Desember 30, 2014

Kesimpulan Perjalanan ke Filipina

Kali ini saya akan memposting kesimpulan perjalanan saya ke Filipina kemarin. Saya tidak mengikutsertakan Malaysia yah, walaupun saya sempat sehari disana sepulang dari Manila. Malaysia udah pernah saya posting sebelumnya. Saya memang selalu menarik kesimpulan dari hasil analisa saya ketika jalan-jalan ke luar negri.

Tiket Murah
Alhamdulillah karena saya dapat tiket Malaysia Airlines super murah, bahkan lebih murah daripada saya bolak-balik Jakarta-Bandung. Sebenarnya waktu ini memang maskapai yang satu ini memberikan diskon hampir ke seluruh dunia, tapi pilihan saya Filipina. Kenapa? Pertama, karena Asia Tenggara, jadi masih murah. Kedua, saya lagi pengen liburan ke pantai. Kekurangannya adalah, kalian bakalan merasakan banyak banget transit. Kalau diurutkan perjalanan saya Jakarta - Singapore (transit) - Kuala Lumpur (transit) - Manila (transit) - Kalibo (transit) - lalu jalan darat dan naik kapal ferry ke Pulau Boracay. Sudah menghabiskan seharian terbang di angkasa, jalan darat juga, melewati laut juga. Tapi terbayarlah dengan keindahan pantainya.
White Sand Beach, Boracay Island
Transportasi
Negara-negara yang saya kunjungi sebelumnya memang sudah memiliki transportasi massal seperti Subway, MRT, bahkan Shinkansen. Berbeda dengan Filipina yang sepertinya MRT bukan transportasi utama. Jadi saya nggak mencoba naik MRT. Kalau di Pulau Boracay, kami bisa sewa mobil atau naik Tricycle. Nah, di Manila, kalian lebih baik naek Jeepney. Selain murah, tempat-tempat wisata juga lebih mudah dijangkau dengan menggunakan Jeepney. Jujur aja saya merasa kurang nyaman. Nggak semua orang di Manila bisa bahasa Inggris dan jurusan Jeepney juga nggak begitu jelas. Mana orang-orang di dalamnya juga banyak yang serem. Lebih enak naik transportasi massal deh. 
Rizal Park, Manila

City Explore
Menurut saya Manila adalah kota yang tidak begitu aman. Saya nggak menyarankan untuk solo traveller (jalan sendiri) ke negara ini karena memang kriminalitas masih tinggi. Banyak terjadi penipuan di taks. Penipuan juga ada di Intramuros dengan cara menaikkan tarif kereta kuda berkali-kali lipat dengan harga yang disepakati (ini saya baca pengalaman anak backpacker yang lain). Hampir setiap pertokoan di pasar dipasang teralis dan di setiap tempat ada polisi dengan senjata laras panjang. Serem 'kan? Jadi mendingan kalau mau ke Manila rame-rame sama teman-teman. 

Belanja
Filipina bukan surga belanja. Selama di Boracay, oleh-oleh yang menarik bagi saya hanya aksesoris seperti kalung dan gelang, magnet kulkas, kaos, dan tas kain. Mungkin aksesoris bisa menjadi oleh-oleh wajib karena memang bagus banget. Baju pantainya sama aja seperti Bali. Kalau di Manila, saya hanya tertarik dengan Dried Mango. Kalau baju, tas, sepatu, masih mending beli di Kuala Lumpur.

Kuliner
Karena Boracay adalah sebuah pulau, jadi makanan khas disana adalah seafood. Memang sih menu non halal banyak sekali di Pulau ini tapi menu seafood juga nggak kalah banyaknya. Rasa makanan sih enak, mungkin karena memang kami capek dan lapar. 

Budget
Berikut budget yang saya tulis untuk 4 orang. Beberapa harga agak berbeda karena ada yang beli belakangan pas promo udah habis.

Malaysia Airlines Sin-Manila-Sin Rp. 677,422
Cebu Pasific Kalibo - Manila Rp. 341,679 + Rp. 597,679 = Rp. 939,358
Philipine Airlines Manila - Kalibo Rp. 1,416,732

Lion Air Kuala Lumpur - Jakarta Rp. 573,163
Air Asia Kuala Lumpur - Jakarta (666 MYR) = Rp. 2,469,562

Penginapan di Boracay 3750 PHP = Rp. 1,068,750
Penginapan di Manila 1950 PHP = Rp. 555,750

Total Rp. 7,700,737 dibagi 4, berarti perorang Rp. 1,925,184

Untuk makan, transpor, dan belanja mungkin sekitar 2,5 juta. Jadi total 4,5 juta rupiah. Lumayan 'kan? So, berniat berlibur ke Filipina yang memiliki pantai terindah nomor 1 di Asia?

Desember 29, 2014

Around Putra Jaya

Saya sengaja bangun siang karena semalem terlalu capek mengitari kota Manila yang hampir mirip kota Jakarta. Bahkan menurut saya, Jakarta masih jauh lebih baik dan bagus tata kotanya dibandingkan dengan Manila. Setidaknya di Jakarta, saya masih merasa aman berjalan kaki sendiri tanpa curiga dengan orang lain.

Setelah puas berguling-guling di kasur, saya bangun dan packing. Tas ransel emang udah nggak cukup lagi. Untung aja tas jinjing yang beli di Boracay bisa memuat banyak barang. Saya menaruh baju kotor dan basah di ransel sedangkan baju bersih di tas jinjing. Setelah barang beres dimasukkan ke dalam tas, kami semua turun untuk sarapan.

Kami memang dapat free breakfast dari Guest House seharga 100 PHP. Lumayan banget 'kan? Saya pesan Sandwich karena porsinya besar. Kalau kalian mau pesan sosis, lebih baik mengkonfirmasi terlebih dahulu daging untuk pembuatan sosis karena bisa aja nggak halal. Saya tidak memfoto makanan untuk sarapan karena nggak bawa handphone atau kamera untuk turun, Lagian waktu itu, WIFI penginapan sedang tidak berfungsi. Oh ya, saya mau menitipkan kartu pos untuk dikirimkan ke teman saya di Kanada (lagi) pada resepsionis. Sayangnya, resepsionis yang cewek sama sekali nggak bisa bahasa Inggris deh kayaknya. Saya juga sudah mengarahkan dengan bahasa isyarat untuk minta tolong dikirimkan kartu pos tapi tetap nggak berhasil. Bahkan berkali-kali memanggil saya dan teman saya yang cewek dengan panggilan "Mom" bukan "Ma'am". Oh ya, selama di Filipina, saya sering banget dipanggil "Mom". Aih, sejak kapan saya jadi ibu kamu? Hahahaha.

Selesai makan, saya dan teman-teman bergantian mandi. Mumpung waktu keberangkatan pesawat masih lama, jadi kita masih agak nyantai beres-beres. Selesai semua mandi, kebetulan resepsionis cowok datang menghampiri kami ke kamar karena mau memberitahu kalau WIFI udah kembali normal. Saya akhirnya minta tolong untuk mengirimkan kartu pos dengan memberikan uang 100 PHP dan dia langsung setuju dengan senang hati. Bahkan sampai tulisan ini saya posting, kartu pos Manila sudah tiba dengan selamat di Kanada. Karena barang kami juga sudah beres di packing, kami juga jadi minta tolong untuk menurunkan ransel. Kebayang kalau harus menurunkan ransel dari lantai 5. Tapi beberapa teman saya menurunkan ransel sendiri dan sampai kebawah mereka jadi keringetan lagi.

Kami cek out lalu mengkonfirmasi apakah taksi sudah dipesan? Semalam sempat bilang ke satpam untuk memesan taksi, tapi sepertinya satpamnya lupa. Untungnya dia langsung mencegat taksi berwarna putih (ukuran sedang seperti mobil avanza) di jalan. Duh, saya jadi takut taksinya menipu argo. Kami udah menyiapkan beberapa uang ribuan rupiah. Kalau mereka minta ribuan peso, ya kasih aja ribuan rupiah (ini tips yang saya baca kalau kita ditipu sopir taksi di Manila, kasih aja uang ribuan rupiah. Biasanya mereka tercengang karena duit kita banyak ribuan. Hahahaha).

Lama perjalanan dari penginapan ke Bandara sekitar 30 menit dengan argo sekitar 200 PHP. Walaupun sopirnya udah tua dan terlihat mencurigakan, tapi ternyata orangnya baik. Kami menurunkan semua barang dulu, baru membayarkan duit ke supir. Pak supir sempat heran melihat kami karena belum bayar sampai dia bilang, "Bayar!" dan kami bilang "Wait!" Setelah memberikan 300 PHP, kami berlari masuk bandara sebelum dia minta lebih banyak. Saya melihat beberapa sopir taksi sedang meminta uang lebih kepada penumpang ketika menurunkan mereka di depan pintu Keberangkatan. Alhamdulillah sopir taksi kami baik.

Saya dan teman-teman mengantri di konter Malaysia Airlines yang udah buka. Bandara Manila memang memberlakukan peraturan sangat ketat untuk berat barang yang boleh dimasukkan ke kabin pesawat. Ransel kita semua ditimbang dan semuanya nggak lolos masuk kabin. Beratnya rata-rata udah 9-10 kg. Mau nggak mau ya masukin ke bagasi. Memang sih kalau naik Malaysia Airlines itu dapat bonus bagasi 30 kg. Tapi sebenarnya agak malas masukin barang ke bagasi karena kami mau berhenti di Kuala Lumpur sedangkan penerbangan saya connecting flight ke Singapore. Akhirnya setelah giliran saya cek in, saya dan teman-teman langsung masuk ke 1 konter cek in secara bersamaan karena nama kami ada dalam 1 tiket. Ternyata kami cuma boleh cek in satu persatu, dan untung aja sempat nge-print banyak tiket untuk pegangan masing-masing.

Disini agak ribet. Saya bilang kepada petugas bandara kalau saya nggak mau melanjutkan penerbangan ke Singapore dan teman-teman saya melaporkan hal yang sama seperti saya. Hal ini membuat petugas bandara agak kaget. Mereka meminta tiket saya pulang ke Indonesia, mungkin takut mau jadi TKI kali ya di Malaysia. Setelah tiket pulang saya tunjukkan, lalu datang petugas satu lagi bertanya, "Why don't you continue your trip to Singapore, Ma'am?"  (kenapa nggak melanjutkan perjalanan ke Singapore?) Saya jawab, "Because i wanna spend my holiday in Kuala Lumpur." (Karena saya mau menghabiskan liburan di Kuala Lumpur). Beberapa petugas lalu berdiskusi dan akhirnya memasukkan ransel saya ke belakang (untuk dimasukkan ke bagasi). Karena penasaran, saya bertanya, "Is there any problem with it?" (ada masalah?) Petugas menjawab, "No Ma'am. It's just the procedure because we have to report to Kuala Lumpur Airport and Singapore Airport that some passengers are not continue their trip. So we have to tell them the reason." (Nggak ada. Ini hanya prosedur karena kita harus melapor ke bandara di Kuala Lumpur dan Singapur karena ada penumpang yang nggak melanjutkan perjalanan ke Singapur. Jadi kita harus memberitahukan alasannya kepada mereka). Saya mengangguk-angguk dan akhirnya menerima boarding pass yang hanya berakhir di Kuala Lumpur, begitu juga dengan bagasi kita. Begitu juga dengan teman saya yang lain. Awalnya kami tertahan sekitar 10 menit untuk cek in, tapi alhamdulillah akhirnya lancar-lancar aja.

Kami lalu mengantri imigrasi dan pengecekan barang sebelum masuk Boarding Gate. Kami sempat berbelanja dulu untuk menghabiskan pecahan uang PHP receh. Teman saya bahkan sempat makan mie gelas dulu karena lapar. Lumayan uang receh bisa beli snack untuk cemilan. Saya juga membeli beberapa magnet kulkas lagi dan popcorn. Setelah beres belanja, kami masuk ke Boarding Gate. Petugas bandara pada saat itu kurang ramah. Mereka dengan sombong melihat wajah kita, memeriksa isi tas jinjing, dan akhirnya menyobek Boarding Pass. Heran deh, kenapa sedikit sekali orang ramah di Manila?

Kami akhirnya naik ke pesawat. Waktu itu saya pengen pipis banget. Tips untuk yang mau ke toilet pesawat, sebaiknya sebelum pesawat terbang karena toilet masih bersih banget. Kalau di tengah perjalanan biasanya toilet udah banyak hal-hal yang menyeramkan, hiiii. Sepanjang perjalanan selama 3,5 jam di Malaysia Airlines emang nggak bosan sama sekali. Sejam pertama saya tidur. Sejam kedua saya makan siang sambil mengobrol. Sejam ketiga saya nonton dan ketiduran lagi, lalu mendarat. Memang beda yang pesawat sekelas Malaysia Airlines, pelayanannya mantap.

Sesampainya kami di Kuala Lumpur International Airport, ada hal yang menyebalkan. Antrian imigrasi panjaaaaaaaaaang bangettt! Mana kami salah mengantri di bagian yang banyak para pelajar dari Jepang. Mereka nggak berbaris mengantri, malah mengobrol dan mengerubuni satu sama lain. Duh, saya juga salah mengambil antrian di belakang mereka dan saat itu juga nggak semua meja imigrasi buka. Kami menghabiskan waktu 1 jam hanya untuk mengantri seperti itu. Wah, kalau ada connecting flight, udah ketinggalan pesawat. Teringat dulu di LCCT, antrian juga super panjang tapi hanya 20 menit kami bisa mendapat stempel dari imigrasi. Ngomong-ngomong untuk urusan stempel, ntah kenapa petugas imigrasi menandatangani di atas stempel dan menuliskan kode penerbangan Malaysia Airlines. Hmm, kenapa ya?

Om dan tante teman saya sudah menunggu kami. Hari sudah malam dan hujan. Kayaknya seluruh Asia Tenggara memang hujan sih bulan segini. Kami berangkat ke Putra Jaya. Ini kali pertama saya kesini dan takjub melihat arsitektur bangunannya sangat modern. Putra Jaya adalah pusat administrasi Malaysia yang menggantikan posisi Kuala Lumpur. Didirikan pada 19 Oktober 1995, namanya diambil dari nama Perdana Menteri Malaysia yang pertama, Tunku Abdul Rahman Putra dan juga menjadi wilayah persekutuan Malaysia yang ketiga (2 wilayah lainnya adalah Kuala Lumpur dan Labuan). 

Terletak di 25 km sebelah selatan dari Kuala Lumpur, Putra Jaya berfungsi sebagai pusat administrasi federal Malaysia. Pusat pemerintahan dialihkan pada tahun 1999 dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, karena kepadatan penduduk dan kemacetan di wilayah Kuala Lumpur. Namun, Kuala Lumpur tetap ibukota negara Malaysia, serta pusat komersial dan keuangan negara. Kota ini juga terhubung dengan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) serta Kuala Lumpur dengan KLIA Transit. Letaknya ini juga berada dalam Multimedia Super Corridor, begitu juga dengan Cyberjaya yang terletak di barat Putrajaya.

Saya dan teman-teman memang berkeliling Putra Jaya, tapi hanya berhenti dan berfoto di beberapa tempat saja karena hujan. Mana beberapa teman saya udah pada sakit. Awalnya pengen berfoto di Mesjid Besi atau biasa disebut Mesjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, tapi nggak jadi. Kami hanya berfoto di Mesjid Putra, Kantor Perdana Mentri, dan jembatan Putra Jaya yang berwarna-warni ketika malam hari.
Pintu Kantor Perdana Mentri
Kantor Perdana Mentri
Di Depan Mesjid Putra
Jembatan Putra Jaya
Selesai puas main di Putra Jaya, kami pergi ke IOI Mall. Lagi pengen banget makan Nando's atau Peri-peri Chicken karena udah lama nggak makan disini. Setelah memesan makanan, kami berkeliling Mall dulu untuk mencari Money Changer. Udah capek jalan kesana-sini, eh ternyata Money Changernya berdekatan dengan Nando's. Sewaktu kami balik ke Nando's, makanan sudah tersedia dan kami langsung melahapnya. Mungkin karena udah jam 8:30 malam jadi laperr banget. Oh ya, kemaren itu Nando's rame banget. Jadinya nggak sempat mengambil saus Peri-peri yang pedas enak itu karena udah pada diambil duluan oleh orang lain.
Makan Nando's
Selesai menyantap Nando's, awalnya saya berharap ada toko Vincci di IOI Mall. Sayangnya nggak ada. Padahal udah menukar uang lumayan banyak untuk belanja Vincci karena pas kami berada di Kuala Lumpur sedang ada 3 Days Sale. Yah, belum rejeki ternyata. Sepulang dari IOI Mall, kami mengunjungi KLCC sekitar pukul 11 malam. Sayangnya pertokoan disana juga udah pada tutup. Hanya mengambil gambar KLCC sebentar, lalu pulang.
KLCC
Kita semua menginap sebentar di rumah Omnya teman saya beberapa jam. Tiba di rumahnya jam 12 malam, lalu berangkat lagi ke bandara jam 5 pagi. Agak mepet sih jadwalnya tapi keburu juga. Saya dan teman-teman beda pesawat (saya Lion Air dan mereka Air Asia), dan jadwal keberangkatan saya lebih lambat. Setelah cek in, masih sempat shalat Shubuh di Surau KLIA2 dan berjalan-jalan. Baru nyadar kalau saya sama sekali nggak memegang duit Ringgit sepeser pun. Padahal The Body Shop lagi diskon. Ah, bahkan beli air minum aja nggak ada duit. Ya udah, pasrah sampai mendarat ke Soekarno Hatta.

Baiklah, di postingan selanjutnya saya akan memposting tentang kesimpulan dan biaya perjalanan saya ke Filipina. Jangan sampai nggak baca ya :)

Desember 24, 2014

One Day in Manila

Kali ini saya akan bercerita tentang kota Manila. Setelah mandi dan beres-beres sejenak di hotel, kami turun ke lobi penginapan dan mengobrol sebentar dengan resepsionis untuk menanyakan arah. Saya bertanya bagaimana caranya kalau mau pergi ke Intramuros dan Rizal Park, yang merupakan landmark terkenal di Manila, dan juga Mall of Asia. Resepsionis bilang kalau kita sebaiknya menggunakan Jeepney, sejenis angkutan kota (angkot) yang khas di Manila. Saya sih sebenarnya agak malas naik Jeepney karena terlihat agak menyeramkan. Saya tanya, bagaimana kalau naik taksi? Taksi mana yang nggak bakalan menipu kita? Dan dia menjawab, nggak ada yang pasti dari taksi karena walaupun pakai argo, argo mereka juga udah di rombak jadi cepet banget naiknya. Kata resepsionis, biasanya kalau dari bandara ke Makabata Guest House ini naik taksi sekitar 300 PHP, dan kami bilang kalau tadi kami hanya membayar 270 PHP, dan itu hal yang sangat langka. Alhamdulillah.

Oh ya, sebagai informasi, salah satu landmark yang paling terkenal di Manila adalah Intramuros. Kalian bisa berkeliling tempat ini untuk mengetahui hasil peninggalan bangsa Spanyol ketika menjajah Filipina. Sayangnya karena udah malam, kami nggak kesana. Jadi hanya memutuskan untuk main di Rizal Park saja.
Suasana kota Manila
Permasalahannya sekarang, uang kami semua sudah sekarat. Kami juga bertanya dimana Money Changer. Ternyata tempat Money Changer ada di pasar. Berhubung saya orangnya gampang lupa arah dan jalan, saya foto deh kondisi jalan dan plang nama jalan. Daripada nanti nyasar atau pengucapannya dalam bahasa Tagalog beda, jadi lebih baik difoto aja.
Leveriza Street
Kalian tau, kondisi Manila mungkin memang nggak seaman Jakarta. Bahkan untuk mengeluarkan kamera di pasar aja saya agak takut karena orang-orang memperhatikan saya. Setelah memfoto nama jalan, kamera nggak saya kalungin, melainkan langsung masukin tas. Kami lalu berjalan kaki ke Money Changer. Hampir semua toko sekitar pasar di pasang teralis. Aneh 'kan? Sesampai di Money Changer, uang yang boleh ditukar hanya dollar. Untung aja uang saya memang hanya tersisa dollar dan saya bisa menukar beberapa ribu peso. Tapi karena orang-orang sekitar Money Changer melihat kita menukar uang, saya jadi su'udzhan lagi. Duh, jadi serem. Uang langsung saya masukkan ke dalam dompet dan kami keluar dari Money Changer. Saya sempat memfoto gambar Jeepney buru-buru karena takut memegang kamera. Jadi blur deh Jeepneynya.
Jeepney nge-blur
Saya dan teman-teman menunggu Jeepney. Jujur aja saya bingung, ini mau naik ke arah mana? Akhirnya salah seorang teman saya si Puput menemukan orang yang tepat untuk bertanya. Ada seorang cewek yang dulu pernah bekerjasama dengan orang Indonesia ketika dia berada di Kuwait. Nggak usah meragukan bahasa inggrisnya. Dia memberi tahukan naik Jeepney yang mana ke Intramuros atau Rizal Park, kalau nggak salah yang ada tulisan Roxas. Cewek itu menyetop Jeepney, berbicara pada bapak sopir untuk menurunkan kami di Rizal Park, dan kami pun naik ke Jeepney yang lumayan sepi waktu itu.
Di dalam jeepney
Sempat bertanya pada bapak sopir berapa ongkosnya dan dia bilang 10 PHP. Sebenarnya kata warga lokal tarif Jeepney itu 8.5 PHP. Ada yang unik dari Jeepney ini. Ternyata penumpang akan memberikan ongkos ke orang di sebelahnya, lalu orang sebelah akan mengoper ongkos ke sebelahnya lagi, sampai akhirnya ke bapak sopir. Kalau ada kembalian, ya dioper lagi. Awalnya agak bengong melihat ada yang memberikan uang ke saya. Pas melihat orang di sekitar baru tau. Pernah sih baca di blog kalau cara membayar Jeepney agak unik, ternyata memang unik. Kalau misalnya mau ambil uang kembalian paling enak tuh yang duduk dibelakang supir. Setiap menerima uang, langsung masuk ke saku celana dan berpura-pura nggak ada tau apa-apa (ini khayalan saya doang). Hahaha.

Perjalanan menuju Rizal Park macetttt. Sama aja kayak di Jakarta. Mana banyak asap. Untung saya bisa menutup hidup dengan jilbab. Ketika tiba di sebuah lampu merah, sopir melihat kami dan menunjuk ke arah kiri dan ternyata sudah sampai ke Rizal Park. Kami turun dari Jeepney dan bersiap menyebrang. Tiba-tiba hujan turun dengan sangaaat deras dan membuat kami terpaksa berteduh ke bawah payung-payung pedagang jalanan. Biar nggak terkesan nebeng banget, kami beli deh snack-snack yang dia jual karena memang udah lapar banget. Saya juga memperhatikan suasana sekitar jalan di Manila yang hampir sama dengan Jakarta. Bahkan di tempat saya berdiri ini mirip di jalan Prof. Dr. Satrio di Jakarta dengan jalan layang di atasnya. Hanya saja, jalan diatas itu merupakan jalur MRT Manila. Saya nggak sempat mencoba naik MRT disini.
Jalan di depan Rizal Park, kayak jalan Satrio
Sempat bertanya pada orang-orang yang ikut berteduh di payung, bagaimana caranya ke Mall of Asia dari Rizal Park. Kebanyakan dari mereka menyarankan naik Jeepney ke arah yang berbeda-beda. Bahkan mereka sampai diskusi dulu sama teman-temannya. Sampai akhirnya menyarankan kita untuk naik taksi dan tetap memperingatkan untuk hati-hati pada pengemudi taksi yang suka menaikkan argo secara tiba-tiba. Duh, jadi bingung sendiri mau naik apa. Ya sudahlah, kami fokus jalan ke Rizal Park aja, mumpung hujan mulai sedikit reda.
Rizal Park
Rizal Park (Filipina : Liwasang Rizal) juga dikenal sebagai Luneta Park adalah taman kota bersejarah yang terletak di sepanjang Roxas Boulevard, Kota Manila, Filipina, berdekatan dengan tembok kota tua Intramuros. Taman ini telah menjadi tempat liburan favorit warga lokal, dan sering dikunjungi pada hari Minggu dan hari libur nasional. Ini adalah salah satu atraksi wisata utama Kota Manila.
Berjalan masuk ke taman
Patung siapa ya?
Lampu lucu
Terletak di tepi Teluk Manila, Luneta juga merupakan situs penting dalam sejarah Filipina. Pengeksekusi mati pahlawan nasional José Rizal pada tanggal 30 Desember 1896, mengobarkan Revolusi Filipina pada tahun yang sama untuk melawan Kerajaan Spanyol. Kawasan itu secara resmi berganti nama menjadi Rizal park untuk menghormati jasanya. Patung José Rizal di tengah-tengah taman merupakan tujuan utama taman ini. Deklarasi Kemerdekaan Filipina dari penjajahan Amerika juga diadakan di sini pada 4 Juli 1946, dan juga unjuk rasa politik yang melibatkan Ferdinand Marcos dan Corazon Aquino pada tahun 1986 yang merupakan puncaknya Revolusi EDSA .
Patung Rizal
Salah satu gedung bersejarah
Kami hanya berfoto dan mengunjungi beberapa bangunan dan monumen sejarah di sekitar Rizal Park. Karena hari semakin malam dan kami belum makan, kami putuskan untuk menyudahi jalan-jalan di taman ini. Kami keluar taman, lalu bingung lagi mau naik apa ke Mall of Asia. Seperti biasa, Puput langsung mendekat ke orang-orang yang terlihat baik untuk bertanya arah Jeepney. Alhamdulillah memang selalu ketemu orang baik. Ada dua cowok yang menyuruh kita naik Jeepney (lupa arahnya), dan disuruh turun di Mc.D. Dari situ nanti naik Jeep berwarna Oranye yang memang mengarah ke Mall of Asia (MOA).

Ketika naik Jeepney, kali ini kita mengumpulkan semua koin receh dan membayar 35 PHP kepada sopir. Kita dapat kembalian 1 PHP. Ternyata memang hanya 8.5 PHP untuk satu kali jalan (single trip). Yang mengherankannya, kenapa sudah hampir satu jam perjalanan tapi Jeepney nggak berhenti di Mc.D. Bahkan penumpang pun udah sepi. Ini bener nggak ya jalannya? Akhirnya Puput nanya lagi ke pasangan yang duduk di depan kami arah menuju MOA. Untung bahasa Inggris mereka sangat fasih. Mereka bilang memang kalau malam minggu jalanan macet dan jarak ke MOA juga jauh. Makanya nggak nyampe-nyampe.

Alhamdulillah akhirnya sampai ke Mc.D. Nggak tawar-menawar lagi, kami langsung mampir untuk makan. Saking laparnya. Yang agak sial, antrian Mc.D panjaaang banget. Mungkin kami menghabiskan 20 menit untuk mengantri. Kasihan teman-teman saya udah pada sakit semua. Akhirnya ketika makanan datang, kami langsung melahapnya, setelah itu langsung minum obat. Untung saya selalu sedia kotak obat di tas. Paling nggak untuk pertolongan pertama.

Kami melanjutkan naik mobil Orange ke MOA. Memang sih sopir mobil udah teriak-teriak MOA! MOA! MOA! Jadi nggak usah takut salah arah. Perjalanan dari Mc. D ke MOA lumayan singkat. Alhamdulillah nggak usah bermacet-macetan dulu kesini. Kami diturunkan di depan MOA dan takjub melihat Mall super luas ini. Luassss bangettt! Duh, males banget kalau harus mengelilingi seluruh Mall dalam satu hari.
SM Mall atau Mall of Asia
MOA
Sempat berfoto di beberapa tempat unik, lalu kami masuk ke dalam Mall. Isi dalam Mall sih biasa aja, cuma memang luassss banget dan banyaaak banget tokonya. Saya kesini cuma pengen beli oleh-oleh Popcorn dan Mangga kering yang terkenal. Kami menemukan toko Kultura di Mall yang berisi semua souvenir dari seluruh Filipina. Disini dijual Dried Mango berbagai macam kemasan. Bahkan ada coklat mangga dan sabun mangga. Semua dari mangga deh ada disini. Saya jadi borong banyak banget Dried Mango dan souvenir (mikirin nggak bawa bagasi agak nyesek). Mana total belanjaan saya sebanyak itu hanya 1,010 PHP. Karena pakai kartu kredit BCA Master Card, kursnya lebih murah, 1 PHP hanya Rp. 272. Jadi total belanjaan hanya Rp. 274,720.
Jajaran toko
Setelah belanja souvenirs, saya masuk ke Hypermarket untuk beli popcorn. Kalian bisa memilih berbagai jenis popcorn disini karena memang variannya banyak banget. Saya jadi belanja banyak lagi deh. Puput malah beli galon karena katanya dia kurang minum. Hahaha. Ya asal sanggup bawa galon sih, ya udah. Oh ya, sempat narik duit di ATM bank lokal Manila.  Kalian tau, biaya tarik tunainya 200 PHP dan biaya menarik di ATM logo Cirrus dan Maestro adalah Rp. 25,000. Mahal banget ya? Tips dari saya sih mending ambil dari 1 ATM, lalu nanti tinggal bagi-bagi aja biaya tarik tunai dan biaya Cirrus dan Maestro. Sayangnya kemarin nggak kepikiran kayak gitu dan kami tarik tunai masing-masing. Jadi hilang deh 800 PHP dan Rp. 100,000.
Wanita pembawa galon
Sebenarnya kalau kami sampai di SM Mall (MOA) ini lebih cepat, mungkin kami bisa menikmati beragam Cafe lainnya, dan nggak usah makan Mc.D. Tapi mau gimana lagi, perut udah lapaarr. Setelah puas belanja di Hypermarket dan plastik jinjingan udah banyak, kami memutuskan untuk balik ke penginapan. Nah, disini baru bingung. Awalnya sih kami bertanya pada satpam. Oh ya, semua satpam di Mall ini membawa senjata laras panjang. Serem banget deh. Eh, ntah itu satpam atau polisi ya? Ketika kami menghampiri seorang satpam dan bertanya dimana menuggu mobil oranye, eh teman-temannya langsung datang mengerubuni kami. Pas tau kami cuma bertanya hal sepele, mereka memandang kami remeh sambil menunjukkan dimana tempat mobil orange. Ah, beda banget sama Jepang yang polisinya ramaah banget.

Kami akhirnya naik mobil Orange sampai ke Mc.D lagi. Dari situ nanya sama orang naik Jeepney yang mana ke Malate dan katanya semua Jeepney lewat sana. Sayangnya di tengah jalan, Jeepney menurunkan kami karena ada penutupan jalan ke Malate. Banyak polisi yang mencegat mobil-mobil untuk nggak lewat jalan itu. Kita menghampiri polisi dan berusaha bertanya jalan, tapi seperti biasa, kita diremehkan dan mereka sok-sok nggak mau jawab. Atau ya menjawab apa yang membuat kami tambah nggak ngerti, lalu menghalau kami seolah-olah mengganggu pekerjaan mereka. Ya elah, sombong banget sihhh!

Akhirnya bertanya sama mbak-mbak di jalan bagaimana cara ke Leveriza Street. Saya bahkan sampai mengeluarkan kamera untuk menunjukkan plang nama jalan yang saya foto. Memang sih beberapa orang disana nggak tau bagaimana cara ke jalan itu, sampai ada mbak-mbak yang akhirnya menuntun kami naik Jeepney. Di dalam Jeepney, kami berusaha nanya orang dimana jalan ke penginapan. Kali ini nggak ada satu pun sepertinya yang bisa bahasa inggris. Mereka terlihat sibuk berdiskusi dimana jalan yang kami tanya, tapi nggak bisa menjelaskan balik kepada kami. Bahkan ada satu cowok asik senyum-senyum nggak jelas melihat kami dan orang-orang di dalam Jeepney kebingungan. Ah, jadi seram melihat orang-orang ini. Sampai akhirnya ada bapak baik hati yang mengajak kita ikut dengannya turun di jalan apaaaa gitu.

Masih berpikiran positif untuk mengikut bapak itu jalan. Dia bilang, sebenarnya banyak Jeepney lewat Leveriza Street. Karena udah lewat tengah malam, banyak Jeepney yang udah nggak jalan. Jadinya harus jalan kaki ke Leveriza. Alhamdulillah bapak ini ternyata rumahnya di jalan yang sama dengan Guest House kami. Dia baik banget karena selalu berusaha mengajak kami mengobrol walaupun dia cuma bisa bahasa Inggris sedikit.
Dried Mango
Sampai di Guest House, saya shalat dan langsung tidur. Karena besok Malaysia Airlines terbangnya agak siang, besok aja deh packing barang. Selamat tidur~~

Desember 23, 2014

From Boracay to Manila

Pesawat dari Kalibo ke Manila berangkat pukul 11:45. Kami keluar penginapan pukul 7:30 karena masih harus mengejar kapal dan mobil ke bandara. Ah, 3 hari yang menyenangkan di Pulau Boracay. Rasanya suatu hari ingin balik lagi kesini deh, sekedar untuk berlibur di sela-sela pekerjaan kantor yang sangat memusingkan. Sebelum berkemas pulang, saya sempat menitipkan kartu pos untuk dikirim kepada teman di Kanada. Saya menitipkannya kepada pelayan hotel yang sedang membuat minuman di pondok di tengah halaman Resort. Dia memang nggak terlalu bisa bahasa inggris, tapi semoga dia mengerti kalau saya minta tolong untuk mengirimkan kartu pos. Saya memberikan 100 PHP padanya, 50 PHP untuk perangko, dan 50 PHP untuknya. Dia tampak mengerti, tapi ntahlah. Semoga kartu pos saya benar-benar dikirim. Awalnya mau meminta tolong pada Jake, tapi takut dia minta banyak duit lagi, hehehe. 
Bersiap pulang
Halaman dan pondok di tengah Resort
Kami meminta Jake untuk memanggilkan Tricycle ke penginapan. Jadi kita nggak usah nenteng-nenteng tas ransel yang udah beranak-pinak dengan tas jinjing ukuran sedang. Kebanyakan beli oleh-oleh jadinya tas ransel yang bertroli jadi nggak cukup lagi. Ini baru belanjaan di Pulau Boracay, belum di Manila. Tricycle akhirnya datang dan kami langsung naik. Kalau mau sewa mobil ke dermaga, harganya 200 PHP dan Jake yang menyetir. Agak mahal sih memang, kecuali kalau kita rame. Oh ya, kita nggak lupa minta Jake untuk mengambil foto sedang naik Tricycle untuk pamer ke teman-teman di Indonesia, hihihihi. Kami lalu berpamitan kepada Jake, dan meluncur ke dermaga dengan tarif yang sama 100 PHP.
Menunggu Tricycle
Naik Tricycle
Sampai ke dermaga, kami harus membayar 100 PHP perorang untuk Terminal Fee. Setelah itu, kami langsung masuk ke ruang tunggu. Di postingan awal ke Boracay, saya belum menunjukkan foto dermaga untuk menyebrang dari Kalibo ke Boracay karena udah capek banget, kepala pusing, dan nggak mood ngeluarin kamera. Sekarang saya tunjukkan semua fotonya.
Loket untuk membayar Boat, tapi kami nggak membayar disini
Loket untuk membayar Terminal Fee
Penunjuk arah
Terminal Fee 100 PHP
Seperti yang saya katakan di beberapa postingan sebelum ini, kita nggak perlu menunggu lama untuk naik ke kapal penyebrangan. Nggak akan nyasar juga atau bertanya-tanya mau naik kapal yang mana, karena arah dan papan penunjuk semua jelas dan ditulis dengan bahasa Inggris. Tinggal ikutin aja papan penunjuk atau ikutin turis-turis kemana. Sampai akhirnya kalian akan sampai di kapal. Nah, pas mau naik kapal, tangganya sempit dan seram, untung ada pegangan dan dipegangin juga sama awak kapal.
Penunjuk arah ke kapal
Menuju dermaga
Penunjuk arah ke kapal
Kapal ikan
Menuju dermaga
Kapal untuk menyebrang
Setelah di dalam kapal, pakai Life Vest, dan duduk kira-kira 15 menit sampai ke Pulau Kalibo. Kemudian keluar kapal, melintasi jembatan sempit lagi, dan sampai di Caticlan Jetty Airport.
Kapal yang kami naiki
Ayo naik
Duduk di dalam kapal
Foto dari dalam kapal
Sekitar kapal
Sampai ke Dermaga Kalibo
Berbaris naik ke dermaga
Dermaga Kalibo
Mendung
Kapal-kapal yang sedang menepi
Di depan dermaga
Kalian nggak usah pusing nyari mobil atau travel ke Kalibo International Airport karena banyak banget yang menawarkannya di depan dermaga. Kali ini saya naik mobil yang lumayan enak, ada sandaran kursi yang terpenting, dengan tarif 200 PHP. Agak lebih mahal dari travel sewaktu kita berangkat. Ntah kenapa, perjalanan dari dermaga ke bandara hanya memakan waktu 1 jam. Berbeda dengan sewaktu kami berangkat dari bandara ke dermaga memakan waktu 2 jam. Mungkin jalannya menurun kali yah? Apa nggak terasa karena saya tidur sepanjang jalan juga ya?

Sesampai di bandara, sempat takut kalau tas kami ditimbang dan lebih dari 7 kg. Untungnya bandara Kalibo nggak terlalu ketat. Mereka membiarkan saja kami cek in Cebu Pacific Airlines tanpa memperhatikan ukuran atau berat tas. Di bandara ini kami harus membayar Airport Tax sebesar 150 PHP, lalu masuk ke ruang tunggu.

Bandara Kalibo ini memiliki ruang tunggu yang kecil, sedangkan penumpang pesawat banyak banget. Orang-orang pada nggak kebagian tempat duduk. Karena lapar, saya dan teman saya naik ke lantai 2 untuk mencari sarapan. Kami beruntung mendapatkan wafel dengan harga 20 PHP. Kami beli wafel 5 bungkus dan air mineral 2 botol dengan total 140 PHP. Lumayan untuk mengganjal perut sebelum minum obat. Oh ya, teman-teman saya banyak yang jatuh sakit. Mungkin karena perjalanan terlalu jauh, hujan, dan kelamaan berenang juga.

30 menit sebelum pesawat berangkat, kami bisa juga duduk di ruang tunggu karena banyak penumpang yang akhirnya naik ke pesawat. Kami pun akhirnya boarding dan mengucapkan sampai jumpa pada Pulau Boracay. Penerbangan dari Kalibo ke Manila hanya menempuh waktu 45 menit. Baru memejamkan mata sebentar, eh udah mendarat.

Di Ninoy Aquino International Airport, jangan asal menaiki taksi karena penipuan (scam) di dalam taksi sangat tinggi di Manila. Bahkan supir taksi pun menipu orang lokal sendiri. Nah, dari beberapa sumber yang saya baca, sebaiknya kita naik Yellow Taxi. Jangan tanya antriannya yang super panjanggg. Saya menunggu satu jam sampai akhirnya bisa naik taksi. Teman saya yang duduk di kursi depan menunjukkan alamat Makabata Guest House, nama penginapan kami di Manila. Ternyata penginapan yang satu ini sulit banget ditemukan. Memang sih, Leveriza Street Malate itu gampang dicari, tapi penginapannya ntah dimana.

Alhamdulillah sopir taksinya baik. Dia dengan sabar mencari dan bertanya dimana posisi penginapan. Kami udah bolak-balik masuk pasar, melewati gang, dan lapangan sepak bola, baru akhirnya tiba di depan Makabata Guest House dan membayar taksi sebesar 270 PHP. Kami lalu cek in, sayangnya kamar kami belum siap karena tamu sebelumnya telat cek out. Oh ya, resepsionis penginapan ini sangat jago berbahasa Inggris. Dia juga mengira saya berasal dari Arab Saudi, hahaha.

Karena perut sangat lapar, saya dan teman saya keluar sebentar dari Guest House untuk mencari cemilan. Awalnya mau beli sandwich di Cafe penginapan, tapi duit kita nggak cukup lagi. Hahaha. Mungkin hanya tersisa 300 PHP. Kami menemukan pedagang pinggir jalan yang sedang menjual PisCok (Pisang Coklat). Nama PisCok disini 'Toronto Banana'. Hahaha. Kalau disingkat pasti ToBan (ini karangan saya aja). ToBan disini murah, cuma 5 PHP. Minuman es jelly cuma 2 PHP. Mereka nggak rugi ya jual semurah itu? Trus kami beli kue bola-bola telur. Yang telur puyuh 5 PHP, yang telur ayam 10 PHP. Pokoknya saya beli banyak banget dengan total hanya 110 PHP. Jadinya sambil menunggu kamarnya siap, kami ngemil dulu.

Kekurangan penginapan ini adalah nggak ada lift (elevator). Mana kamar kami di lantai 5 lagi. Untung aja resepsionisnya mau ngebantuin kami mengangkat tas ke kamar. Untung pun tas kami kecil. Coba kalau bawa koper? Wah, bisa mampus si mas resepsionis. Kami juga nggak nyangka kalau kamar yang kami dapat begitu luas. Ada beranda, dapur kecil, dan lemari. Kami hanya membayar Rp. 555,000 dibagi 4 orang untuk satu malam. Murah banget 'kan?

Selanjutnya nanti saya ceritakan bagaimana kondisi Manila. Sampai jumpa!

Desember 22, 2014

Around Willy's Rock

Perahu yang menjemput kami dari Crystal Cove Island akhirnya tiba. Kata Guidenya, kita akan dibawa ke Pulau Kalirohan. Ntah saya salah dengar atau saya salah menulis, pokoknya kalau cari di Google, saya nggak menemukan nama pulau ini. Keistimewaan dari pulau ini hanya Sand Castle (Istana Pasir). Selain itu nggak ada. Kami mampir disini cuma 10 menit, berfoto, lalu naik lagi ke atas perahu dan melanjutkan perjalanan. Oh ya, kami membayar 20 PHP untuk pembuat istana pasir.
Sand Castle
Sand Castle ini bisa kita jumpai juga di White Beach Station 1. Hanya saja, sekarang pemerintah Boracay melarang pembangunan Sand Castle di White Beach karena nggak mau mengurangi kualitas dan kuantitas pasirnya. Bahkan ditakutkan nanti akan terjadi erosi. Dari sumber yang saya baca, kalau mau membuat Sand Castle di White Beach harus bayar dulu. Makanya kalau mau berfoto dengan Sand Castle disini bayarnya perorang lebih mahal daripada Pulau Kalirohan. Kalau di Pulau Kalirohan hanya bayar 20 PHP untuk seluruh jepretan, nah kalau di Station 1 White Beach harus membayar 20 PHP per 1 kali jepretan. Mahal banget yah?!

Sebenarnya perahu yang kami naiki akan kembali ke Station 3 lagi (tempat dimana dia menaikkan kami awalnya). Tapi karena kami minta Jake untuk bilang ke Guide kalau kami ingin diturunkan ke Willy's Rock, sekalian mau hunting sunset disana, jadinya kami diturunkan di Station 1. Mana diturunkannya nggak di pesisir melainkan 50 meter dari pesisir, jadinya basah lagi baju saya.
Willy's Rock
Ada apa di Willy's Rock? Kalian bisa melihat bebatuan besar yang terletak 50 meter dari pesisir pantai White Sand. Memang sih, sejauh mata memandang di pantai White Sand, hanya ada laut, laut, dan laut, kecuali Willy's Rock ini. Di sisi paling atas bebatuan terdapat patung Bunda Maria. Mungkin karena agama mayoritas penduduk Filipina adalah Katolik. Willy's Rock adalah salah satu tempat yang paling banyak dipotret (diambil fotonya) di Pulau Boracay. Bahkan ada yang bilang, kalau udah ke Boracay, belum sah kalau belum berfoto disini. Ya udah deh biar sah, saya berfoto dulu.
Udah sah ke Boracay
Selanjutnya saya hanya menghabiskan waktu di pantai White Sand sekitar Willy's Rock sambil menunggu Sunset. Sempat melihat ada yang sedang menggelar resepsi pernikahan. Keren banget sih pemandangan disini untuk foto Prewed atau foto pernikahan. Apalagi pas banget ketika matahari tenggelam. Saya juga melihat banyak orang membawa tongsis. Biar eksis, mereka menanam tongsis di pasir, lalu mereka bergaya sepuasnya. Bahkan gayanya menurut saya udah sangat lebay, hahaha.
Ada resepsi pernikahan
Matahari tenggelam
Karena sudah malam, saya dan teman-teman berjalan menuju D'Mall karena mau membeli tumbler Starbucks titipan teman saya. Kaki saya udah lecet parah, saya nggak pakai sendal lagi dan berjalan di atas pasir pantai yang sangat sangat lembut. Saya melihat banyak yang membuat istana pasir di Station 1 ini tapi saya udah nggak mood mengambil foto. Mana tiba-tiba hujan deras turun. Aneh banget, padahal nggak ada awan mendung. Kami jadi berteduh di payung-payung Cafe pinggir pantai sampai hujan reda. Eh nggak lama kami berjalan, langsung ketemu Starbucks yang berarti kami sudah berada di dekat D'Mall. Saya membeli tumbler dengan harga 525 PHP.

Kami lalu jalan menuju D'Mall. Terpaksa deh pakai sendal lagi karena butiran pasir udah sedikit dan telapak kaki jadi sakit. Yang pertama kita lakukan adalah mampir ke tempat makan. Kali ini kami mencoba Cafe bernama Mang Inasal. Aneh ya namanya. Cafe ini rameee banget. Pas ngeliat harganya juga murah, hanya sekitar 70-100 PHP untuk paket makanan sudah termasuk minuman yang bottomless (bisa refill).
Mang Inasal
Ayam Bakar
Bihun telur
Makanan yang paling populer disini adalah ayam bakar kecap. Sayangnya disini nggak ada sambel. Coba kalau ada, apalagi sambelnya seperti sambel di Bebek Kaleyo, wuihhh pasti mantappp. Kami jadi membuat bumbu racikan sendiri, yaitu kecap asin dicampurkan cabe rawit dan jeruk purut. Baru terasa enaknya. Oh ya, sebagai makanan pencuci mulut, kami memesan Halo-Halo seharga 70 PHP (kalau nggak salah). Halo-halo ini berupa es buah dan es jelly dengan satu skup es krim. Sayangnya karena malam itu ramee banget Cafenya, kami nggak kebagian es krim. Tapi nggak apa-apa deh.
Halo-halo
Selesai makan, hujan turun lagi. Kami jadi berteduh di Money Changer, sekalian menukarkan uang Dollar saya. Walaupun harga barang dan makanan di Boracay ini murah, tapi karena sering belanja, duit jadi habis juga. Setelah hujan reda, kami berkeliling D'Mall dan berfoto di beberapa tempat sampai batre kamera saya habis total. D'Mall ini mirip jalan-jalan di Jimbaran Bali dengan berbagai toko berderetan.
Suasana pertokoan di D'Mall
Karena kaki udah semakin sakit, saya dan teman-teman balik ke penginapan dengan menaiki Tricycle dengan tarif 40 PHP. Jarak D'Mall dan Facebook Resort lumayan jauh kalau jalan kaki. Sesampai di penginapan, kami mandi dan ganti baju kering. Baru kemudian keluar lagi untuk mencari oleh-oleh dan mau melihat suasana nightlife di sekitar Pantai White Beach. Sayangnya karena hujan dan kami sudah sangat capek, jadi jalan-jalan di pesisir pantai hanya sebentar. Sempat beli Mango Shake tapi rasanya agak asam. Nggak se-enak di Puka Beach.
Suasana malam di White Beach
Akhirnya kami memutuskan kembali ke D'Talipapa untuk belanja oleh-oleh. Disana kami belanja kaos, magnet kulkas, gantungan kunci, Snow in The Globe, dan lainnya. Saya nggak mengambil foto hasil belanjaan kami karena udah terlalu capek. Balik ke penginapan, packing sebentar, lalu langsung tidur...

Follow me

My Trip