Agustus 20, 2014

Dusun Bambu Lembang

Melanjutkan jalan-jalan saya di Bandung weekend kemarin. Udah lama banget pengen ke Dusun Bambu. Apalagi setelah melihat instagram Pak Ridwal Kamil dan Dian Pelangi yang pernah kemari. Jadi penasaran banget dan mumpung lagi ke Bandung, main kesini deh. 
Ignore the woman
Dusun Bambu ini berada di Kampung Cijanggel Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Letaknya tak jauh dari tempat wisata alam Curug Cimahi, tapi jauh banget dari pusat kota. Perjalanan saya dari rumah sepupu di Buah Batu ke Dusun Bambu tanpa macet aja sekitar satu jam. Mana harus melewati Parongpong yang jalanannya agak rusak dan terus menanjak. Kasian teman saya yang nyetir dan kasian mobilnya juga, hahaha. Saya sih tinggal duduk manis menikmati bunga-bunga di sekitar jalan Parongpong.

Sesampai di pintu masuk Dusun Bambu terlihat ada antrian kendaraan. Ternyata parkiran atas udah penuh, jadi semua mobil diarahkan ke bawah. Untuk tiket masuk perorang Rp. 10,000 dan permobil Rp. 10,000. Jadi, karena kita bertiga dalam mobil bayarnya Rp. 40,000. Lapangan parkirnya lumayan luas, tapi kalau mau naik ke bagian atas (resto, pasar, saung) harus naik Wara-Wiri (free shuttle).
Wara-wiri
Monumen bambu
Dinamakan Dusun Bambu karena daerah ini juga tempat konservasi bambu. Kalian bisa melihat bermacam-macam bambu dari seluruh Indonesia. Saya melihat Bambu Bali yang warnanya hitam seperti tebu. Ada juga beberapa bambu unik lainnya. Sudah seperti museumnya bambu deh. Kita juga akan disuguhi pemandangan hamparan sawah yang luas serta saung-saung di sekitar tempat parkir. 

Di Dusun Bambu ini terdapat banyak tempat. Saya nggak mampir ke semua tempat soalnya pake sendal wedges dan nggak bawa sendal jepit. Agak susah jalan di pematang sawah dan terasiring dengan alas kaki tebal. Saya kira Dusun Bambu ini sejenis Restaurant mewah seperti Maja Hause. Tapi ternyata banyak tempat bermain dan berfoto untuk semua kalangan. Baiklah, saya akan ceritakan satu persatu.

1. Pasar Khatulistiwa
Namanya juga pasar, pengunjungnya rameeee banget deh. Disini kalian bisa menikmati jajanan pasar bermacam ragam. Mulai dari batagor, tahu gejrot, donat, sosis, kupat tahu, dan lain-lain. Bahkan kerak telor pun ada. Awalnya saya mau makan disini. Ternyata setelah berkeliling pasar, kursi untuk makan udah penuh. Mungkin karena hari minggu juga kali yah?! Mana lagi suasanana 17 Agustusan. Jadinya emang rame banget deh pengunjungnya.
Antrian voucher dan tahu gejrot
Yang bikin ribet disini adalah kita harus menukar voucher, sejenis uang kertas. Sayangnya kalau kita belanja senilai kurang dari nilai voucher, nggak ada kembaliannya. Misalnya saya beli Tahu Gejrot Rp. 12,500, dan memberikan voucher Rp. 15,000, saya nggak akan mendapatkan kembalian Rp. 2,500. Hangus aja duitnya. Nggak enak banget 'kan? Maunya pakai kartu Top up begitu yah. Jadinya nanti ada tempat Refund.
Jajanan
Untuk harga makanan menurut saya nggak murah-murah amat. Tahu Gejrot Rp. 12,500, Sosis Rp. 20rban bahkan yang gede Rp. 40rban. Trus air tebu harganya Rp. 20,000. Gila yah? Biasanya saya beli di Ciwalk cuma Rp. 7,000. 

Yang nggak enaknya lagi, jadi di dalam pasar ada sejenis warung. Kalian bisa beli minuman, kripik-kripik khas Bandung, macem-macem deh. Tapi kalian nggak boleh pakai Voucher disini. Harus pakai uang beneran. Sialnya, saya masih punya banyak voucher dan nggak bisa di belanjain. 


2. Burangrang
Kalau kalian mau merasakan kenyamanan nongkrong, ngobrol, makan enak, dan pelayanan nomor 1, Restaurant Burangrang adalah tempatnya. Karena banyak yang mau makan disini, kita harus waiting list terlebih dahulu. Enaknya disini kalau waiting list, kita wajib meninggalkan nomor handphone. Daripada menunggu di sekitar Resto, saya jalan-jalan ke Pasar Khatulistiwa untuk jajan. Sekitar setengah jam kemudian, saya di telepon Restonya untuk mengabari kalau tempat untuk saya sudah tersedia. Ya udah, tinggal jalan aja ke Resto.
Interior Resto Burangrang
Restaurant Burangrang ini memiliki dua konsep. Ada Parasmanan dan Order dari Menu. Saya duduk di bagian resto Order dari Menu. Awalnya pengen parasmanan aja karena ngeliat kokinya langsung masak di depan kita. Sayangnya Parasmanan udah full booked. Interior di dalam resto unik dan mewah. Banyak sofa dan kursi-kursi unik yang bisa menghadap langsung ke Saung Purbasari (danau buatan).
Background langsung saung Purbasari
Baiklah, saya pesan Nasi Goreng Dusun Bambu (Rp. 45,000). Rasanya enak banget lho! Bumbu nasi gorengnya berasa banget. Ntah karena udah jam 3 sore dan saya belum makan siang, jadinya saya merasa makanan saya enak banget. Ada ayam, udang gede, dan telur mata sapi untuk menemani nasi goreng. Berhubung saya lagi flu, saya pesan minuman Geulis Nyari (Rp. 30,000), gabungan dari beberapa jus seperti strawberry, nenas, jeruk, dan sebagainya. Yang uniknya lagi, piring untuk menyajikan makanan gede banget dan terbuat dari bambu juga.
Nasi Goreng Dusun Bambu dan Geulis Nyari
Teman saya memesan Bebek Goreng Dusun Bambu (Rp. 72,000). Bebeknya empuk, sambalnya enak banget, tapi porsi sambalnya sedikit. Ada lagi Ayam Penyet (Rp. 62,500), tapi saya nggak nyobain. Untuk minuman ada Bodas Nyacas (Rp. 30,000), gabungan dari beberapa jus dan sirup, lalu ada juga Orange Juice (Rp. 27,500). Harga minuman rata-rata di Resto ini 30rban dan makanan diatas 40rban. Nasi goreng Dusun Bambu termasuk murah berarti. Oh ya, untuk makanan penutup, saya pesan Pisang Goreng Saus Caramel (Rp. 25,000). Ada 3 buah pisang dan 1 scoop es krim diatasnya. Hmm, enak banget deh untuk menikmati suasana sore.
Bebek Goreng Dusun Bambu dan Bodas Nyacas
Ayam Penyet dan Orange Juice
Pisang Goreng Caramel
Kalian bisa memilih duduk di sofa, meja makan standar, atau duduk di luar menghadap ke danau. Sewaktu saya pergi kemarin, sinar matahari menyinari meja saya dan membuat kepanasan, jadinya saya pindah meja. Nah, sewaktu pindah meja yang sama sekali nggak terpapar sinar matahari, kami malah kedinginan. Mungkin karena daerah Lembang memang masih sangat dingin. Padahal saya udah pakai sweater tetap aja dinginnnnn.
Meja makan sofa
Kursi untuk duduk di balkon menghadap Saung Purbasari

3. Lutung Kasarung (Bird Nest Restaurant)
Salah satu tempat unik lainnya yang ada di Dusun Bambu adalah Resto dalam sangkar. Sebenarnya saya pengen makan disini, tapi waiting listnya kelamaan. Kalian harus membayar sewa tempat perjam Rp. 100,000 untuk nongkrong di tempat ini. Untuk menikmati suasana sangkar burung sebenarnya harga segitu nggak terlalu mahal karena kalian bisa masuk berdelapan orang kedalam sangkar.
Bird Nest
Gaya dulu
Menu yang ditawarkan untuk Resto Sangkar ini adalah makanan Sunda seperti soto, ayam penyet, dan lain-lain. Nggak terlalu banyak menunya dan harganya sekitar Rp. 40rban, makanya saya memutuskan untuk makan di Burangrang aja. Di Lutung Kasarung ini saya cuma berfoto disepanjang jalan ke sarang burung. Banyak banget juga orang yang berfoto disini.

4. Saung Purbasari
Salah satu restaurant lainnya adalah Saung Purbasari yang terdapat di pinggir danau buatan. Kapasitas di dalam saung 6-12 orang, lebih besar dari Lutung Kasarung. Sewaktu saya kesana, tempat ini penuh juga. Aahh, semua tempat penuh deh. Sebenarnya nggak ada yang terlalu spesial di Saung ini. Memang sih lebih private, bisa sekalian tidur-tiduran di saung. 
Saung Purbasari
Untuk mengitari danau, ada fasilitas Sampan Sangkuriang yang gratis. Kemarin itu di tengah danau ada pertunjukan angklung yang suaranya menggelegar sampai ke Resto Burangrang. Orang-orang bisa duduk di terasiring atau dibawah payung-payung untuk menikmati pertunjukan angklung. Sangat tradisional tapi saya sangat menikmatinya. Mungkin karena saya anak kampung kali yah, jadi saya suka yang serba tradisional. Jadi pengen buat seperti ini di belakang rumah, mumpung ada sawah terhampar.
Terasiring dan payung-payung
Sebenarnya masih banyak tempat seru lainnya di Dusun Bambu ini. Berhubung saya nggak mau kemaleman karena harus balik ke Jakarta, jadinya sekitar jam enam sore, saya pulang. Anehnya ketika pulang, waktu tempuh terasa lebih cepat. Nggak sampai 30 menit, saya dan teman-teman sudah sampai di Dago. Mungkin karena jalan pulang ini menurun kali ya, jadinya lebih cepat.

Baiklah, sekian review dari saya. Dusun Bambu ini bisa menjadi tujuan wisata baru di Bandung. Selamat mencoba ^_^

3 comments:

Elsa mengatakan...

woooooooww...keren bangeeeet yaaa....
pingin kesanaaaaa

AY Pagan mengatakan...

terimakasih infonya..

Aul Howler's Blog mengatakan...

Cantik tempatnya

Follow me

My Trip