Saya sengaja bangun siang karena semalem terlalu capek mengitari kota Manila yang hampir mirip kota Jakarta. Bahkan menurut saya, Jakarta masih jauh lebih baik dan bagus tata kotanya dibandingkan dengan Manila. Setidaknya di Jakarta, saya masih merasa aman berjalan kaki sendiri tanpa curiga dengan orang lain.
Setelah puas berguling-guling di kasur, saya bangun dan packing. Tas ransel emang udah nggak cukup lagi. Untung aja tas jinjing yang beli di Boracay bisa memuat banyak barang. Saya menaruh baju kotor dan basah di ransel sedangkan baju bersih di tas jinjing. Setelah barang beres dimasukkan ke dalam tas, kami semua turun untuk sarapan.
Kami memang dapat free breakfast dari Guest House seharga 100 PHP. Lumayan banget 'kan? Saya pesan Sandwich karena porsinya besar. Kalau kalian mau pesan sosis, lebih baik mengkonfirmasi terlebih dahulu daging untuk pembuatan sosis karena bisa aja nggak halal. Saya tidak memfoto makanan untuk sarapan karena nggak bawa handphone atau kamera untuk turun, Lagian waktu itu, WIFI penginapan sedang tidak berfungsi. Oh ya, saya mau menitipkan kartu pos untuk dikirimkan ke teman saya di Kanada (lagi) pada resepsionis. Sayangnya, resepsionis yang cewek sama sekali nggak bisa bahasa Inggris deh kayaknya. Saya juga sudah mengarahkan dengan bahasa isyarat untuk minta tolong dikirimkan kartu pos tapi tetap nggak berhasil. Bahkan berkali-kali memanggil saya dan teman saya yang cewek dengan panggilan "Mom" bukan "Ma'am". Oh ya, selama di Filipina, saya sering banget dipanggil "Mom". Aih, sejak kapan saya jadi ibu kamu? Hahahaha.
Selesai makan, saya dan teman-teman bergantian mandi. Mumpung waktu keberangkatan pesawat masih lama, jadi kita masih agak nyantai beres-beres. Selesai semua mandi, kebetulan resepsionis cowok datang menghampiri kami ke kamar karena mau memberitahu kalau WIFI udah kembali normal. Saya akhirnya minta tolong untuk mengirimkan kartu pos dengan memberikan uang 100 PHP dan dia langsung setuju dengan senang hati. Bahkan sampai tulisan ini saya posting, kartu pos Manila sudah tiba dengan selamat di Kanada. Karena barang kami juga sudah beres di packing, kami juga jadi minta tolong untuk menurunkan ransel. Kebayang kalau harus menurunkan ransel dari lantai 5. Tapi beberapa teman saya menurunkan ransel sendiri dan sampai kebawah mereka jadi keringetan lagi.
Kami cek out lalu mengkonfirmasi apakah taksi sudah dipesan? Semalam sempat bilang ke satpam untuk memesan taksi, tapi sepertinya satpamnya lupa. Untungnya dia langsung mencegat taksi berwarna putih (ukuran sedang seperti mobil avanza) di jalan. Duh, saya jadi takut taksinya menipu argo. Kami udah menyiapkan beberapa uang ribuan rupiah. Kalau mereka minta ribuan peso, ya kasih aja ribuan rupiah (ini tips yang saya baca kalau kita ditipu sopir taksi di Manila, kasih aja uang ribuan rupiah. Biasanya mereka tercengang karena duit kita banyak ribuan. Hahahaha).
Lama perjalanan dari penginapan ke Bandara sekitar 30 menit dengan argo sekitar 200 PHP. Walaupun sopirnya udah tua dan terlihat mencurigakan, tapi ternyata orangnya baik. Kami menurunkan semua barang dulu, baru membayarkan duit ke supir. Pak supir sempat heran melihat kami karena belum bayar sampai dia bilang, "Bayar!" dan kami bilang "Wait!" Setelah memberikan 300 PHP, kami berlari masuk bandara sebelum dia minta lebih banyak. Saya melihat beberapa sopir taksi sedang meminta uang lebih kepada penumpang ketika menurunkan mereka di depan pintu Keberangkatan. Alhamdulillah sopir taksi kami baik.
Saya dan teman-teman mengantri di konter Malaysia Airlines yang udah buka. Bandara Manila memang memberlakukan peraturan sangat ketat untuk berat barang yang boleh dimasukkan ke kabin pesawat. Ransel kita semua ditimbang dan semuanya nggak lolos masuk kabin. Beratnya rata-rata udah 9-10 kg. Mau nggak mau ya masukin ke bagasi. Memang sih kalau naik Malaysia Airlines itu dapat bonus bagasi 30 kg. Tapi sebenarnya agak malas masukin barang ke bagasi karena kami mau berhenti di Kuala Lumpur sedangkan penerbangan saya connecting flight ke Singapore. Akhirnya setelah giliran saya cek in, saya dan teman-teman langsung masuk ke 1 konter cek in secara bersamaan karena nama kami ada dalam 1 tiket. Ternyata kami cuma boleh cek in satu persatu, dan untung aja sempat nge-print banyak tiket untuk pegangan masing-masing.
Disini agak ribet. Saya bilang kepada petugas bandara kalau saya nggak mau melanjutkan penerbangan ke Singapore dan teman-teman saya melaporkan hal yang sama seperti saya. Hal ini membuat petugas bandara agak kaget. Mereka meminta tiket saya pulang ke Indonesia, mungkin takut mau jadi TKI kali ya di Malaysia. Setelah tiket pulang saya tunjukkan, lalu datang petugas satu lagi bertanya, "Why don't you continue your trip to Singapore, Ma'am?" (kenapa nggak melanjutkan perjalanan ke Singapore?) Saya jawab, "Because i wanna spend my holiday in Kuala Lumpur." (Karena saya mau menghabiskan liburan di Kuala Lumpur). Beberapa petugas lalu berdiskusi dan akhirnya memasukkan ransel saya ke belakang (untuk dimasukkan ke bagasi). Karena penasaran, saya bertanya, "Is there any problem with it?" (ada masalah?) Petugas menjawab, "No Ma'am. It's just the procedure because we have to report to Kuala Lumpur Airport and Singapore Airport that some passengers are not continue their trip. So we have to tell them the reason." (Nggak ada. Ini hanya prosedur karena kita harus melapor ke bandara di Kuala Lumpur dan Singapur karena ada penumpang yang nggak melanjutkan perjalanan ke Singapur. Jadi kita harus memberitahukan alasannya kepada mereka). Saya mengangguk-angguk dan akhirnya menerima boarding pass yang hanya berakhir di Kuala Lumpur, begitu juga dengan bagasi kita. Begitu juga dengan teman saya yang lain. Awalnya kami tertahan sekitar 10 menit untuk cek in, tapi alhamdulillah akhirnya lancar-lancar aja.
Kami lalu mengantri imigrasi dan pengecekan barang sebelum masuk Boarding Gate. Kami sempat berbelanja dulu untuk menghabiskan pecahan uang PHP receh. Teman saya bahkan sempat makan mie gelas dulu karena lapar. Lumayan uang receh bisa beli snack untuk cemilan. Saya juga membeli beberapa magnet kulkas lagi dan popcorn. Setelah beres belanja, kami masuk ke Boarding Gate. Petugas bandara pada saat itu kurang ramah. Mereka dengan sombong melihat wajah kita, memeriksa isi tas jinjing, dan akhirnya menyobek Boarding Pass. Heran deh, kenapa sedikit sekali orang ramah di Manila?
Kami akhirnya naik ke pesawat. Waktu itu saya pengen pipis banget. Tips untuk yang mau ke toilet pesawat, sebaiknya sebelum pesawat terbang karena toilet masih bersih banget. Kalau di tengah perjalanan biasanya toilet udah banyak hal-hal yang menyeramkan, hiiii. Sepanjang perjalanan selama 3,5 jam di Malaysia Airlines emang nggak bosan sama sekali. Sejam pertama saya tidur. Sejam kedua saya makan siang sambil mengobrol. Sejam ketiga saya nonton dan ketiduran lagi, lalu mendarat. Memang beda yang pesawat sekelas Malaysia Airlines, pelayanannya mantap.
Sesampainya kami di Kuala Lumpur International Airport, ada hal yang menyebalkan. Antrian imigrasi panjaaaaaaaaaang bangettt! Mana kami salah mengantri di bagian yang banyak para pelajar dari Jepang. Mereka nggak berbaris mengantri, malah mengobrol dan mengerubuni satu sama lain. Duh, saya juga salah mengambil antrian di belakang mereka dan saat itu juga nggak semua meja imigrasi buka. Kami menghabiskan waktu 1 jam hanya untuk mengantri seperti itu. Wah, kalau ada connecting flight, udah ketinggalan pesawat. Teringat dulu di LCCT, antrian juga super panjang tapi hanya 20 menit kami bisa mendapat stempel dari imigrasi. Ngomong-ngomong untuk urusan stempel, ntah kenapa petugas imigrasi menandatangani di atas stempel dan menuliskan kode penerbangan Malaysia Airlines. Hmm, kenapa ya?
Om dan tante teman saya sudah menunggu kami. Hari sudah malam dan hujan. Kayaknya seluruh Asia Tenggara memang hujan sih bulan segini. Kami berangkat ke Putra Jaya. Ini kali pertama saya kesini dan takjub melihat arsitektur bangunannya sangat modern. Putra Jaya adalah pusat administrasi Malaysia yang menggantikan posisi Kuala Lumpur. Didirikan pada 19 Oktober 1995, namanya diambil dari nama Perdana Menteri Malaysia yang pertama, Tunku Abdul Rahman Putra dan juga menjadi wilayah persekutuan Malaysia yang ketiga (2 wilayah lainnya adalah Kuala Lumpur dan Labuan).
Terletak di 25 km sebelah selatan dari Kuala Lumpur, Putra Jaya berfungsi sebagai pusat administrasi federal Malaysia. Pusat pemerintahan dialihkan pada tahun 1999 dari Kuala Lumpur ke Putrajaya, karena kepadatan penduduk dan kemacetan di wilayah Kuala Lumpur. Namun, Kuala Lumpur tetap ibukota negara Malaysia, serta pusat komersial dan keuangan negara. Kota ini juga terhubung dengan Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) serta Kuala Lumpur dengan KLIA Transit. Letaknya ini juga berada dalam Multimedia Super Corridor, begitu juga dengan Cyberjaya yang terletak di barat Putrajaya.
Saya dan teman-teman memang berkeliling Putra Jaya, tapi hanya berhenti dan berfoto di beberapa tempat saja karena hujan. Mana beberapa teman saya udah pada sakit. Awalnya pengen berfoto di Mesjid Besi atau biasa disebut Mesjid Tuanku Mizan Zainal Abidin, tapi nggak jadi. Kami hanya berfoto di Mesjid Putra, Kantor Perdana Mentri, dan jembatan Putra Jaya yang berwarna-warni ketika malam hari.
Pintu Kantor Perdana Mentri |
Kantor Perdana Mentri |
Di Depan Mesjid Putra |
Jembatan Putra Jaya |
Selesai puas main di Putra Jaya, kami pergi ke IOI Mall. Lagi pengen banget makan Nando's atau Peri-peri Chicken karena udah lama nggak makan disini. Setelah memesan makanan, kami berkeliling Mall dulu untuk mencari Money Changer. Udah capek jalan kesana-sini, eh ternyata Money Changernya berdekatan dengan Nando's. Sewaktu kami balik ke Nando's, makanan sudah tersedia dan kami langsung melahapnya. Mungkin karena udah jam 8:30 malam jadi laperr banget. Oh ya, kemaren itu Nando's rame banget. Jadinya nggak sempat mengambil saus Peri-peri yang pedas enak itu karena udah pada diambil duluan oleh orang lain.
Makan Nando's |
Selesai menyantap Nando's, awalnya saya berharap ada toko Vincci di IOI Mall. Sayangnya nggak ada. Padahal udah menukar uang lumayan banyak untuk belanja Vincci karena pas kami berada di Kuala Lumpur sedang ada 3 Days Sale. Yah, belum rejeki ternyata. Sepulang dari IOI Mall, kami mengunjungi KLCC sekitar pukul 11 malam. Sayangnya pertokoan disana juga udah pada tutup. Hanya mengambil gambar KLCC sebentar, lalu pulang.
KLCC |
Kita semua menginap sebentar di rumah Omnya teman saya beberapa jam. Tiba di rumahnya jam 12 malam, lalu berangkat lagi ke bandara jam 5 pagi. Agak mepet sih jadwalnya tapi keburu juga. Saya dan teman-teman beda pesawat (saya Lion Air dan mereka Air Asia), dan jadwal keberangkatan saya lebih lambat. Setelah cek in, masih sempat shalat Shubuh di Surau KLIA2 dan berjalan-jalan. Baru nyadar kalau saya sama sekali nggak memegang duit Ringgit sepeser pun. Padahal The Body Shop lagi diskon. Ah, bahkan beli air minum aja nggak ada duit. Ya udah, pasrah sampai mendarat ke Soekarno Hatta.
Baiklah, di postingan selanjutnya saya akan memposting tentang kesimpulan dan biaya perjalanan saya ke Filipina. Jangan sampai nggak baca ya :)
2 comments:
nah yang ditunggu temen2 tentu pengalaman berhitungnya nanti, hehe
soalnya bagaimanapun, faktor bekal dan tiket menjadi paling utama saat seperti ini. ditunggu Mbak Meutia.
Untung nggak ikutan naik pesawat yang jatuh kemarin kak :'(
Posting Komentar