman menyapaku. "Masih stress ya?" tanyanya. Aku agak kaget melihat Leo di depanku. "Iya, aku masih kepikiran." Leo mendengus. "Kamu terlihat kacau seminggu ini. Kacau balau. Kerjaan nggak ada yang beres, muka kusut," Dan aku hanya diam menanggapinya.

Aku dan Leo sama-sama terdiam. Tapi ketika aku sadar, Leo melirik ke arah bangku kosong di sebelahku. "Kamu kenapa Leo?" tanyaku. "Oh nggak apa-apa kok. Oke deh Mita, aku balik ke ruanganku dulu ya." Leo meninggalkanku seorang diri di kantin dan aku masih melamun. Tanpa sengaja aku mendengar cewek-cewek mengobrol di meja sebelahku dan membahas Leo. Mereka bilang, semalam Leo ngobrol sendiri di sudut ruangan. Aku heran mendengarnya. Berhubung aku kenal sama cewek-cewek itu dan kebetulan mereka satu divisi denganku, aku mendekati mereka untuk konfirmasi.
"Leo kenapa?" tanyaku.
"Kayaknya dia bisa lihat hantu deh Mit. Semalem dia ngobrol gitu dipojok ruangan."
Jangan-jangan tadi Leo melihat hantu di bangku kosong sebelahku. Aku berpamitan sama mereka dan balik ke ruangan untuk mencari Leo.

Tiba-tiba aku melihat Leo sedang bicara sendiri di pantry. Sudah lama aku berteman dengannya tapi baru kali ini aku menyadari kalau dia bisa melihat makhluk gaib. Aku mendengar dia bilang, "Ray, pergilah. Kasihan Mita nanti kepikiran terus sama kamu." Ha? Ray? Leo melihat Ray?
Aku langsung menghampiri Leo. "Leo! Dimana Ray?" tanyaku berkaca-kaca. "Aku kangen sama dia, tunjukkan padaku!"
Leo terkejut, "Nggak bisa Mita. Kamu nggak bisa lihat Ray. Kamu nggak punya kekuatan itu."
Aku memelas pada Leo, "Aku mohon Leo, aku mohon!"
Leo mendengus, "Aku bisa aja sih membuat kamu melihat Ray. Tapi kamu nanti akan ketakutan sendiri."
"Nggak, aku nggak akan takut sama Ray."
Mata Leo menerawang ke sekitar pantry. "Oke, aku kasih kamu waktu 1 hari. Hanya 1 hari kamu bisa melihat Ray. Tapi ingat, bukan Ray saja yang bisa kamu lihat. Tapi semua hantu bisa kamu lihat."
Aku kaget dan mulai ragu, tapi demi Ray, aku mengangguk setuju. Leo lalu mengusap mataku sambil membaca mantra-mantra yang aku tidak mengerti.

Ketika aku membuka mata, aku langsung kaget. Ray ada disebelahku, dia tersenyum, wajahnya pucat. Aku berlari ingin memeluk Ray tapi tembus. Aku tidak bisa menyentuhnya. Wajah Ray tampak sedih, sepertinya dia juga sedih karena tidak bisa memelukku. "Ray, aku punya banyak cerita untukmu." Ray lalu tersenyum. Aku mulai menyadari kalau Ray tidak bisa berbicara. "Ray, aku kangen suaramu." Wajah Ray terlihat sedih kembali. Leo menghampiriku dan bilang, "Kalian tidak akan bisa bercakap-cakap." Aku langsung berlinang air mata. "Mita, jangan terlihat mencolok ya. Hanya kamu yang bisa melihat Ray. Jangan membuat orang-orang di sekitarmu menganggap kamu aneh ya."

Aku ijin pulang pada bosku. Aku ingin cepat-cepat pulang ke rumah, masuk kamar, dan bercerita banyak pada Ray. Tapi, aku mulai merasa aneh. Kenapa di kantorku terlihat sangat banyak orang? Mereka terlihat pucat, lusuh, dan tidak ada yang menyadarinya. Baiklah, demi Ray, aku akan pura-pura cuek. Anggap saja aku tidak pernah melihat mereka. Aku langsung berlari menuju subway dan naik kereta. Di rel kereta juga aku melihat banyak sosok-sosok aneh dan aku teriak sendiri. Semua orang melihatku dan keheranan kenapa aku berteriak. Aku melihat wajah Ray, dia tampak sedih. Dan aku mencoba bertahan untuk tetap biasa aja melihat hantu-hantu berkeliaran.

Sesampai di rumah, aku berlari masuk kamar. Aku melihat sekeliling kamarku. Untungnya tidak ada hantu lain disini selain Ray. Aku senang melihatnya, sekalipun dia pucat dan agak transparan. Aku mulai bercerita kalau aku sangat sedih ketika dia pergi. Semua terlalu tiba-tiba. Aku bilang padanya kalau aku selalu datang berziarah, selalu berdoa untuknya, selalu ingin melihatnya lagi. Dia tersenyum mendengar ceritaku. Tapi ada perasaan aneh. Dulu dia adalah orang yang paling antusias mendengar ceritaku, menyeletuk, dan tertawa. Sekarang aku seperti berbicara pada tembok. Ntah kenapa aku malah tambah sedih. Ini bukan Ray. Aku tidak bisa bercerita pada hantu. Air mataku berlinang terlalu deras.

Aku bangun dan berada di ruangan serba putih. Aku heran melihat Leo dan ibuku berada di sebelahku. Aku heran, kenapa aku diinfus. "Mama..." panggilku lirih. "Apa yang terjadi?" Ibu menjawab, "Mita udah pingsan selama 3 hari. Kamu terlalu stress nak..." Aku kaget, "3 hari?" Aku menatap Leo, "Leo, dimana Ray?" Leo heran, "Ray sudah meninggal. Sudahlah Mita." Aku masih tidak terima, "Leo, kamu bisa lihat Ray kan? Dimana dia? Dimana?" Leo keheranan, "Ha? Sejak kapan aku bisa melihat hantu?"

Aku terdiam. Ternyata semua hanya mimpi. Mimpi yang membuat aku pingsan selama 3 hari di rumah sakit. Dari kejauhan aku melihat Ray berdiri di pintu ruang rawat inapku seraya tersenyum. Aku kaget, tapi sosok itu lama-lama menghilang. Sudah saatnya aku mengikhlaskan kepergiannya. Selamat tinggal Ray, semoga kita bisa bertemu lagi nanti dalam kondisi apa pun.

Mei 24, 2014

Anak Dosen

Kemarin sempat terpikir sebuah cerita. Awalnya cerita ini dibuat karena banyak banget orang yang menyangka saya masih kuliah. Mungkin karena tubuh saya kecil dan wajah saya baby face kali ya, hahaha. Tapi nggak apa-apa lah, mending dibilang masih muda daripada dibilang tua sebelum waktunya. Oke, cekidot!

***

Waktu itu, aku sedang duduk di kantin kampus. Tiba-tiba seorang dosen Teknologi Informasi favoritku parkir di depan kantin dan dia membawa seorang cewek. Aku mendengar cewek itu bilang, "Ntar Karina tunggu di perpus aja ya, Pa!" sambil melambai kepada dosenku dan berlari ke perpustakaan. Dosenku melihat ke arahku dan tersenyum, lalu masuk ke ruang dosen. Wah, tumben pak dosen bawa anaknya ke kampus. Wajahnya cute lagi. Pikirku, jangan-jangan baru lulus SMA dan sedang melihat-lihat kampus ini.

Besoknya aku berpapasan dengan anak dosenku di perpustakaan. Bukan karena aku sengaja mencarinya ke perpus, tapi memang aku sedang Tugas Akhir dan sebentar lagi sidang kelulusan. Aku melihat Karina, begitu yang aku dengar namanya, sedang mengetik di laptopnya. Wajahnya begitu serius, tapi tetep lucu. Karena aku penasaran, aku menyapanya, "Hai dek!" Tapi tidak ada reaksi. Aku sapa lagi, "Dek, dek!" 
Dia melirikku, lalu melihat ke kiri dan ke kanan. "Maksud 'dek' itu saya ya?" tanyanya tersenyum.
Aku mengangguk dan tersenyum. "Anaknya pak Sahrul ya?" Sahrul adalah nama dosenku.
Dia mengangguk, lalu bertanya, "Udah semester berapa?"
Aku jawab, "udah mau sidang nih, dek. Doain abang ya." aku mulai flirting.
Dia tersenyum. "Oke bang, adek doain. Semoga sukses yah bang."
Aku tertawa, "Hahaha, ada-ada aja adek ini lah."
Dia lalu bertanya, "Abang kelahiran tahun berapa?"
Aku jawab, "1992. Kalau adek?"
Dia terdiam sebentar, lalu tersenyum lagi, "1997."
"Wah pas banget ya," kataku senang.
"Pas apanya ya bang?" dia tertawa lagi dan aku tersipu malu.
"Okelah dek, abang nggak mau ganggu adek. Kayaknya sibuk banget ketak-ketik daritadi."
Dia masih tersenyum, "Oh ya bang, jurusan IT juga ya?"
Aku mengangguk, "Kenapa dek?"
"Sabtu besok ada seminar di Aula Barat. Datang ya!" pintanya.
"Oh adek boleh nonton ya?" tanyaku. "Oh, karena anak dosen kali yah."
"Iyah, adek penasaran aja sama topiknya. Kayaknya seru. Namanya siapa bang?"
"Fatih," jawabku.
"Angkatan?"
"2009,"
"Oke bang, Fatih, IT, 2009."
"Kenapa kok pengen tau abang terlalu detail dek?" tanyaku tersipu-sipu.
Dia tertawa, "Hahaha, nggak bang. Biar inget aja."
Akhirnya aku keluar perpustakaan dengan hati berbunga-bunga.

Besoknya, para dosen sudah mengumumkan kalau bakalan ada seminar seru dan semua mahasiswa angkatan akhir wajib datang. Padahal aku tidak terlalu suka sama seminar, tapi aku antusias kali ini karena Karina yang mengajakku. Kalau perlu, aku akan datang tepat waktu karena harus mencarinya terlebih dahulu.

Sampai hari Sabtu, aku datang paling pagi ke Aula Barat dan melihat sekeliling. Kali aja bisa ketemu dengan Karina. Detik-detik berlalu, mahasiswa terus berdatangan, tapi aku tidak melihat Karina. Cuma bertemu dengan Pak Sahrul saja tadi di depan Aula. Ah, mungkin saja dia berbohong. Lagian, baru aja ketemu, langsung ngajak nonton seminar, agresif juga 'tu cewek. Aku mulai berpikir macam-macam.

Moderator membuka seminar. Kata sang moderator, kali ini nara sumbernya adalah seorang wanita yang masih muda tapi sudah berkeliling dunia untuk melihat applied science di bidang transportasi dan ingin berbagi di seminar ini. Moderator lalu berkata, "Saudara-saudara, mari kita sambut KARINA!"

Aku tertegun. Cewek yang ada di perpustakaan itu adalah nara sumber seminarku kali ini. Dia terlihat sangat dewasa, dengan pakaian seperti orang kantoran dengan rok span dan blezer. Wajahnya tetap imut-imut, tapi dia tampak dewasa. Dia menjelaskan tentang teknologi yang benar-benar canggih dengan cara ringan dan gampang dicerna oleh pikiranku yang terkadang suka melenceng kemana-mana. Ah tidak, aku ngecengin anak dosen yang ternyata dosen juga.

Pada sesi tanya jawab, aku suruh temanku yang duduk di sebelah bertanya tentang berapa usianya. Memang nggak ada hubungannya dengan seminar, tapi aku membujuk temanku sampai memelas. Akhirnya temanku bertanya, "Bu, usia anda sekarang berapa? Sepertinya terlalu muda untuk berkeliling dunia dan melihat semua teknologi yang ada." Dan Karina menjawab, "Saya 27 tahun, kelahiran 1987." Dan aku langsung lemes. Bukan 5 tahun lebih muda, malah 5 tahun lebih tua, OMG!

Ada sebuah sesi dimana Karina menunjuk nama secara acak sesuai dengan absen mahasiswa yang hadir untuk dimintai komentar tentang seminarnya. Disesi ini jantungku seakan mau copot saking kencangnya berdetak. 

Dan benar, dia menyebutkan, "Fatih, IT, 2009. Bisa minta komentarnya, dek?" Semua mata mahasiswa seminar tertuju padaku dan aku nyaris tewas saat itu. Ahh tidak, kenapa harus ada sebutan abang dan adek sih? Sejak itu aku kapok memanggil semua cewek dengan panggilan dek.

Mei 21, 2014

New Born Nephew

Kemarin saya dapat ponakan baru lagi. Kali ini cowok lho, hihihi. Bayi kecil nan imut ini lahir pada tanggal 20 Mei 2014. Dulu kakaknya juga lahir tanggal 20, tapi bulan September. Ahh, dunia jadi semakin berwarna. Nanti pas lebaran ada yang bisa diisengin, digendongin, ditoel-toel, hahaha.
Baby
Walaupun baru ngeliat fotonya, belum sempat menimang-nimang, tapi rasanya senang banget punya ponakan lagi. Duh, jadi pengen punya baby juga. Kapan ya? Pengennya punya anak kembar cowok, biar sekali lahir langsung dua, hahaha.

Welcome to the world little one... Semoga menjadi anak pintar, shaleh, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Aminn ya Rabb!!

Mei 18, 2014

Mie Aceh Mangat

Perasaan udah lama nggak posting tentang makanan enak. Biasanya makan di mall dan menurut saya nggak begitu spesial suasananya. Sekalipun makanannya enak banget. Dulu sewaktu di Bandung, karena setiap Cafe dan Resto itu berada di suatu tempat, nggak gabung dengan Mall, makanya saya sering menulis reviewnya. Jadi bisa mencari ciri khas setiap tempat makan tersebut.

Baiklah, kali ini saya pergi ke Mie Aceh Mangat, Jl. Bangka Raya No.30 Kemang. Udah lama nggak nongkrong di Kemang dan memang lagi pengen makan mie aceh juga. Kebetulan pengen ketemu sama ownernya, teman SMA saya Cut Mar. Sempat lihat tempat makan ini beberapa kali di facebook karena banyak teman yang posting fotonya, jadi tergiur pengen menikmati langsung.
Daftar Menu
Menu yang disajikan disini standar tempat makan Mie Aceh, ada mie, martabak, roti cane, dan lainnya. Saya sekalian fotoin menu makanannya buat kalian yang penasaran dengan harganya. Nah, yang menjadi ciri khas Mie Aceh Mangat adalah kalian bisa makan mie aceh dengan lobster gedeee dengan harga murah. Bahkan lobsternya bisa ngabisin tempat diatas piring, jadi harus disajikan di piring gede. Unik banget!
Mie Aceh Goreng Lobster
Saya baru kali ini makan mie aceh pakai Lobster. Kalau pakai udang atau cumi sih biasa yah, tapi kalau pakai lobster baru luar biasa. Rasa daging lobsternya enak dan gurih, mie-nya juga enak, bumbunya terasa banget. Kalian bisa memilih tingkat kepedasan mie-nya. Berhubung saya nggak kuat pedas, jadi pesan yang sediki pedas. Oh ya, saya pesan porsi Lobster (1/2). Perut masih kenyang banget karena sempat makan Shabu Tei di FX jam 3 sore karena ada ulang tahun teman saya, lalu makan Mie Aceh jam 7 malam.
Mie Aceh Tumis Lobster 1/2 dan Es Timun Aceh
Sebenarnya saya ingin mencoba mie kepiting sekalian, karena pengen aja ngeliat kepiting gede diatas mie. Kayaknya mantap banget. Sayangnya kemarin lagi nggak ada kepitingnya, ya udah deh mungkin lain kali. Saya juga minum Es Timun Aceh, supaya pas kombinasinya dengan Mie Aceh dan emang kangen juga rasa es timun. Kalian juga bisa pesan teh tarik kalau kurang suka sama Es Timun.
Mie Aceh Lobster tumis dan teh tarik
Selagi ngobrol-ngobrol dengan teman-teman saya dan juga ownernya Mie Aceh Mangat, saya pesan Roti Cane Silverqueen. Sewaktu pesanan datang, saya kira kwetiaw daging, karena potongan roti canenya memanjang seperti kwetiaw dan silverqueennya kayak daging, hihihi. Ini menu baru dan karena saya penyuka coklat silverqueen, jadi kombinasi roti cane dan silverqueen menurut saya enaaaak banget. Saya jadi makan terus sambil ngobrol.
Roti cane silverqueen
Well, overall tempat makanannya oke banget untuk kalian yang ingin mencoba hal baru dalam menikmati Mie Aceh. Saran saya sih semoga ntar ada Nasi Goreng Aceh Lobster dan Kepiting juga, hihihi. Semoga reviewnya bermanfaat ya. Selamat mencoba ^_^

Mei 15, 2014

Kesimpulan Perjalanan ke Jepang dan Korea

Tibalah saatnya postingan terakhir untuk perjalanan saya ke Jepang dan Korea. Kali ini saya akan menceritakan sedikit kesimpulan dari 2 negara tersebut. Dulu sewaktu saya ke Singapore, Bangkok, dan Kuala Lumpur dalam sekali jalan, saya juga menulis kesimpulannya. Jadinya kalian bisa membaca perbandingannya dari kaca mata saya ya. Ini murni pendapat pribadi dari hasil analisa saya selama disana :)

Visa Masuk
Hal yang paling pertama kalian persiapkan ketika mau pergi ke Asia Timur adalah Visa. Jujur aja, urusan membuat Visa adalah yang paling ribet menurut saya. Selain harus bolak-balik kantor minta surat keterangan kerja, bolak-balik bank untuk surat referensi dan rekening koran, beli amplop, persiapkan pas foto, dan lainnya untuk urusan administrasi itu ribet. Udah ribet, nggak di approved lagi. Ahh, gimana nggak sedih?
Visa Jepang bisa kalian urus selama persyaratan dokumen lengkap. Kalau belum lengkap, pihak kedutaan langsung menyuruh melengkapi apa yang kurang, jadi kalian tetap bisa di approved. Nah Visa Korea nih, OMG! Saya nggak di approved. Padahal dokumen lengkap, duit di rekening nggak kurang, passport ada terlampir Visa Jepang, tapi tetep nggak di approved. Tapi dibalik kesusahan ada kemudahan. Karena Visa Korea saya nggak di approved, jadilah saya tau peraturan kalau bisa masuk Korea kalau memiliki Visa Jepang. Karena kasian sama tiket pesawat yang udah beli, bermodal nekad, saya masuk Korea dengan menggunakan Visa Jepang and everything's going very smooth. Hal ini juga bisa menginspirasi orang-orang yang bernasib sama untuk tetap masuk Korea, tanpa harus memiliki Visa Korea. Tapi harus ada Visa Jepang yah.

Oh ya, kalau nanti Indonesia bisa bebas masuk Jepang tanpa Visa, berarti ke Korea tetap harus pakai Visa dong. Selamat mengurus deh, hihihi!

City Explore
Saya sangat menyarankan kalian masuk ke Korea dulu baru ke Jepang. Pada waktu saya jalan-jalan kemarin, saya masuk Jepang dulu dan ketika masuk Korea, semua terasa biasa aja. Jepang dengan teknologi, kebersihan yang sempurna, orang-orang yang sangat teratur berhasil membuat saya merasa kalau Korea nggak beda jauh dengan Jakarta. Cuma Korea punya subway doang. Sepertinya dari tatanan kota, lebih rapi Singapore dibandingkan Korea. Tapi kalau dibandingkan Jepang, best country ever! Mungkin kalau tahun depan saya jalan ke Dubai, saya baru bisa membandingkan dengan Jepang.

Tapi nggak semua di Korea itu nggak bisa dibandingkan dengan Jepang. Sewaktu saya singgah di Pulau Jeju, it was so freaking AMAZING! Wajar lah ya kalau pulau eksotis yang satu ini masuk ke 7 keajaiban dunia. Mungkin di lain kesempatan, saya mau datang lagi ke Pulau Jeju. Tapi kalau ke Seoul atau Busan, malas ah. Mending nabung untuk pergi ke Jepang lagi. Oh ya, Korea memiliki banyak tempat romantis, seperti Seoul Tower dengan gembok cinta dan pot bunga berbentuk hati, Pulau Nami yang penuh karya seni, dan sebagainya.

Transportasi
Wah, kalau untuk transportasi sih, Jepang sangat jauuuuuh lebih keren dari Korea. Jepang punya stasiun kereta yang jalur keretanya ada 10 tingkat. Apalagi mereka punya Shinkansen yang keren banget deh. Di setiap stasiun juga ada kepala stasiun. Jadi kalau kalian nyasar, tinggal bertanya aja sama kepala stasiun. Memang mereka nggak terlalu bisa bicara bahasa inggris, tapi mereka akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu kita.

Kalau di Korea, jalur subwaynya juga agak ribet dan nggak ada kepala stasiun, jadi susah banget kalau mau nanya arah. Kalian masih bisa menemukan pengemis di stasiun bahkan di dalam subway pun ada. Aneh banget kan? Tapi nggak apa-apa pengalaman. Kalau kalian pernah naik MRT Singapore, jalur subway Korea hampir sama dengan Singapore. Cuma Singapore nggak punya kereta super cepat, sedangkan Korea udah punya.

Belanja-Belanji
Nah, kalau untuk hal yang satu ini, masing-masing negara ada ciri khas. Di Jepang, saya suka banget belanja pernak-pernik kecil seperti Hello Kitty, gantungan kunci ninja, kimono, permen, makeup SK-II dan Shiseido (bisa beda sejuta sama Indonesia), Uniqlo (harganya kalau diskon muraaaah banget!), beli makanan kecil di sekitar kuil, dan lain-lain.

Kalau di Korea, apalagi saya penggemar kosmetik Korea, kalian bisa puass banget belanja. Bahkan ada Buy 1 Get 1 juga. Ntah kenapa di Indonesia harga kosmetik Korea itu selangit, padahal disana murah banget. Bedanya bisa sampai 200rban. Saya juga belanja baju di Korea, tapi termasuk mahal juga harganya.

Pokoknya dari nggak beli bagasi, jadi nambah bagasi kurang lebih 90 kg (bertiga) hanya untuk membawa pulang oleh-oleh, hihihi. Belum termasuk tentengan lagi.

Kuliner
Karena 2 negara ini bukan negara muslim, jadi agak susah menemukan resto halal. Bahkan di KFC pun ada bacon. Untuk rasa masakan, Jepang emang top banget deh. Mereka menggunakan ikan super segar untuk membuat Sashimi, tempura juga enak, pokoknya makanan lokalnya enak. Takoyakinya super duper enak. Tapi kalau masakan Italia yang ada di Jepang, nggak begitu enak menurut saya.

Kalau di Korea, saya suka banget makan sup masakan laut. Dalam 1 wajan ada kerang, lobster, kepiting, semua dicampurkan jadi satu. Di Seoul juga banyak banget cemilan ayam potong, tapi rasanya enak banget. Porsinya juga gede.

Budget
Berikut ini saya lampirkan akomodasi saya, termasuk Visa dan surat referensi bank:

Tiket Pesawat  (belum termasuk bagasi, karena bagasi beli belakangan tergantung banyaknya belanjaan, hehe) :    
Jakarta - Kuala Lumpur Rp. 111,000
Kuala Lumpur - Osaka Rp. 1,205,421
Osaka - Tokyo Rp. 531,552
Tokyo - Osaka Rp. 894,300
Osaka - Seoul Rp. 950,805
Seoul - Jeju - Busan Rp. 801,189
Busan - Kuala Lumpur Rp. 1,134,966
Kuala Lumpur - Jakarta Rp. 736,745
       
Hotel        
Busan 1 malam  Rp. 222,000
Seoul 2 malam Rp. 471,750
Jeju 1 malam  Rp. 270,000
Osaka 3 malam Rp. 825,660
Tokyo 2 malam Rp. 621,883
       
Visa Jepang Rp.  375,000
Visa Korea Rp. 480,000 (nggak di approved!)
Surat Ref BNI Rp. 200,000

Total Rp. 9,832,270

Harga diatas itu berbeda dengan teman saya yang lain karena mereka beli tiket lebih cepat dan ada juga yang lebih lambat. Mungkin bedanya sekitar 500rb-1 juta saja. Nah, kalau untuk belanja oleh-oleh, makan, dan transportasi, saya mengeluarkan uang lumayan banyak. Bahkan masuk Tokyo Disneysea, naik kereta super cepat juga harus di budget karena harganya mahal. Jadi saran saya bawalah banyak uang kesana, karena kalian akan merasa sedih kalau melihat banyak barang lucu tapi nggak dibeli, hihihi (ini perasaan saya pribadi). Oh ya, untuk jaga-jaga, bawa kartu kredit ya. Beli Shinkansen aja bisa pakai kartu kredit, jadi sangat membantu. Lagian sebenarnya agak serem kalau terlalu banyak bawa uang cash.

Oke, cukup sekian postingan saya ya. Kalian bisa baca semua postingan saya tentang Jepang dan Korea. Kalau ada pertanyaan, silahkan komen aja, nanti saya balas. Khusus untuk komen yang berupa pertanyaan, pasti saya balas. 

Next trip, awalnya udah beli tiket ke Vietnam dan Phnom Pehn, tapi nggak jadi pergi karena ada pesta pernikahan teman saya. Mungkin mau balik arah ke Hongkong dan Macau, tapi belum pasti juga sih, hihihi. Pengennya tahun ini menghabiskan negara China, lalu tahun depan ke negara Arab. Semoga diperbanyak rezeki halal sama Allah supaya bisa jalan-jalan terus, aminnn ya Rabb!

Mei 13, 2014

From Busan to Jakarta

Ternyata saya sudah 5 hari nggak posting blog. Memang sih, ini adalah cerita terakhir saya berpetualangan di Jepang dan Korea. Nggak terasa saya telah menulis lebih dari 30 postingan untuk membahas tempat-tempat unik di dua negara tersebut. Jadi pengen jalan-jalan lagi, tapi saya belum menentukan akan kemana. Oh ya, beberapa hari ini ada keluarga di Jakarta. Jadinya sibuk jalan-jalan bersama orang tua dan adik yang udah lama banget nggak ketemu. Setelah mereka pulang, baru deh melanjutkan posting blog dan berjualan makeup kembali.

Baiklah, cerita terakhir ketika saya packing koper malam itu di Busan. Saya memisahkan semua barang-barang saya dan teman-teman saya agar tidak bercampur lagi. Maklumlah, sewaktu kekurangan tempat untuk oleh-oleh, kadang saya nitip belanjaan saya ke koper teman-teman,  begitu pula sebaliknya. Sekarang semua koper dibongkar dan dipisahkan sesuai milik pribadi. Kalian tau, kamar penginapan saya jadi penuh banget ketika semua isi koper kita bongkar. OMG!

Selesai packing, saya minta tolong ke resepsionis bawah untuk memanggilkan taksi jam 6 pagi. Sayangnya resepsionis ibu-ibu itu nggak bisa bahasa inggris. Saya bilang jam 6, "Six o'clock!" dan dia harus menghitung dari one, two, three, four, five, six, baru paham. Tapi saya takut dia salah bilang jam 6 pagi menjadi jam 6 sore. Aahh, susah banget sih! Saya berikan kartu nama pemilik taksi, ibu resepsionis menelepon dan berbicara bahasa Korea. Saya menunggu sambil kedinginan. Beberapa menit kemudian, setelah percakapan yang saya nggak ngerti itu, ibu resepsionis menyuruh saya untuk berbicara. Saya terima teleponnya, saya bilang pertama kali, "Can you speak english?" Lalu dijawab, "No english." Wah, gimana ini? Akhirnya karena saya sudah tidak tahan kedinginan, saya lalu balik ke kamar dan mempercayakan pada ibu resepsionis.

Teman saya nanya, "Gimana taksinya?" Saya ragu-ragu menjawab, "Nggak tau deh udah di orderin apa nggak." Lalu tiba-tiba ada telepon ke kamar penginapan saya. Ketika saya jawab, ibu resepsionis bilang, "Come here!" Nggak sopan banget sih nyuruh orang datang, tapi saya tau kok kalau beliau memang sama sekali nggak bisa bahasa inggris. Setelah menutup telepon, saya keluar kamar dan mau turun ke bawah. Eh, tiba-tiba ibu itu sudah berada di depan kamar saya dan bilang, "Taxi OK!" Lalu saya jawab, "OK!" dan dia kembali turun. Ah, aneh banget. Daripada sibuk mikirin dia, saya langsung balik ke kamar dan tidur.

Besok paginya, kami bangun agak telat. Sekitar jam 5:45, taksi sudah ada di depan hotel. Saya menyuruh teman saya yang udah mandi untuk turun duluan selagi saya menunggu teman yang lain mandi. Ternyata mandi dan beres-beres membuat kita telat 20 menit. Supir taksi udah ngomel bilang, "We're late twenty minutes," dan dia mengatakannya berulang-ulang. Saya dan teman-teman saya pura-pura bego aja dan tidak terlalu mempedulikan apa katanya.

Perjalanan menuju bandara saya gunakan untuk tidur lagi. Ketika bangun, saya sudah tiba di depan lobby bandara. Kita membayar 50,000 Won untuk taksi, lalu mengambil troli. Oh ya, troli di Jepang dan Korea itu unik. Di pegangan troli harus ditekan agak kebawah agar troli bisa jalan. Kalau nggak, troli akan ngerem dan barang-barang kita nggak akan jatuh karena jalan sendiri. Kami tiba terlalu cepat, jadinya harus duduk menunggu beberapa saat, baru counter cek in dibuka.
Gambar bandara Gimhae dari http://busanhaps.com/transportation
Setelah counter cek in dibuka, kami lalu mengantri untuk cek in bagasi. Semalam saya membeli bagasi 20 kg lagi supaya nggak kelebihan. Berarti total bagasi saya dan teman-teman saya bertiga dalam 1 tiket adalah 85 kg, dan total bagasi kita sekitar 84 kg, nyaris kelebihan bagasi. Oh ya, karena nggak punya Visa Korea, petugas bandara (Asiana Airlines) bertanya kapan saya kembali ke Indonesia. Saya jawab hari ini juga, lalu dia oke-oke saja. Kemudian dia menawarkan kami bertiga duduk bersebelahan. Awalnya kami duduk berjauhan karena beli tiketnya nggak barengan.

Seperti biasa, beli cemilan di mini market bandara untuk sarapan. Kemudian langsung masuk pemeriksaan barang cabin dan immigrasi. Petugas pemeriksa barang memegang gulungan rambut saya berkali-kali untuk memastikan tidak ada yang aneh. Untung petugasnya cewek, kalau nggak udah saya omelin. Petugas immigrasi pun sama sekali nggak mempermasalahkan Visa Korea. Dia langsung men-stempel passpor saya, lalu saya bebas melenggang keluar. Selagi menunggu pesawat boarding, hal yang paling suka saya lakukan adalah masuk ke Duty Free. Kalian bisa membeli berbagai kosmetik Korea yang harganya jauh lebih murah disini karena nggak kena pajak. Saya juga melakukan refund tax untuk barang-barang yang saya beli selama di Korea. Lumayan hasil refund banyak juga. Bisa untuk makan siang bertiga. Sebenarnya belanja di Duty Free untuk menghabiskan uang Won. 'Kan bisa beli makeup untuk di jual lagi. Oh ya, di Duty Free bandara Gimhae tidak menjual Soju. Awalnya teman saya mau beli Soju untuk oleh-oleh, jadi menyesal karena nggak dijual.

Pukul 9:45, pesawat mulai boarding. Karena AirAsia X pesawat besar, antriannya sangat panjang untuk masuk ke pesawat. Saya menunggu antrian sambil ber-wifi di sebuah Lounge lantai dua. Kira-kira pukul 10 tepat, baru kami mengantri masuk pesawat. Ah, selamat tinggal Busan, selamat tinggal liburan, sediiihhh!! Pukul 10:35, pesawat terbang mengangkasa. Kami duduk di deretan kursi nomor 46, terlalu kebelakang. Kira-kira pukul 12 siang, makanan yang saya pesan di pesawat mulai dihidangkan. Karena teman saya kursinya baru saya dipindahkan untuk duduk di sebelah saya, jadi makanan yang dia pesan di nomor kursi sebelumnya mulai nyasar. Untung aja nggak dimakan sama orang lain. Selesai makan, kami tidur pulas. Sebaiknya kalian bawa bantal leher untuk tidur di pesawat supaya nggak sakit lehernya. Bisa tidur pulas lagi.

Beberapa menit sebelum mendarat, tiba-tiba pesawat kami menabrak awan. Turbulensinya kuat banget, seperti naik roller coaster. Saya mulai takut, teringat juga pesawat Malaysian Airlines, jadi berdoa banget. Pesawat dua kali menabrak awan sampai akhirnya pesawat berbelok. Barulah sampai di bandara LCCT Kuala Lumpur dengan selamat pukul 15:55. Alhamdulillah.

Karena kami hanya memiliki waktu 3 jam untuk naik pesawat lagi ke Jakarta, jadi turun pesawat agak terburu-buru. Sayangnya antrian di immigrasi Malaysia sore itu sangat panjaaaang. Kami harus mengantri sekitar 30 menit untuk bisa mendapatkan stempel di passpor, lalu mengambil bagasi. Pindah dari Arrival Gate menuju Departure Gate pun memakan waktu setengah jam. Belum lagi mengantri cek in bagasi yang nggak tertib banget membuat pelayanan jadi agak lambat. Sekitar pukul 17:30 kami beres cek in bagasi. Ternyata oh ternyata, payung transparan yang setia menemani saya nggak boleh dimasukkan ke kabin, harus bagasi. Awalnya saya sempat takut counter cek in bagasi udah tutup dan saya harus membuang payung itu. Tanpa berpikir panjang lagi, saya langsung balik ke counter cek in bagasi yang alhamdulillah masih buka. Karena saya udah cek in barang sebelumnya, jadi saya harus mengantarkan payung-payung ini ke konter lain untuk dimasukkan langsung ke dalam pesawat. Untung prosesnya nggak begitu lama. Saya masuk ke pengecekan barang (kali ini sepatu boots saya nggak disuruh buka), lalu masuk immigrasi lagi, baru akhirnya bisa lega menunggu boarding pesawat.

Selagi menunggu boarding, saya makan Dunkin Donuts. Untung aja tadi teman saya sempat menukar uang Ringgit dulu untuk beli makanan. Pukul 18:30 saya naik ke pesawat. Saat itu saya sangat sedih karena harus menerima kenyataan kalau liburan telah usai. Bahkan kebersamaan saya dengan teman saya juga saya kira harus usai. Masih sedih memikirkannya :(

Ketika tiba di bandara Soekarno Hatta, hal yang pertama kali saya lakukan adalah menelepon Mama. Ah, senangnya bisa kembali ke Jakarta dengan selamat. Nanti saya akan posting perbandingan negara Jepang dan Korea dari kacamata saya ya. Semoga bisa menginspirasi kalian yang mau berlibur kesana. Sampai jumpa ^_^

Mei 07, 2014

Busan Part 2 : Walking Around

Selesai keluar dari Pasar Tradisional, karena udah siang, kami masuk ke toko mie. Salah satu teman saya pengen banget makan Chajangmyeon, salah satu kuliner paling terkenal di Korea. Sebelum main ke Haeundae Beach, dia sempat bertanya sama resepsionis hotel dimana tempat makan yang menjual Chajangmyeon? Resepsionis bilang, tempat makannya ada di dekat pantai dan bukan warung Korea. Ternyata makan Chajangmyeon itu di warung China.

Kalian tau, salah satu pelayan tempat makannya agak banci dan sombong. Teman saya bilang Chajangmyeon dan dia tanpa senyum dan muka jutek nanya berulang-ulang untuk memastikan lafal Chajangmyeon itu benar. Akhirnya dia agak menyerah dan  mengambil buku menu bergambar dan memberikannya pada teman saya, lalu dia pergi. Aneh bener, kita malah ditinggal. Nah, baru datang pelayan baik hati melayani kami dan kami bilang mau makan Chajangmyeon. Pelayan itu juga bertanya pada saya mau pesan apa dan saya menggeleng-geleng. Fyi, Chajangmyeon itu adalah mie hitam dengan saus pasta kedelai hitam yang asin (bukan kecap asin ya karena sausnya kental), ditambah potongan daging babi atau biasanya kulit perut babi. 
Chajangmyeon, dibelakangnya pelayan banci
Pelayan banci itu datang lagi dan memberikan saya menu yang ada bahasa inggrisnya, mungkin melihat saya belum pesan makanan kali yah. Akhirnya saya pesan mie seafood. Yang anehnya lagi, ketika dia memastikan pesanan, dia menunjuk saya dan teman-teman saya ke muka banget. Sewaktu dia bacakan Chajangmyeon, dia menunjuk teman saya pas ke hidungnya, lalu mie seafood dia menunjuk ke hidung saya. Buset orang ini nggak ada sopan-sopannya.
Mie seafood
Harga mie seafood disana 7000 Won dan Chajangmyeon 8000 Won. Kalau masalah rasa sih biasa aja ya, tapi porsinya banyak banget. Berhubung saya harus makan banyak, jadi saya terpaksa menghabiskan mie-nya. Beberapa orang yang mau makan disini membuka pintu tapi tidak menutupnya kembali. Udara di luar semakin dingin membeku dan saya terpaksa menutup pintunya sendiri karena saya juga duduk di dekat pintu keluar. Saya rasa, Busan lebih dingin dari Osaka. Mungkin siang aja 2 derajat, apalagi malam.

Setelah selesai makan, saya melanjutkan jalan ke subway. Oh ya, saya menyempatkan belanja kosmetik merek Peripera di Olive & Young, walaupun nggak lengkap stok produknya. Baru setelah itu masuk ke stasiun subway Haeundae menuju Nampo station. Setiba di Nampo, saya belanja di dalam subway menggunakan T-Money. Lumayan bisa belanja kosmetik seperti Etude, The Face Shop, dan lain-lain. Saya juga beli kaos kaki, cemilan, dan teman saya beli rokok untuk oleh-oleh menggunakan T-Money juga. Waktu itu kuteks Etude banyak banget buy 1 get 1, wah saya senang sekali memborong belanjaan.

Keluar dari subway, udara sangat sangat dingin. Bertambah dingin dari sebelumnya. Awalnya saya mau menelusuri berbagai pertokoan di sepanjang jalan sampai ke Busan Tower. Ternyata gunung tempat Tower berada masih sangat jauh, udara terus turun suhunya, dan saya nggak kuat. Akhirnya baru berjalan setengah perjalanan, masuk ke toko Skinfood dan beli beberapa makeup (di subway nggak ada toko Skinfood), langsung balik lagi ke subway. Karena Busan daerah pantai, jadi anginnya kuat banget dan membeku. Asap dari mulut juga tambah tebal. Mantel saya udah segitu tebal kurang nendang.
Gunungnya masih jauh
Kami masuk ke subway Nampo lalu jalan melalui underpass dan tembus ke Lotte Departemen Store - Gwangbok Branch. Ketika kami jalan terus, eh ketemu Aqua Mall. Mungkin Mall ini versi eksklusifnya, seperti Pasific Place di Jakarta. Saya dan teman-teman berkeliling Mall dan melihat banyak banget barang-barang dengan harga selangit. Ah, saya nggak sanggup beli. Jadi cuma mengagumi aja, hihihi.

Saya duduk di pelataran sebuah Cascading Fountain ketika teman saya mau ke toilet. Awalnya saya nggak tau kalau air mancur yang satu ini adalah World's Largest Indoor Cascading Fountain (air mancur berputar yang berada dalam ruangan terbesar di dunia). Tepat pukul 4 sore, musik dimainkan dan air mancur pun menari-nari dan berputar-putar. Wah saya beruntung banget bisa melihatnya, benar-benar sangat indah, Subhanallah! Saya merekam sebagian di handphone, tapi nggak bisa di upload ke blog karena terlalu besar filenya. Mendingan nonton sendiri di youtube ya. Pertunjukan air mancurnya pun lama, sekitar 20 menit. Keren banget deh pokoknya!!
Salah satu Cascading
Setelah selesai menonton air mancur, kami kembali ke subway dan menghabiskan sisa T-Money. Saya bahkan harus beli tiket subway secara manual karena uang di T-Money sisa 650 Won. Sesampai di Haendae Station, kami berjalan ke hotel untuk cek in terlebih dahulu, sekalian menaruh hasil belanjaan. Kamar hotel kali ini nggak terlalu besar, tapi cukuplah. Oh ya, karena begitu banyak bagasi yang kami bawa, sehingga harus beli bagasi tambahan untuk pulang ke Jakarta 20 kg lagi.

Selesai beres-beres sedikit, saya mencoba menelepon keluarga saya menggunakan Line. Walaupun suaranya agak delay, tapi saya bisa mendengarkan suara abang saya dan kakak ipar saya. Sekalian bertanya obat-obatan karena saya mulai sesak napas. Wajarlah, udara begitu dingin dan saya alergi dingin. Iseng-iseng, saya menelepon teman kantor juga untuk bergosip, hihihi. Pasti banyak cerita seru yang saya tinggalkan selama jalan-jalan ini.

Setelah beres menelepon, kami keluar untuk makan. Wah, malam itu dinginnyaaaaa ampuuunnn!!! Untung di dekat hotel ada Lotteria. Kami berlari kesana agar mengurangi rasa dingin. Suhu di dalam Lotteria agak sedikit hangat, tapi tetap aja dingin. Saya duduk di lantai 2 untuk menunggu tema-teman saya memesan makanan. Saya melihat keluar jendela dan merasa aneh karena saya berada di negeri drama. Besok udah balik ke Jakarta, liburan telah usai, dan malam ini sibuk melamun melihat orang berlalu-lalang. Teman saya datang sambil membawa ayam, kentang, dan kopi. Karena saya nggak bisa minum kopi, jadi pesan lagi teh. Selanjutnya kita mengobrol dan sama-sama nggak mau terima nasib kalau besok harus kembali ke Jakarta. Sudah lebih 10 hari kami berada di negara orang dan segala hal benar-benar menakjubkan.

Selesai makan dan udara di luar semakin membeku, kami balik ke hotel dengan berlari lagi. Kali ini saya lihat resepsionisnya bukan bapak-bapak yang jago bahasa inggris, tapi ibu-ibu tua. Wah, 'gimana nih nanti mau pesan taksi ya? Saya dan teman-teman bermaksud memesan taksi nanti aja ketika mau tidur, sekarang waktunya mempacking ulang semua isi koper biar cukup dan nggak kelebihan bagasi. Ternyata packing koper aja membutuhkan waktu lebih dari sejam, OMG!

Ditunggu ya cerita terakhir pulang ke Jakarta :)

Mei 05, 2014

Busan Part 1 : Haeundae Beach

Paling nggak enak kalau jalan-jalan itu adalah bangun pagi. Memang sih patokannya jadwal shalat Shubuh, trus nggak tidur lagi dan mandi. Mana saya pilih penerbangan paling pagi lagi. Kali ini saya harus terbang ke Busan dengan pesawat jam 9 pagi, sedangkan teman saya jam 8:25. Kok penerbangannya beda? Karena ketika saya beli Airbusan 6 bulan yang lalu, saya mendapatkan harga murah untuk jam 9 pagi, sedangkan teman saya Welly baru aja beli 3 bulan yang lalu dan harga murah hanya untuk jam 8:25 pagi.
Tiket ke Busan
Dari hotel ke bandara Jeju International Airport jam 7 pagi, soalnya kata resepsionis jarak dari hotel ke bandara hanya 5 menit dengan tarif 4000 Won. Karena koper kami yang terlalu banyak (bahkan udah menambah 1 koper lagi nih), jadi 1 taksi hanya bisa dinaiki 2 orang. Ya udahlah nggak apa-apa, murah banget juga tarifnya. Sesampai di bandara, kami langsung cek in bagasi, lalu beli sarapan. Saya suka banget beli cemilan di mini marketnya, walaupun menurut saya rasanya nggak enak.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya boarding pesawat. Saya berharap pesawatnya nggak aneh-aneh lagi seperti ketika saya terbang menuju Jeju. Ternyata ketika mau dekat ke Busan, pesawat udah turun, lalu naik lagi, lalu turun lagi. Haduwh, saya harus berdoa lagi. Kenapa ya pesawat naik turun melulu? Apa cuaca begitu buruk? Atau pesawatnya nih? Alhamdulillah tiba juga di bandara Internasional Gimhae dengan selamat.

Ketika di lobby bandara, teman saya bertanya informasi menuju hotel menggunakan taksi. Karena koper yang begitu banyak, nggak mungkin naik small taxi. Kami diharuskan menaiki big taxi. Oh ya, sewaktu di Seoul sempat mengisi T-Money sebanyak 50,000 Won dan ternyata kelebihan 30,000an Won. Kan lumayan banget untuk di refund. Sayangnya, refund uang T-Money hanya bisa dilakuksan di Seoul. Kalian harus mencatat hal ini, jadi ntar kalau isi T-Money nggak usah terlalu banyak. Sempat sedih juga kehilangan uang sebanyak itu. Tapi ternyata T-Money bisa digunakan untuk belanja. Untung aja..

Kami menyewa big taxi menuju hotel. Baru nyadar kalau Busan jauh lebih dingin dari Jeju karena ketika kami mendorong troli dari bandara ke taksi aja, dari mulut ngeluarin asap tebal seperti orang merokok. Padahal udah siang, tapi kenapa sedingin ini? Dari dalam taksi saya melihat kalau kota Busan itu sudah sangat metropolitan. Yang menarik adalah kotanya itu dibangun di kaki gunung. Jadi ada gunung gede banget bersebelahan dengan gedung pencakar langit. Kayaknya kota Busan lebih keren dari Seoul deh, hihihi. Kami juga melalui jalan tol dua tingkat (yang bawah menuju kota, yang atas menuju bandara) yang dibangun di atas permukaan laut.  Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam ke hotel dengan tarif 42,000 Won.

Nama hotel kami adalah Busan Mobydick Hotel. Nama hotelnya nggak banget deh, tapi murah. Sopir taksi mencari alamat hotel dengan cara memasukkan nomor telepon ke mesin GPS yang berada di atas dasboard mobil, lalu langsung muncul peta menuju hotel. Canggih bener 'kan?!" Sewaktu kalian membooking penginapan, kalian bisa memilih kasur tatami atau spring bed juga disini. Saya sih tetap menggunakan tatami biar terasa di luar negri, hihihi. Oh ya, resepsionisnya bisa berbahasa inggris. Kami menitipkan koper dulu karena belum waktunya cek in, baru jalan-jalan keluar hotel.
Pantai dengan gedung pencakar langit di pinggirnya
Destinasi wisata paling menarik di Busan adalah Haeundae Beach. Kalian tau, pantai ini pernah masuk Guiness Book of Records sebagai pantai dengan payung terbanyak di dunia. Sayangnya ketika saya kesini sedang musim dingin. Jangankan mau berenang, angin pantai aja membuat saya membeku. Pantainya bersihhhh banget dan dipinggir pantai ada gedung-gedung pencakar langit. Benar-benar terasa di luar negri karena di Bali aja nggak mungkin ada yang kayak gini.

Ada merpati
Menerbangkan merpati
Kasih makan lagi
Kalau di bandingkan dengan pantai-pantai di Indonesia, Haeundae beach ini masih kalah jauh. Pasirnya nggak putih, nggak ada pohon kelapa dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Selama main di pantai ini, saya dan teman-teman asyik memberi makan burung merpati dan burung camar. Burung camarnya keren, sewaktu kami melempar roti ke udara, dia langsung menangkapnya. Setelah burung-burung merpati berkumpul agak banyak, saya berlari kearah mereka supaya mereka terbang semua, iseng banget ya. Hihihi.
Turis ngasih makan tissue. Aneh -_-"
Saya melihat gerombolan turis lainnya ikut-ikutan memberi makan pada burung merpati. Tapi masa' mereka ngasih potongan tissue?! Ya mana maulah merpatinya dateng. Jadi kotor deh pantainya dengan potongan tissue. Saya juga sempat cuci tangan di pantai dan airnya dingggiiiiiiinnn.. Gile, Busan benar-benar dingin membeku.

Setelah puas bermain di pinggir pantai, saya jalan ke pasar tradisional. Disana banyak banget tempat makan belut dan babi. Haduwh, melihat belut meliuk-liuk seperti itu membuat saya geli, hiii!! Apalagi mau di makan. Semakin masuk ke pasar, semakin seram pemandangan yang saya lihat. Jadi saya memutuskan untuk keluar.
Belut, hiiiiii >_<
Saya sempat melihat ada dream catcher di pinggir pantai Haeundae. Ntah ditipu atau nggak, masa' harganya 40,000 Won??? Setau saya di instagram aja dijual seharga Rp. 25,000. Huft!

Baiklah, postingannya udah kepanjangan. Lanjut lagi nanti ya :)

Mei 02, 2014

Jeju Part 5 : One Last Night

Saya lanjutkan cerita di blog dalam situasi orang-orang diluar sedang demo buruh. Heran, kenapa ya suka banget demo? Kan jadi kotor banget tuh Bunderan H.I. Well, langsung ke cerita di Pulau Jeju. Sepulang dari Soegwipo, Jeju Selatan, dan menuju hotel yang berada di sebelah utara Pulau Jeju, saya tidur di mobil. Jauh banget kayaknya perjalanannya karena memakan waktu sekitar 1,5 jam tanpa macet. Udah seperti pulang ke Bandung dari Jakarta.

Penginapan saya malam itu adalah Goodstay Nulsong Parktel yang hanya 5 menit naik mobil ke bandara. Tourguide mengantarkan kami ke penginapan dan menyalami kami satu-persatu sebagai tanda perpisahan. Walaupun cuma satu hari di Pulau Jeju, tapi kesan bersama tourguidenya yang baik banget itu tidak terlupakan. Oh ya, kalau perjalanan kita cuma numpang lewat doang, mendingan cari penginapan yang dekat dengan bandara. Apalagi penerbangan besok jam 9 pagi. 

Kali ini saya memilih kamar berbentuk Ryokan lagi. Perbedaan Ryokan Korea dan Jepang adalah kasurnya. Kasur di Jepang itu tebal dan empuk banget, sedangkan di Korea tipis. Sewaktu saya duduk di tatami, ada beberapa titik lantainya yang hangat. Sepertinya ada penghangat di bawah tatami. Kamarnya juga luas. Kalian bisa guling-guling dari pojok kiri ke kanan, atas dan bawah saking lengangnya kamar tanpa kasur spring bed.

Kami menaruh barang yang seabrek-abrek, bahkan resepsionis hotel yang kaget bilang begini, "You only stay one night and look how many luggages you bring?" karena melihat koper, tentengan, dan ransel kita penuh, hahaha. Setelah itu pergi nyari makan dan mau nyari koper lagi. Udah nggak mungkin muat lagi koper saya bahkan udah nitip oleh-oleh ke teman-teman juga udah pada nggak cukup. Alhasil jalan ke Lotte Shopping. Sebelumnya ketemu dengan Mc. D tapi males ah makan junk food. Mau nyari aja sekitar hotel. Untuk teman nonmuslim, daerah sekitar hotel banyak banget menjual black pork yang paling terkenal seantero Jeju.

Ketika tiba di Lotte, saya mencari-cari koper yang ringan, gede, dan murah. Untungnya lagi ada koper diskon. Pegawai Lotte juga bisa bahasa inggris, saya jadinya enak banget berkomunikasi. Harga koper 69,000 Won kata pegawainya tapi label harga di koper nggak ada. Anehnya, ketika mau membayar, kasirnya butuh label harga. Mulai deh para petugas bergrilya mencari label harga dan saya menunggu sambil melihat-lihat kosmetik. Setelah 30 menit mencari, mereka menemukan label harga 60,000 Won, kok lebih murah? Ya udah deh, saya sih senang aja.

Keluar dari Lotte dengan mendorong koper Airwalk berwarna pink yang super gede, lucu juga menurut saya. Di pikiran saya adalah akhirnya semua belanjaan saya bisa cukup masuk ke koper. Malam itu Jeju dinggggiiiinnnn banget. Awalnya saya ingin memasukkan mantel saya ke koper saja karena saya kira Jeju dan Busan itu lebih hangat. Sayangnya, nggak hangat sama sekali!! Busan bahkan suhunya sampai 0 derajat juga, aaahh!

Karena dingin dan lapar, saya masuk ke tempat makan seafood di dekat hotel. Saya kurang tau nama makanannya tapi yang saya lakukan adalah menunjuk gambar makanan untuk memesan. Saya dan teman-teman memilih menu paket lagi, dapat bibimbap dan ikan mackarel bakar ukuran besar. Rasa makanannya sangat enak. Ikan mackarel bakar sangat lembut dagingnya, sedikit asin, dan gurih. Untuk minum, kita disuguhkan air es. Haduwh, udah udara di luar tempat makan dingin, eh minumnya juga air es.
Bibimpab dan Roasted Mackarel
Teman-teman saya juga memesan Soju yang merupakan bagian UNESCO World National Herritagedi Pulau Jeju. Kata teman saya rasa Sojunya sangat panas di tenggorokan, bahkan kalau diminum sampai habis sebotol bisa langsung mabuk kepayang, hihihi. Saya bilang sama mereka jangan mabuk, karena besok pagi mau naik pesawat. Jadi mereka minum sedikit, lalu dibawa pulang ke penginapan.
Soju warisan budaya dunia
Di penginapan, mulai deh membongkar koper-koper yang udah ada, lalu mempacking ulang ke koper baru. Semua tentengan dimasukkan ke koper baru, dan juga barang-barang yang saya titipkan ke teman-teman saya minta untuk ikut dimasukkan juga. Alhasil, kaget karena NGGAK CUKUP JUGA??? Akhirnya teman saya bilang, ntar di Busan di packing ulang lagi, sekalian pakai tas tentengan yang awalnya mau disimpan aja. Haduwh, ntar balik dari Busan ke Jakarta harus menambah bagasi sekitar 20 kg lagi nih tampaknya.

Besok saya terbang ke Busan. Let's go!

Follow me

My Trip