Udah agak lama saya nggak posting blog. Kali ini saya mau meresensi sebuah buku yang telah selesai saya baca bulan puasa kemarin, tepatnya ketika di dalam pesawat pulang ke Aceh. Buku ini saya beli karena Gramedia lagi diskon pakai kartu kredit waktu itu. Pengarangnya adalah Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra, sepasang suami istri yang telah keliling dunia untuk menemukan jejak islam.
Mungkin kalian pernah membaca buku 99 Cahaya di Langit Eropa dan Berjalan di Atas Cahaya yang menceritakan pengalaman Hanum dan Rangga di Eropa. Kali ini mereka menuju benua Amerika untuk melaksanakan tugas. Sejak bekerja di sebuah surat kabar Austria, yang bernama “Heute ist Wunderbar”, Today Is Wonderful". Hanum terus diberikan tugas untuk meliput kabar yang luar biasa. Kali ini, Gertrud Robinson, bos Hanum, menantangnya untuk menulis artikel berjudul “Would the world be better without Islam? Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?”. Bagi Hanum, hal itu adalah sebuah tugas yang menyakiti hatinya dan pekerjaan yang sangat besar. Ia harus membuktikan bahwa dunia dan islam adalah dua hal yang tak terpisahkan. Bagi Gertrud Robinson, Hanum adalah orang yang tepat untuk menjelaskannya, sebab ia muslim. Karena kalau saja Jacob (wartawan lain) yang menuliskan artikel itu, sudah pasti Jacob akan menjawab 'Ya'.
Hanum dan Rangga akhirnya terbang ke Amerika secara bersama-sama, namun mereka memiliki misi yang berbeda. Berbeda dengan Hanum, Rangga pergi untuk menghadiri Konferensi Ilmiah yang ternyata pada akhirnya mempertemukan mereka pada Philipus Brown, seorang pengusaha dermawan (selalu memberikan bantuan kepada negara-negara bertikai seperti Pakistan dan Irak) yang juga merupakan korban Black Tuesday 9/11. Seolah kejadian demi kejadian merupakan kebetulan, tapi semua tokoh yang ditemui Rangga dan Hanum menguak fakta sebenarnya tentang peristiwa 9/11. Semua rentetan cerita, berkumpul jadi satu dan membentuk sebuah fakta bahwa Amerika dan islam adalah dua hal yang tak terpisahkan.
Buku ini juga menceritakan sejarah mengenai hubungan Islam dan Amerika, seperti potongan surat An-Nisa yang tertulis di salah satu pintu gerbang fakultas Hukum Harvard USA. Oh ya, novel ini juga mengungkapkan fakta bahwa Christophorus Colombus sebenarnya bukan penemu benua Amerika. Sekitar 300 ratusan tahun sebelum Colombus datang ke Amerika, penghuni pertama benua ini adalah orang Indian, orang-orang bertubuh tegap berbalut jubah, berhidung mancung, dan berkulit merah. Hal yang mengejutkan lagi adalah ketika mengetahui bahwa dalam jurnal pelayarannya Colombus, ia melihat adanya kubah masjid yang indah di Selat Gibara. Hal itu menjadi bukti bahwa islam hadir di Amerika jauh sebelum Colombus datang.
Salah satu yang membuat saya menangis ketika membaca buku ini di pesawat yaitu cerita tentang detik-detik ketika suami Azima, Ibrahim Husein, yang tewas dalam peristiwa mengerikan pagi itu mencoba menyelamatkan Philipus Brown. Seolah kejadian demi kejadian di novel ini tergambar jelas di pikiran saya, sampai nangis dan nggak tidur di pesawat. Sempat malu juga sama penumpang yang duduk di kiri dan kanan saya karena saya menangis, tapi sekali-kali saya tutup wajah saya dengan jilbab biar nggak begitu kelihatan.
Novel ini cocok untuk dibaca oleh semua masyarakat, mau muslim atau nonmuslim, agar kita tau Muslim is Not a Terrorist. Pembaca akan paham bahwa dunia dan islam adalah dua hal yang tak terpisahkan. Dunia tanpa islam adalah dunia tanpa kedamaian.
5 comments:
wah jadi pengen nangis, eh pengen baca... segtunya ya??
duh pensaran bingit :)
saya kira ada gambar atau apa tadi baca judulnya kak, eh novel ahaha
Terimakasiih yaa Meutia sudah membacanya dan ga malu buat menangis hehe.. Sukses selalu..
Yeay di komen sama penulisnya.. Sukses selalu jg utk mbak Hanum.. Keep inspiring.. ^_^
novelnya bener bener inspiratif....jadi pengen ikud ke amerika....
Posting Komentar