Dalam rangka Halloween yang nggak saya rayakan, saya mau menceritakan sesuatu yang terinspirasi dari menonton Mata Najwa kemarin Rabu. Mungkin ceritanya nggak terlalu berhubungan dengan kejadian nyata di acara itu, tapi mungkin bisa menghibur kalian di akhir Oktober ini. Selamat menikmati.
***
Aku baru saja masuk kantor setelah pulang berlibur saat bosku memanggilku ke ruangannya. Untuk pekerjaan sepertiku, berlibur adalah hal yang jarang sekali bisa aku lakukan.
"Ada apa bos?" tanyaku.
"Lihat ini!" Bosku menyerahkan sebuah foto. "Aku ingin kau membunuhnya."
Aku mengambil foto itu. Seorang gadis cantik yang tampaknya baik hati. Memang kadang-kadang wajahnya menipu. "Tumben targetku kali ini anak muda." Kataku sambil menyimpan fotonya di dalam blazerku.
"Jangan meremehkan dia. Namanya Alya, dan dia adalah pacar anakku Roni. Karena pacaran dengan anak yang terlalu baik hati, Roni tidak mau meneruskan usahaku."
Aku mengernyit dan malas membahas cerita cinta anak kuliahan. "Baiklah!" Jawabku seraya keluar dari ruangan bos.
"Kau tau Ren, aku sudah mengutus 20 orang anak buahku untuk membunuhnya tapi tidak pernah berhasil. Kalau kau berhasil membunuhnya, aku akan berikan apa pun keinginanmu. Semoga kau beruntung."
Aku menoleh dan agak kaget. Aku mengangguk berpamitan dan keluar ruangan.
Namaku Renata, usiaku 25 tahun. Aku adalah tangan kanan seorang bos mafia paling ditakuti di Asia dan juga seorang pembunuh bayaran. Mungkin sudah lebih dari 1000 orang pernah aku bunuh. Kalau bos sudah menyuruhku secara khusus untuk membunuh orang, berarti bawahanku yang lain sudah kewalahan. Aku jadi ingin tau, sehebat apa gadis bernama Alya ini.
Aku datang ke kampus Tuan Roni sambil menyamar menjadi seorang mahasiswa (yang membawa senjata api). Aku melihat Tuan Roni jalan bersama gadis bernama Alya itu ke kantin. Aku membuntuti mereka. Kalau saja Tuan Roni tau aku membuntutinya, bisa kacau rencanaku. Walaupun Tuan Roni tidak ada apa-apanya dibanding aku, tapi dia tetap anak bosku.
Aku mengikuti mereka ke kantin, belajar di kampus, ke mini market, dan tempat-tempat umum lainnya selama 3 hari. Ntah kenapa, kebersamaan Tuan Roni dan Alya membuatku nggak enak hati untuk membunuh Alya. Mereka begitu bahagia, membuatku mengurungkan niat. Ah, kenapa hati nuraniku bermain. Biasanya juga tingal dar! der! dor! mati deh sasaranku. Ternyata membunuh orang baik lebih sulit dari orang jahat.
Bosku menelepon dan bertanya bagaimana kemajuan pembunuhanku. Aku bilang belum ada kemajuan sama sekali. Akhirnya aku memutuskan untuk mencegat Alya di WC. Ingin rasanya aku menembaknya langsung di WC tapi sepertinya aneh. Pembunuh bayaran sekelas aku, membunuh mahasiswi biasa di WC. Ah tidak! Kemana harga diriku?
"Hei kau!" aku memanggil Alya.
Alya yang sedang mencuci tangan menoleh ke arahku. "Ya?"
"Jangan dekati Roni lagi!" kataku akhirnya.
"Kenapa? Kamu siapa?"
"Kalau kau masih mendekati Roni, aku akan membunuhmu!"
Alya mengernyit, "Kamu selingkuhan Roni?"
Aku kaget, "Iya! Eh bukan. Aku kakaknya."
Alya tersenyum, "Ohh salam kenal kak!" Dia malah menyalamiku.
Aku mengeluarkan pistol dan membidik ke kepalanya. "Aku benar-benar akan membunuhmu!"
Alya terdiam dan menepis pistol dengan perlahan. Ia lalu menatapku tajam. "Kamu adalah orang ke 21 yang akan membunuhku. Ya sudah, bunuh saja. Aku pasrah!"
Aku tertegun melihat sorot matanya.
Alya lalu keluar dari WC, meninggalkan aku terdiam sendiri.
Aku masuk ke ruangan bosku dan memberikan foto Alya. "Aku menyerah!
Bosku terheran-heran. "Kenapa lagi?"
Aku menatap bosku lekat-lekat. "Anak itu... Dia memiliki sorot mata sama seperti anda! Kalau saja dia orang jahat, mungkin dia akan lebih hebat dari anda."
Aku lalu pergi.
2 comments:
hmmm jadi pengen tau Mata Najwa nya tema nya apaan sih? kog ceritanya bisa kyk gitu hahahaa
Sama kayak Mila. Maja Najwa lagi nayangin episode apa sampai menghasilkan cerita ini. But I like the story, ada yang tersirat dari cerpennya :)
Posting Komentar