Juli 26, 2014

Indonesia di Akhir Ramadhan

Hai teman-teman, apa kabar? Rasanya udah agak lama baru posting blog lagi. Berhubung kalau udah mudik ke kampung halaman itu kerjaannya banyak banget dan menumpuk. Mulai dari beres-beres, bersih-bersih, masak-masak, pokoknya semua kerjaan rumah tangga yang udah hampir nggak pernah saya lakukan selama di Jakarta itu harus dikerjakan. Capek sih, badan keringetan terus, tapi senang aja tuh. Mana di Aceh buka puasa lama banget, jarang tidur siang lagi, jadi terasa banget hausnya. Biasanya untuk mempercepat buka puasa tuh saya tidur siang. Nah, kalau di Aceh, agak susah tidur siang. Panas banget cuacanya. AC di kamar kurang nendang jadinya. Alhamdulillah semalem sempat hujan, walaupun bukan hujan sih itu namanya. Lebih tepatnya Thunderstorm! Hujan disertai angin hebat dan badai. Sampai-sampai seluruh dapur dan kamar belakang basah diterpa hujan.

Baiklah, selesai basa-basinya. Sebenarnya saya mau memposting tentang apa yang saya lihat dan rasakan selama bulan puasa di social media. Mungkin bukan saya saja yang merasakan hal ini, tapi seluruh warga negara Indonesia. Duh, rasanya bener-bener males banget deh buka facebook, path, dan twitter. Untungnya instagram nggak sebegitunya. Saya akan bahas satu-demi satu per paragraf supaya saya bisa mengingat kejadian ini seumur hidup.

Pertama, masalah Pemilu Presiden. Ntah kenapa, pilpres kali ini dipenuhi oleh orang-orang yang suka memposting link ke Facebook. Ntah itu black campaign, atau berita benar pun jadinya memenuhi news feed di Facebook. Awalnya saya merasa nggak masalah, selama yang diposting itu adalah berita yang jelas sumbernya. Paling nggak portal berita yang menjadi acuan link tersebut masih benar. Nah, yang bikin sangat menyebalkan adalah orang-orang yang semakin hari malah memposting keburukan salah satu pasangan calon. Captionnya juga kadang nggak pantas ditulis oleh seseorang yang mengenyam pendidikan di luar negri. Apa dia segitu nggak ada kerjaannya kali ya? Jadi tiap hari cuma mencari kesalahan capres yang tidak di jagokannya. Semuanyaaaa di posting dan saya sampai meng-unfollow banyak banget teman di Facebook. Bukan itu aja, komentar-komentar yang ditulis pun saya rasa kurang pantas dan agak sok tau. Masya Allah, pusing banget deh saya dengan masalah ini. Jadi curhat!

Kedua, piala dunia. Kalau event yang satu ini masih lumayan terkendali menurut saya. Cuma ada hal agak aneh, giliran setelah final dan Jerman menang melawan Argentina, wah jadi berantem deh. Lagi-lagi berantemnya di Facebook. Jelek-jelekin Messi lah, walaupun saya kurang tau juga siapa itu Messi. Bahkan stasiun tv yang menayangkannya juga jadi di jelek-jelekin. Apa hubungannya coba?

Ketiga, Quickcount. Balik lagi ke permasalahan pilpres. Setelah pemilu beres, beberapa hasil hitung cepat mulai ditayangkan di stasiun tv. Yang anehnya, stasiun tv yang mendukung pasangan calon pasti menang di stasiun tv tersebut. Saya jadi bingung mau nonton berita di tv mana. Trus dari Quickcount, muncullah Realcount? What's different? Sama-sama counting 'kan ya? Dan mulailah orang-orang pada berantem lagi di media social. Bahkan update status di BBM pun penuh dengan hasil hitung itu. 

Keempat, Gaza. Wah, hal ini bikin kacau balau juga. Mayoritas umat muslim di Indonesia pasti akan membela Palestina. Selain karena saudara sesama muslim, memang Palestina juga dari dulu perang terus. Mari melihat dari satu sisi. Mungkin masyarakat Indonesia memang hebat mau mengulurkan bantuan kemanusiaan ke jalur Gaza. Tapi dalam bulan Ramadhan ini, mengeluarkan kata-kata kotor memaki Israel yang notabene Israel aja nggak baca tulisan kata-kata kotor kalian itu hanya akan mengurangi pahala di bulan Ramadhan. Lebih baik menyumbang dana, atau paling nggak berdoa di rumah masing-masing daripada harus memaki-maki aneh-aneh. Haduwh! Mana ada komentar yang mempertanyakan negara-negara Arab lainnya apakah ikut membantu apa nggak? Sekalipun mereka membantu, emangnya harus bilang sama kita? Saya juga nggak setuju sama perang, apalagi yang mengorbankan wanita dan anak-anak. Tapi perang nggak harus dibalas perang. Masih banyak cara yang lebih manusiawi seperti mengadakan perundingan.

Kelima, ulama kita Quraish Shihab. Saya heran sama orang-orang yang menjelek-jelekkan beliau. Padahal menonton tayangan Tafsir Al-Misbah aja setengah-setengah. Lalu memposting penggalan video dengan tidak lengkap. Kalian tau? Beliau itu ulama dengan predikat summa-cumlaude. Sekalipun kalian mengejek-ngejek beliau, kalian tetap hanya akan dianggap angin lalu. Beliau segitu hebatnya bisa menafsirkan Al-Qur'an. Bukunya sudah terlalu banyak beredar di masyarakat dalam dan luar negri. Paling-paling yang banyak omong dan memaki beliau itu hafalan juz amma saja masih sedikit. Kenapa tidak menahan diri? Yang pasti, Quraish Shihab adalah salah satu ulama favorit saya sejak dulu. Saya suka nonton Tafsir Al-Misbah, mama saya juga punya banyak buku tulisan beliau.

Keenam, hasil pilpres. Menurut KPU dan Bawaslu, presiden terpilih adalah Pak Jokowi. Buat yang bukan pendukung beliau, mulai deh mencari-cari kesalahan dan kecurangan KPU. Heran deh, emangnya nggak capek apa ya mencari kesalahan orang terus-menerus? Beberapa media juga mulai mempublikasi rancangan kabinet Pak Jokowi nanti. Yang anehnya lagi, orang-orang pada mengomentari calon mentri Agama. Emangnya ada masalah ya? Kenapa kita tidak sama-sama mendoakan yang terbaik, sama-sama mendukung, rakyat bersatu kembali. Memang sih hampir setengah Indonesia yang tidak mendukung Pak Jokowi tidak akan menerima begitu saja. Tapi mau bagaimana lagi? Daripada kalian capek, mendingan tetap bekerja seperti biasa, beribadah yang banyak, mumpung bulan Ramadhan. Paling nggak lihat lah hal positifnya, presiden terpilih di bulan Ramadhan insya Allah baik.
Presiden Indonesia
Alhasil, beginilah Ramadhan tahun ini. Penuh dengan konflik sana-sini. Ntah kenapa rakyat Indonesia kali ini agak aneh. Awal Ramadhan aja, mesjid dekat kosan agak sepi. Biasanya setiap tahun saf shalat Tarawih sampai keluar dari mesjid. Penuhhh banget! Tahun ini? Dalam mesjid aja nggak penuh. Kenapa bisa begitu? Wallahu 'alam.

Sebentar lagi Idul Fitri. Kalau memang kemarin terlanjur berbuat banyak dosa, mungkin bisa kembali mensucikan hati. Akhir kata, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H. Kalau ada salah kata, mohon di maafkan. Jangan lupa bayar zakat fitrah juga ya.
Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Juli 20, 2014

Farewell Kakros

Besok salah satu teman baik saya terbang ke Kanada. Hiks, sedih deh. Berhubung selama kerja di Metrodata, kita masuk agak barengan (saya masuk lebih dulu beberapa minggu), terus dapat satu projek sampai sekarang. Sebenarnya kalau dia pindah kerja ke kantor lain dan juga di Jakarta, saya sih nggak masalah. Toh kalau masih pengen maen dan ngumpul, tinggal telepon aja dan janjian mau kemana. Tapi kalau ke Kanada??? Oke, mungkin suatu hari saya harus menjadwalkan perjalanan kesana untuk sekedar backpackeran. Berapa duit ya? Hihihi. Walaupun sebenarnya saya memang suka mengunjungi teman-teman saya yang berserakan di bumi ini. Dulu maen ke Salatiga, trus Kuala Lumpur, sampai ke Osaka pun saya kunjungi untuk menemui teman-teman saya. Insya Allah nanti juga bakalan mengunjunginya di Kanada.

Oh ya, nama teman saya Ade Rosiva. Panggilannya Kakros, hihihi. Teringat dulu asal mula nama Kakros berasal dari saya salah ucap Ros, trus ditambahin sama teman saya Kakros di Upin Ipin. Jadi aja kepanggil Kakros sampai sekarang. Kita tuh kegemarannya agak sama (ngaku-ngakunya), nama mantan juga awalnya sama (Ban dan Ben), putusnya juga agak barengan, sama-sama suka jalan-jalan, dan karena dia lahir dan besar di Medan, jadinya istilah-istilah Mentel, Kates, yang biasa dipake di Sumatra masih bisa kita ucapin bareng-bareng di kantor.
Sekamar di Bali
Dieng
Masih teringat sewaktu kita jalan-jalan ke Dieng. Pertama kalinya saya jalan-jalan sama dia. Saya mengajak banyak teman saya dan jadinya temenan juga sama Kakros. Ada cowok cari perhatian Kakros disana, still remember? Bahkan dia rela berfoto dekat kawah demi mencuri perhatian Kakros, hahahaha. Ngeri bener 'kan? Masih tertunggak nih jalan-jalan ke Bromo, belum di realisasikan. Berlanjut jalan-jalan di Bali, bawa pacar masing-masing, dan perjalanan yang sangat mengasyikkan. Kali ini jalan-jalannya tipe murah mewah. Jadi benar-benar menikmati liburan. 

Sewaktu sama-sama putus juga jadi curhat-curhatan, hihihi. Kayaknya lo adalah orang yang selalu pengen gw ceritain banyak hal, apa aja. Dan juga teman yang selalu gw mintain pendapat untuk jalan-jalan. Berhubung jalan-jalan lo udah level advance. By the way, lo meninggalkan banyak cowok-cowok yang naksir nih. Gimana tuh? Hahahaha. Patah hati lah ya mereka semua.
Farewell
Oke deh, kayaknya satu postingan blog juga nggak akan cukup menceritakan pertemanan selama hampir dua tahun ini. Hiks. Kemaren juga sewaktu Farewell di Penang Bistro juga udah banyak doa dan harapan termasuk kesan-kesan dari teman-teman se-tim. Semangat yah di Kanada. Nanti kalau gw punya anak, gw kasih deh ke PAUD elo. Hahaha. Tetap kirim-kiriman email ya sama gw. Have a nice trip!

Juli 10, 2014

Pilpes Nggak Golput

Kemarin, akhirnya saya bisa juga nyoblos di Pilpres. Teringat sewaktu Pemilu Legislatif saya jadi golput karena memang nggak tau mau milih siapa. Pilihannya kebanyakan, partainya juga kebanyakan, jadi aja bingung. Nah, untuk Pilpres kali ini beda dong. Pilihannya cuma dua dan saya ingin memilih salah satu. Benar-benar berusaha memperjuangkan nggak golput dan berusaha juga agar teman-teman saya nggak golput.

Sebenarnya saya udah mendaftar jadi pemilih sejak sebulan yang lalu karena Si Mbak (pengurus kosan) udah berkoar-koar teriak siapa aja yang mau ikut Pemilu Presiden. Untungnya saat itu saya sedang masak dan mendengar suara Si Mbak, akhirnya saya menyerahkan fotokopi KTP untuk mendaftar. Nah, sayangnya beberapa anak kosan yang lain nggak mendengar teriakan Si Mbak. Jadi deh banyak yang nggak terdaftar. Lebih tepatnya, dari dua puluhan anak kos, cuma mungkin lima yang terdaftar. 

Eits tunggu dulu. Walaupun yang terdaftar cuma 5, tapi rata-rata semua terdaftar di daerah. Ada teman yang bela-belain pulang ke Bandung untuk nyoblos. Ada yang mengitari Jakarta untuk mencari TPS dimana nama dia terdaftar dan alhamdulillah tetap bisa nyoblos. Nah, yang paling sulit sebenarnya yang KTP daerah. Berbekal pengetahuan bisa nyoblos dengan bawa fotokopi KTP, jadinya beberapa teman saya ikut saya ke TPS untuk mencoba agar bisa nyoblos. Dimulai dari TPS dekat kosan yang ramenya minta ampun, tapi buat yang nggak punya formulir A5, nggak boleh nyoblos. Pokoknya hampir semua TPS nggak ngasih solusi dan bilang nggak bisa nyoblos. Kasian banget ngeliat teman-teman yang nggak bisa nyoblos dan mereka udah usaha keliling TPS supaya mungkin dapat jalan keluar.

Saya aja yang terdaftar sebagai pemilih juga agak pusing dimana TPS saya. Saya jalan ke kantor polisi Setiabudi dan bertanya dimana TPS 17. Pak polisi baik hati menunjukkan sebuah TPS di dekat warung dan ternyata TPS 16. Saya tanya ke petugas dimana TPS 17, ternyata jauh banget jalan kaki dari TPS 16. Mana panas-panasan dan puasa tapi nggak berkurang semangat untuk nyoblos. Saya juga melihat banyak orang di kelurahan Karet. Ntah ngapain deh mereka.

Sesampai di TPS 17, saya menyerahkan formulir, dan nggak sampai lima menit kemudian saya dipanggil untuk nyoblos. Alhamdulillah bisa ikut berpartisipasi dalam Pilpres kali ini. Saya senang banget. Tapi kebahagiaan saya belum lengkap tanpa tinta biru di jari teman saya. Akhirnya saya tanya ke petugas, apa bisa nyoblos pakai KTP daerah. Petugas menjawab agak ragu-ragu, jadi saya mengasumsikan kalau 'bisa'. Bertiga dengan teman saya, kita duduk di bawah pohon untuk menunggu solusi bisa nyoblos. Sampai akhirnya jam 12 siang sebelum shalat Zuhur, panitia bilang yang tidak terdaftar bisa nyoblos setelah semua orang yang terdaftar nyoblos. Saya kira mulai menemukan titik terang dan saya menyuruh teman-teman saya bersabar sedikit lagi.

Setelah shalat Zuhur, petugas menyuruh yang tidak terdaftar untuk mendaftar terlebih dahulu. Ternyata tetap butuh formulir A5 dan teman-teman saya nggak punya formulir itu. Alhamdulillah ada mbak-mbak baik hati membagikan formulir yang lebih miliknya. Dia fotokopi 3 lembar katanya dan teman saya kebagian. Beberapa orang lain disuruh fotokopi dulu sama petugas untuk yang mau nyoblos. Tidak lupa harus menyertakan fotokopi KTP juga untuk arsip mereka. Ada beberapa warga yang bilang kalau antrian di kelurahan tadi adalah antrian minta stempel untuk formulir A5. 

Saya lalu whatsapp beberapa anak kos untuk datang supaya bisa menggunakan hak pilihnya. Sayangnya waktu sebenarnya udah mepet. TPS tutup jam 1 siang dan beberapa pemilih reguler masih saja datang telat. Yang bikin sebel karena pemilih reguler dan terdaftar pasti akan didahulukan karena mereka lebih di prioritaskan. Sedangkan kami yang sudah menunggu berjam-jam tetap harus menunggu giliran. Heran juga sama pemilih reguler, dikasih waktu dari jam 8 pagi sampai jam 12 siang, eh baru datang jam 1 siang. Ngapain aja sih mereka? Sangat menyebalkan.

Akhirnya petugas TPS juga udah bete kali ya karena terus aja datang pemilih reguler. TPS pun ditutup. Alhamdulillah. Akhirnya dipanggillah nama pemilih yang tidak terdaftar satu-persatu untuk memberikan suaranya. Huft, nggak sia-sia menunggu berjam-jam demi bisa nyoblos. Saya melihat dua teman saya yang berhasil nyoblos dari luar TPS merasa senang banget. Ah, senang banget banget deh! Alhamdulillah. Perasaan yang agak lebay sih, cuma ntah kenapa emang kemarin tuh senang banget melihat mereka bisa nyoblos.

Saya juga baru tau ternyata formulir A5 bisa di download. Ah, seandainya anak-anak kosan pada tau, pasti mereka bisa nyoblos juga. Semoga ke depannya lebih baik sosialisasinya. Rakyat Indonesia memang sangat antusias dengan Pilpres kali ini. Setelah beres nyoblos, saatnya nyari diskon ke Plaza Semanggi. Saya dan teman-teman naik taksi dari TPS dan jalan terlihat sangat sangat lengang. Padahal udah jam 1:30 siang tapi belum terlihat banyak mobil di jalan. 

Sesampai di Semanggi, saya belanja di Centro. Beberapa produk mendapatkan diskon kalau menunjukkan jari bertinta seperti Pierre Cardin. Saya juga mendapatkan gratis es teh manis di Starbucks, dapat minyak goreng juga di Giant. Ada cerita lucu nih demi mendapatkan minyak goreng. Belanjaan saya Rp. 144,000 dan untuk dapat minyak goreng harus belanja Rp. 150,000. Karena bingung mau beli apa lagi untuk menggenapi sisa Rp. 6000, akhirnya secara acak, teman saya mengambil es krim, hihihi. Udah seperti sedang mengikuti reality show dimana harus belanja senilai Rp. 150,000.

Sebenarnya masih banyak diskon lainnya. Cuma udah kecapekan jalan-jalan keliling Semanggi dan makan banyak. Akhirnya saya pulang jam 20:30. Pokoknya kemarin adalah hari yang sangat antusias. Semoga presiden terpilih adalah yang terbaik. Aminnn!!!

Juli 08, 2014

Muhammad Al Fatih 1453

Akhirnya saya baca juga buku ini. Setelah menonton sepenggal filmnya di Khalifah yang tayang di Trans 7 yang membuat saya sukses terharu dan merasa bangga. Jadi penasaran cerita lengkapnya seperti apa. Kebetulan kantor saya bersebelahan dengan Mall, jadinya langsung meluncur ke Gramedia untuk beli bukunya.

Buku ini ditulis oleh ustad Felix Y. Siauw dengan sangat lengkap. Memang hanya 314 halaman, tapi karena tulisannya kecil-kecil dan rapat, juga disertai foto dan peta, seolah-olah kalian membaca buku dengan ketebalan 600 halaman. Tapi nggak terasa lho. Karena saya menghabiskannya dalam waktu 3 hari, dalam sehari cuma sempat baca 3 jam karena harus ngantor, bangun sahur, shalat taraweh, dan berbagai kegiatan lainnya.


Mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar nama Muhammad Al-Fatih, seorang sultan terbaik dan pasukan terbaik yang berhasil menaklukkan Konstantinopel, sekarang nama kotanya Istambul, Turki. Mungkin dalam catatan sejarah, penaklukan sebuah kota adalah hal biasa. Tapi yang membuat Konstantinopel menjadi sangat luar biasa adalah karena Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Sungguh, Konstantinopel akan ditaklukkan oleh kalian. Maka sebaik-baiknya pemimpin adalah pemimpinnya dan sebaik-baiknya pasukan adalah pasukannya. (HR. Ahmad)"

Mendengar sabda seperti itu, hampir seluruh khalifah di dunia mencoba untuk menaklukkannya. Tapi jangan salah. Kala itu, Konstantinopel adalah kota benteng yang amat sangat tangguh dan susah di tembus, belum lagi ada parit yang mengelilinginya sampai kota ini pernah mendapat julukan "The City of Perfect Defense".

Muhammad Al-Fatih (Sultan Mehmed) adalah anak dari Sultan Murad pada khalifah Utsmani. Sultan Murad juga pernah mengepung benteng Konstantinopel seperti para khalifah yang lain tapi tetap gagal. Beliau berdoa pada Allah agar suatu hari anak-anaknya bisa menjadi penakluk. Sayangnya dua dari anak Sultah Murad terbunuh sehingga tersisa hanya Sultan Mehmed. Kematian anaknya membuat Sultan Murad sangat terpukul sehingga memanggil Mehmed ke Edirne untuk dipersiapkan menjadi pengganti dirinya. Sejak awal, Mehmed dikelilingi oleh ulama-ulama terbaik pada zamannya dan mempelajari berbagai disipilin ilmu, baik yang berkaitan dengan Al-Qur'an, tsaqafah islam, fiqih, astronomi, metafisika, bahasa, teknik perang, dan militer. Beberapa ulama mengaku agak kesulitan mengedalikan Mehmed karena wataknya yang keras. Sampai akhirnya seorang ulama bernama Syaikh Ahmad Al-Kurani (yang berpengaruh dalam penyerapan dan penghafalan Al-Qur'an) dan Syaikh Aaq Syamsyudin (yang memberi pengaruh untuk membentuk mental penakluk) yang bisa mengajarinya. Bahkan ulama Syaikh Ahmad mendapat ijin dari Sultan Murad untuk memukul Mehmed kalau dia tidak menaati perintah sang ulama.

Yang paling membuat saya terkesan pada buku ini adalah bahwa seorang Sultan Mehmed sama sekali tidak pernah masbuq dalam shalat, tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah, shalat rawatib, dan shalat tahajjud. Bahkan untuk memastikan para tentara beliau adalah tentara yang paling bertaqwa pada Allah, beliau sengaja berjalan-jalan ke tenda-tenda prajurit untuk memastikan tidak ada prajurit yang melanggar syariat. Beliau juga menaruh 1000 orang ulama di pasukannya agar menyemangati dan mengingatkan untuk tetap berpegang teguh pada Allah. Alhasil, tentara Sultah Mehmed adalah tentara yang selalu berzikir, bahkan ketika berlatih dan menempa pedang, selalu shalat berjamaah, tidak pernah berpesta pora, tidak pernah minum khamar, dan hal tercela lainnya. Mengingat beberapa film perang yang saya tonton menunjukkan kalau sudah menang perang, minum anggur, pesta, dan tidak jarang pesta seks. Prajurit dan pemimpin yang sangat mulia.
Ilustrasi Sultan dan Pasukannya
Hal yang mencengangkan lainnya; Pertama, ide-ide Sultan yang See Beyond Eyes Can See. Sultan Mehmed ini luar biasa cerdas. Beliau memerintahkan para prajurit memindahkan kapal-kapal perang ke Selat Marmara, karena kalau dipindahkan dari jalur laut ada rantai yang membendungnya. Hal ini membuat pasukannya menguasai perairan. Juga meriam yang dibuat untuk menghancurkan benteng dengan panjang 8 meter. Agar mereka selalu diingatkan untuk bergantung pada Allah, di moncong meriam diukir kalimat "Tolonglah Ya Allah! Sang Sultan Muhammad Khan bin Murad". Kedua, sang Sultan selalu memimpin shalat berjamaah bahkan ketika mengepung benteng. Bayangkan saja, beliau memimpin shalat 250,000 pasukan yang mengelilingin benteng.
Meriam Sultan dengan moncong berkaligrafi
Ilustrasi Sultan Mehmed memimpin shalat berjamaah
Memang, pengepungan benteng bukan usaha sehari, dua hari. Tapi Sultan mempelajari berbagai kekalahan Kekhalifahan sebelumnya yang menjadi masukan untuknya. Beliau mengepung satu kota demi satu, wilayah demi wilayah, baru akhirnya sampai pada benteng Konstantinopel. Usaha yang benar-benar penuh perhitungan. Hal yang membuat saya terharu juga ketika hari H pengepungan, Sultan Mehmed ingin menemui gurunya Syaikh Aaq Syamsyudin, tapi beliau tidak mau ditemui. Ketika Sultan geram dan menebas pintu masuk tenda sang ulama, beliau melihat gurunya itu sedang sujud dan berdoa agar hari penaklukan semakin dekat. Doa seorang guru kepada anak didiknya.

Terlalu banyak hal yang sangat hebat dari buku ini. Baca deh, dan kalian akan berpikir bahwa pahlawan dalam islam jauh lebih hebat dari Ironman, Spiderman, Captain Amerika, atau super hero lainnya dalam film. Sesungguhnya pemimpin terbaik dan pasukan terbaik yang diramalkan Rasulullah SAW itu benar-benar terbaik dan lebih dari itu. Semoga kita bisa seperti mereka, aminnn....

Follow me

My Trip