Kali ini saya akan bercerita tentang kota Manila. Setelah mandi dan beres-beres sejenak di hotel, kami turun ke lobi penginapan dan mengobrol sebentar dengan resepsionis untuk menanyakan arah. Saya bertanya bagaimana caranya kalau mau pergi ke Intramuros dan Rizal Park, yang merupakan landmark terkenal di Manila, dan juga Mall of Asia. Resepsionis bilang kalau kita sebaiknya menggunakan Jeepney, sejenis angkutan kota (angkot) yang khas di Manila. Saya sih sebenarnya agak malas naik Jeepney karena terlihat agak menyeramkan. Saya tanya, bagaimana kalau naik taksi? Taksi mana yang nggak bakalan menipu kita? Dan dia menjawab, nggak ada yang pasti dari taksi karena walaupun pakai argo, argo mereka juga udah di rombak jadi cepet banget naiknya. Kata resepsionis, biasanya kalau dari bandara ke Makabata Guest House ini naik taksi sekitar 300 PHP, dan kami bilang kalau tadi kami hanya membayar 270 PHP, dan itu hal yang sangat langka. Alhamdulillah.
Oh ya, sebagai informasi, salah satu landmark yang paling terkenal di Manila adalah Intramuros. Kalian bisa berkeliling tempat ini untuk mengetahui hasil peninggalan bangsa Spanyol ketika menjajah Filipina. Sayangnya karena udah malam, kami nggak kesana. Jadi hanya memutuskan untuk main di Rizal Park saja.
Suasana kota Manila |
Permasalahannya sekarang, uang kami semua sudah sekarat. Kami juga bertanya dimana Money Changer. Ternyata tempat Money Changer ada di pasar. Berhubung saya orangnya gampang lupa arah dan jalan, saya foto deh kondisi jalan dan plang nama jalan. Daripada nanti nyasar atau pengucapannya dalam bahasa Tagalog beda, jadi lebih baik difoto aja.
Leveriza Street |
Kalian tau, kondisi Manila mungkin memang nggak seaman Jakarta. Bahkan untuk mengeluarkan kamera di pasar aja saya agak takut karena orang-orang memperhatikan saya. Setelah memfoto nama jalan, kamera nggak saya kalungin, melainkan langsung masukin tas. Kami lalu berjalan kaki ke Money Changer. Hampir semua toko sekitar pasar di pasang teralis. Aneh 'kan? Sesampai di Money Changer, uang yang boleh ditukar hanya dollar. Untung aja uang saya memang hanya tersisa dollar dan saya bisa menukar beberapa ribu peso. Tapi karena orang-orang sekitar Money Changer melihat kita menukar uang, saya jadi su'udzhan lagi. Duh, jadi serem. Uang langsung saya masukkan ke dalam dompet dan kami keluar dari Money Changer. Saya sempat memfoto gambar Jeepney buru-buru karena takut memegang kamera. Jadi blur deh Jeepneynya.
Jeepney nge-blur |
Saya dan teman-teman menunggu Jeepney. Jujur aja saya bingung, ini mau naik ke arah mana? Akhirnya salah seorang teman saya si Puput menemukan orang yang tepat untuk bertanya. Ada seorang cewek yang dulu pernah bekerjasama dengan orang Indonesia ketika dia berada di Kuwait. Nggak usah meragukan bahasa inggrisnya. Dia memberi tahukan naik Jeepney yang mana ke Intramuros atau Rizal Park, kalau nggak salah yang ada tulisan Roxas. Cewek itu menyetop Jeepney, berbicara pada bapak sopir untuk menurunkan kami di Rizal Park, dan kami pun naik ke Jeepney yang lumayan sepi waktu itu.
Di dalam jeepney |
Sempat bertanya pada bapak sopir berapa ongkosnya dan dia bilang 10 PHP. Sebenarnya kata warga lokal tarif Jeepney itu 8.5 PHP. Ada yang unik dari Jeepney ini. Ternyata penumpang akan memberikan ongkos ke orang di sebelahnya, lalu orang sebelah akan mengoper ongkos ke sebelahnya lagi, sampai akhirnya ke bapak sopir. Kalau ada kembalian, ya dioper lagi. Awalnya agak bengong melihat ada yang memberikan uang ke saya. Pas melihat orang di sekitar baru tau. Pernah sih baca di blog kalau cara membayar Jeepney agak unik, ternyata memang unik. Kalau misalnya mau ambil uang kembalian paling enak tuh yang duduk dibelakang supir. Setiap menerima uang, langsung masuk ke saku celana dan berpura-pura nggak ada tau apa-apa (ini khayalan saya doang). Hahaha.
Perjalanan menuju Rizal Park macetttt. Sama aja kayak di Jakarta. Mana banyak asap. Untung saya bisa menutup hidup dengan jilbab. Ketika tiba di sebuah lampu merah, sopir melihat kami dan menunjuk ke arah kiri dan ternyata sudah sampai ke Rizal Park. Kami turun dari Jeepney dan bersiap menyebrang. Tiba-tiba hujan turun dengan sangaaat deras dan membuat kami terpaksa berteduh ke bawah payung-payung pedagang jalanan. Biar nggak terkesan nebeng banget, kami beli deh snack-snack yang dia jual karena memang udah lapar banget. Saya juga memperhatikan suasana sekitar jalan di Manila yang hampir sama dengan Jakarta. Bahkan di tempat saya berdiri ini mirip di jalan Prof. Dr. Satrio di Jakarta dengan jalan layang di atasnya. Hanya saja, jalan diatas itu merupakan jalur MRT Manila. Saya nggak sempat mencoba naik MRT disini.
Jalan di depan Rizal Park, kayak jalan Satrio |
Sempat bertanya pada orang-orang yang ikut berteduh di payung, bagaimana caranya ke Mall of Asia dari Rizal Park. Kebanyakan dari mereka menyarankan naik Jeepney ke arah yang berbeda-beda. Bahkan mereka sampai diskusi dulu sama teman-temannya. Sampai akhirnya menyarankan kita untuk naik taksi dan tetap memperingatkan untuk hati-hati pada pengemudi taksi yang suka menaikkan argo secara tiba-tiba. Duh, jadi bingung sendiri mau naik apa. Ya sudahlah, kami fokus jalan ke Rizal Park aja, mumpung hujan mulai sedikit reda.
Rizal Park |
Rizal Park (Filipina : Liwasang Rizal) juga dikenal sebagai Luneta Park adalah taman kota bersejarah yang terletak di sepanjang Roxas Boulevard, Kota Manila, Filipina, berdekatan dengan tembok kota tua Intramuros. Taman ini telah menjadi tempat liburan favorit warga lokal, dan sering dikunjungi pada hari Minggu dan hari libur nasional. Ini adalah salah satu atraksi wisata utama Kota Manila.
Berjalan masuk ke taman |
Patung siapa ya? |
Lampu lucu |
Terletak di tepi Teluk Manila, Luneta juga merupakan situs penting dalam sejarah Filipina. Pengeksekusi mati pahlawan nasional José Rizal pada tanggal 30 Desember 1896, mengobarkan Revolusi Filipina pada tahun yang sama untuk melawan Kerajaan Spanyol. Kawasan itu secara resmi berganti nama menjadi Rizal park untuk menghormati jasanya. Patung José Rizal di tengah-tengah taman merupakan tujuan utama taman ini. Deklarasi Kemerdekaan Filipina dari penjajahan Amerika juga diadakan di sini pada 4 Juli 1946, dan juga unjuk rasa politik yang melibatkan Ferdinand Marcos dan Corazon Aquino pada tahun 1986 yang merupakan puncaknya Revolusi EDSA .
Patung Rizal |
Salah satu gedung bersejarah |
Kami hanya berfoto dan mengunjungi beberapa bangunan dan monumen sejarah di sekitar Rizal Park. Karena hari semakin malam dan kami belum makan, kami putuskan untuk menyudahi jalan-jalan di taman ini. Kami keluar taman, lalu bingung lagi mau naik apa ke Mall of Asia. Seperti biasa, Puput langsung mendekat ke orang-orang yang terlihat baik untuk bertanya arah Jeepney. Alhamdulillah memang selalu ketemu orang baik. Ada dua cowok yang menyuruh kita naik Jeepney (lupa arahnya), dan disuruh turun di Mc.D. Dari situ nanti naik Jeep berwarna Oranye yang memang mengarah ke Mall of Asia (MOA).
Ketika naik Jeepney, kali ini kita mengumpulkan semua koin receh dan membayar 35 PHP kepada sopir. Kita dapat kembalian 1 PHP. Ternyata memang hanya 8.5 PHP untuk satu kali jalan (single trip). Yang mengherankannya, kenapa sudah hampir satu jam perjalanan tapi Jeepney nggak berhenti di Mc.D. Bahkan penumpang pun udah sepi. Ini bener nggak ya jalannya? Akhirnya Puput nanya lagi ke pasangan yang duduk di depan kami arah menuju MOA. Untung bahasa Inggris mereka sangat fasih. Mereka bilang memang kalau malam minggu jalanan macet dan jarak ke MOA juga jauh. Makanya nggak nyampe-nyampe.
Alhamdulillah akhirnya sampai ke Mc.D. Nggak tawar-menawar lagi, kami langsung mampir untuk makan. Saking laparnya. Yang agak sial, antrian Mc.D panjaaang banget. Mungkin kami menghabiskan 20 menit untuk mengantri. Kasihan teman-teman saya udah pada sakit semua. Akhirnya ketika makanan datang, kami langsung melahapnya, setelah itu langsung minum obat. Untung saya selalu sedia kotak obat di tas. Paling nggak untuk pertolongan pertama.
Kami melanjutkan naik mobil Orange ke MOA. Memang sih sopir mobil udah teriak-teriak MOA! MOA! MOA! Jadi nggak usah takut salah arah. Perjalanan dari Mc. D ke MOA lumayan singkat. Alhamdulillah nggak usah bermacet-macetan dulu kesini. Kami diturunkan di depan MOA dan takjub melihat Mall super luas ini. Luassss bangettt! Duh, males banget kalau harus mengelilingi seluruh Mall dalam satu hari.
SM Mall atau Mall of Asia |
MOA |
Sempat berfoto di beberapa tempat unik, lalu kami masuk ke dalam Mall. Isi dalam Mall sih biasa aja, cuma memang luassss banget dan banyaaak banget tokonya. Saya kesini cuma pengen beli oleh-oleh Popcorn dan Mangga kering yang terkenal. Kami menemukan toko Kultura di Mall yang berisi semua souvenir dari seluruh Filipina. Disini dijual Dried Mango berbagai macam kemasan. Bahkan ada coklat mangga dan sabun mangga. Semua dari mangga deh ada disini. Saya jadi borong banyak banget Dried Mango dan souvenir (mikirin nggak bawa bagasi agak nyesek). Mana total belanjaan saya sebanyak itu hanya 1,010 PHP. Karena pakai kartu kredit BCA Master Card, kursnya lebih murah, 1 PHP hanya Rp. 272. Jadi total belanjaan hanya Rp. 274,720.
Jajaran toko |
Setelah belanja souvenirs, saya masuk ke Hypermarket untuk beli popcorn. Kalian bisa memilih berbagai jenis popcorn disini karena memang variannya banyak banget. Saya jadi belanja banyak lagi deh. Puput malah beli galon karena katanya dia kurang minum. Hahaha. Ya asal sanggup bawa galon sih, ya udah. Oh ya, sempat narik duit di ATM bank lokal Manila. Kalian tau, biaya tarik tunainya 200 PHP dan biaya menarik di ATM logo Cirrus dan Maestro adalah Rp. 25,000. Mahal banget ya? Tips dari saya sih mending ambil dari 1 ATM, lalu nanti tinggal bagi-bagi aja biaya tarik tunai dan biaya Cirrus dan Maestro. Sayangnya kemarin nggak kepikiran kayak gitu dan kami tarik tunai masing-masing. Jadi hilang deh 800 PHP dan Rp. 100,000.
Wanita pembawa galon |
Sebenarnya kalau kami sampai di SM Mall (MOA) ini lebih cepat, mungkin kami bisa menikmati beragam Cafe lainnya, dan nggak usah makan Mc.D. Tapi mau gimana lagi, perut udah lapaarr. Setelah puas belanja di Hypermarket dan plastik jinjingan udah banyak, kami memutuskan untuk balik ke penginapan. Nah, disini baru bingung. Awalnya sih kami bertanya pada satpam. Oh ya, semua satpam di Mall ini membawa senjata laras panjang. Serem banget deh. Eh, ntah itu satpam atau polisi ya? Ketika kami menghampiri seorang satpam dan bertanya dimana menuggu mobil oranye, eh teman-temannya langsung datang mengerubuni kami. Pas tau kami cuma bertanya hal sepele, mereka memandang kami remeh sambil menunjukkan dimana tempat mobil orange. Ah, beda banget sama Jepang yang polisinya ramaah banget.
Kami akhirnya naik mobil Orange sampai ke Mc.D lagi. Dari situ nanya sama orang naik Jeepney yang mana ke Malate dan katanya semua Jeepney lewat sana. Sayangnya di tengah jalan, Jeepney menurunkan kami karena ada penutupan jalan ke Malate. Banyak polisi yang mencegat mobil-mobil untuk nggak lewat jalan itu. Kita menghampiri polisi dan berusaha bertanya jalan, tapi seperti biasa, kita diremehkan dan mereka sok-sok nggak mau jawab. Atau ya menjawab apa yang membuat kami tambah nggak ngerti, lalu menghalau kami seolah-olah mengganggu pekerjaan mereka. Ya elah, sombong banget sihhh!
Akhirnya bertanya sama mbak-mbak di jalan bagaimana cara ke Leveriza Street. Saya bahkan sampai mengeluarkan kamera untuk menunjukkan plang nama jalan yang saya foto. Memang sih beberapa orang disana nggak tau bagaimana cara ke jalan itu, sampai ada mbak-mbak yang akhirnya menuntun kami naik Jeepney. Di dalam Jeepney, kami berusaha nanya orang dimana jalan ke penginapan. Kali ini nggak ada satu pun sepertinya yang bisa bahasa inggris. Mereka terlihat sibuk berdiskusi dimana jalan yang kami tanya, tapi nggak bisa menjelaskan balik kepada kami. Bahkan ada satu cowok asik senyum-senyum nggak jelas melihat kami dan orang-orang di dalam Jeepney kebingungan. Ah, jadi seram melihat orang-orang ini. Sampai akhirnya ada bapak baik hati yang mengajak kita ikut dengannya turun di jalan apaaaa gitu.
Masih berpikiran positif untuk mengikut bapak itu jalan. Dia bilang, sebenarnya banyak Jeepney lewat Leveriza Street. Karena udah lewat tengah malam, banyak Jeepney yang udah nggak jalan. Jadinya harus jalan kaki ke Leveriza. Alhamdulillah bapak ini ternyata rumahnya di jalan yang sama dengan Guest House kami. Dia baik banget karena selalu berusaha mengajak kami mengobrol walaupun dia cuma bisa bahasa Inggris sedikit.
Dried Mango |
Sampai di Guest House, saya shalat dan langsung tidur. Karena besok Malaysia Airlines terbangnya agak siang, besok aja deh packing barang. Selamat tidur~~
4 comments:
Hi, very interesting post thanks for sharing. Can I contact your through your email. Thanks!
Randy
randydavis387 at gmail.com
manila emang mirip jakarta ya, mut hehee
good manila, iam want to go there
waah,sepertinya seru banget nih,dokumentasinya juga lengkap :)
Posting Komentar