September 14, 2014

Sebuah Foto

Cerita ini saya tuliskan di sela-sela waktu saya yang sudah seharian berleha-leha di kosan. Nggak produktif banget deh jadinya. Akhirnya mulai menulis, eh malah jadi cerita yang seperti biasa terinspirasi dari kehidupan nyata. Selamat menikmati :)

*** 

Cewek yang satu ini adalah salah satu sahabatku. Kita sudah lama berteman baik. Orangnya nggak neko-neko. Nggak pernah milih-milih kalau berteman, paling suka mendengar curhat, suka bercanda, suka tertawa, supaya awet muda katanya. Dan benar, diantara teman-teman sebaya kita, dia terlihat sangat awet muda. Kita juga sering makan bareng berdua. Mungkin karena kita sudah bersahabat sangat lama, jadi semua berjalan baik-baik saja.

Dia sangat hobi memotret. Suatu hari duit hasil tabungannya dibelikan sebuah kamera mirrorless yang sangat canggih. Untuk amatiran, dia sangat cocok menggunakan kamera itu. Cuma, mengingat dia adalah tulang punggung keluarganya, membeli kamera secanggih itu adalah mimpi yang baru saja dia wujudkan. Dia suka menabung. Saat tabungannya sudah mencukupi, biasanya dia bakalan jalan-jalan, kemana saja. Mungkin paling dekat adalah Bandung. Tapi dengan duit tabungannya dia pernah pergi ke Asia Timur. Dia pernah bilang kalau suatu hari dia akan memotret Masjidil Haram dan Ka’bah dari setiap sudut. Kurasa itu mimpi terindah yang pernah dia ceritakan padaku. Beda banget dengan aku. Gajiku lebih besar, tapi ntah kemana semua uangnya.

Ada satu kejadian unik yang aku ingin ceritakan tentangnya. Suatu hari, aku main ke kosannya untuk pertama kali. Biasanya kalau mau ketemuan dengannya memang diluar kosan. Mungkin dia agak risih kalau cowok main ke kosan cewek. Kalian tau, aku agak kaget melihat dinding kamarnya dipenuhi oleh hasil jepretannya dimana-mana. Aku terpana. Semua tempat pernah dia foto dan dicetak, lalu ditempel di dinding sesuai urutan perjalanannya. Bahkan ia menulis sebuah notes kecil dibawah foto agar dia bisa mengingat tempat foto itu diambil.
Source : http://www.apartmenttherapy.com
Selagi aku mengagumi semua foto-foto di dinding kamarnya, aku heran kenapa dia tetap berdiri di satu sisi dinding.
Aku bertanya, “Lo kok nggak pindah-pindah dari situ?”
Dan dia menjawab enteng, “Ini spot paling bagus untuk melihat seluruh foto-foto gue secara bersamaan."
Aku melirik ke belakang badannya. “Eh, disitu masih ada foto. Lihat dong!”
Dan dia langsung berkilah, “Nggak usah deh. Lo udah melihat semua foto gue. Yuk makan!”

Hal itu membuatku curiga. Aku menggeser tubuhnya, dan coba melihat foto satu persatu. Dia malah berlari keluar kamar. Semula aku biasa saja. Akhirnya aku sadar kalau sekumpulan foto ini adalah fotoku dari seluruh sisi. Aku sedang tertawa, punggungku, tertidur di meja kerja, tertidur di taksi, memilih novel di toko buku, bahkan fotoku yang dia ambil dari atas. Aku terlihat lebih ganteng dari yang aku bayangkan. Dia sangat jago mengambil foto. Aku bahkan nggak sadar, sejak kapan dia mengambil fotoku?
http://www.pinterest.com/pin/142356038197204172/
Selagi aku mengagumi fotoku sendiri, dia masuk kamar dan menarikku. “Ayo kita makan!” Dan aku pasrah mengikutinya sambil tersenyum. Seharusnya kalian tau, apa yang akan aku tanyakan padanya, hihihi.

NB : We might be change. But, the memories we've created will remain there, on my photos.

3 comments:

zachflazz mengatakan...

nanti Insya Allah bacanya, yang penting silaturahim dulu di sini.

R Melati mengatakan...

Jadi suka memfoto si lelaki dari berbagai sisi ya?

soulful^^~ mengatakan...

Kayak dejavu baca postingan mbak ini, hehe. Familiar sama kejadiannya :)

Follow me

My Trip