Dokter di Rumah Sakit Lam Wah Ee bilang kalau Ayah saya boleh pulang. Kondisi beliau memang masih sangat lemah, tapi mau nggak mau harus pulang ke Indonesia. Awalnya sih mau dibawa pulang ke Aceh. Tapi rapat keluarga memutuskan agar Ayah saya langsung di bawa ke Jakarta. Selanjutnya akan berobat di Jakarta. Saya booking tiket Airasia dari Penang ke Jakarta jam 20:30, sehingga bisa agak nyantai beres-beresnya.
Oh ya, saya sempat mau menuliskan alamat rumah yang saya sewa di sekitar Rumah Sakit. Saya foto saja sekalian kartu nama pemilik rumah. Memang sih rumahnya sederhana, tapi semua peralatan rumah komplit. Harga sewa perkamar juga murah sekitar 50 MYR dan kalian bisa menginap berempat satu kamar. Jadi bisa berhemat 'kan? Lumayan lah buat bayar biaya Rumah Sakit.
![]() |
Klik aja untuk memperbesar gambar |
Saya dan Mama membereskan urusan administrasi rumah sakit terlebih dahulu. Kami harus bayar sekitar 4000 MYR atau 15 jutaan rupiah untuk biaya kamar, dokter, obat, dan ruang operasi. Masih terjangkau sih harganya, mengingat pelayanannya bagus dan nggak usah antri pengobatannya. Setelah administrasi beres, kami pulang ke rumah sewa untuk mengambil koper. Kami meminta si Achong (pemilik rumah) memesankan mobil untuk mengantar kami ke bandara. Jam 3 sore, mobil jemputan pun datang. Sayangnya karena bentuknya mini bus, Ayah saya nggak bisa naik. Udah usaha semaksimal mungkin pun tetap nggak bisa naik. Akhirnya kami membayar 5 MYR untuk sopir taksi karena nggak jadi memakai jasanya.
Kami memutuskan pakai taksi sedan. Pengennya sih naik taksi seperti kemarin karena mobilnya keren dan agak tinggi joknya. Sayangnya yang ada di depan rumah sakit hanya taksi kecil dan sempit. Untung aja Ayah bisa masuk ke dalam taksi walaupun sangat susah payah. Karena mobil sedan terlalu rendah, jadi setiap ada gundukan atau polisi tidur sangat terasa untuk Ayah, berhubung emang yang sakit tulang belakang. Perjuangan banget bawa Ayah ke bandara.
Sesampai di bandara, saya bertanya di konter informasi dimana bisa mendapatkan kursi roda. Awalnya mereka suruh saya langsung cek in Airasia. Tapi karena masih sore dan konter cek in belum buka, jadinya saya mohon pihak bandara untuk menyediakan kursi roda. Teringat Ayah pasti udah kesakitan banget. Untung aja, petugasnya baik hati. Saya hanya disuruh menitipkan KTP, lalu boleh mengambil kursi roda. Turun dari taksi dan duduk di kursi roda pun, Ayah saya kesakitan. Untung Om saya pinter banget menuntun Ayah secara perlahan-lahan untuk pindah ke kursi roda dengan bertumpu ke tongkat. Kasian banget melihat beliau merintih. Akhirnya Mama memberikan obat pereda sakit, baru Ayah bisa duduk dengan tenang.
Kami menyempatkan diri untuk nongkrong sejenak di Kopitiam agar Ayah bisa makan sedikit. Karena kalau minum obat 'kan nggak boleh kosong perutnya. Setelah makan, saya cek in di konter Air Asia. Sebenarnya saya udah cek in via web. Tapi sewaktu mau print boarding pass di mesin Self Check In, nggak bisa. Karena dalam satu kode booking, ada satu orang yang memerlukan kursi roda. Petugas Air Asia awalnya juga bertanya mana boarding pass? Trus saya bilang ada yang butuh kursi roda, jadi langsung disuruh cek in ke konter. Saya hanya tinggal menunjukkan kode booking ke petugas konter, memberikan passpor, lalu menaikkan bagasi ke timbangan. Saya bilang ke petugas kalau Ayah saya baru beres operasi, jadi sama sekali nggak bisa turun tangga.
Setelah cek in dan petugas Air Asia memberikan kursi roda, saya mengembalikan kursi roda milik bandara dan mengambil kembali KTP. Selanjutnya saya mendorong kursi roda Ayah masuk ke ruang immigrasi. Karena membawa orang sakit, kami nggak dipersulit. Seharusnya kita harus meletakkan 2 jari untuk finger print, tapi Ayah saya nggak. Hanya saya doang yang meletakkan jari. Ayah hanya diliat wajahnya saja untuk menyamakan dengan passpor. Setelah beres immigrasi, lalu pengecekan barang yang akan masuk kabin. Saya bawa botol minum berisi air 1,5 Liter. Saya bilang saja, "Untuk minum obat." Petugas melihat Ayah saya di kursi roda, lalu mempersilakan saya membawa air minum. Ayah hanya duduk di kursi roda, di dorong oleh petugas memasuki pintu detector. Setelah beres, kami masuk ruang tunggu.
Kejadian paling dramatis lainnya adalah ketika Ayah harus naik pesawat. Kursi roda hanya bisa di dorong sampai pintu pesawat, sedangkan Ayah saya harus berjalan untuk masuk ke kursi nomor 2B (setiap penumpang yang membutuhkan kursi roda, bisa duduk di premium seat). Lorong kursi yang agak sempit membuat Ayah sangat kesakitan, apalagi harus berjalan. Saya sudah khawatir banget. Ayah sampai menyandarkan kepalanya ke kursi depan saking sakitnya. Pesawat dari Penang ke Jakarta memakan waktu 2 jam 15 menit. Selama terbang, turbulensi pesawat pun lumayan banyak. Saya jadi sangat takut tulang Ayah sakit lagi. Jadi beberapa kali turbulensi, saya jalan ke depan untuk mengecek Ayah dan Om saya. Alhamdulillah nggak apa-apa.
Sampai di Jakarta, kami menunggu semua penumpang turun. Karena kesakitan, Ayah nggak bisa berpindah dari kursi 2B ke 2C. Saya dan Mama disuruh turun petugas karena biarkanlah Ayah ditangani oleh mereka. Udah sampai di landasan pesawat pun, saya dan Mama sangat khawatir. Awalnya petugas menaikkan kursi roda yang besar, lalu turun lagi mengganti kursi roda yang kecil. Beberapa petugas pun jadi naik keatas karena memang Ayah saya lama banget nggak turun-turun. Salut banget sama petugas Air Asia yang siaga banget dan punya persiapan matang untuk penumpang pasca operasi. Akhirnya Ayah saya diatas kursi roda diangkat 3 atau 4 orang petugas menuruni tangga pesawat. Petugas lalu menaikkan Ayah ke bus, lalu bus jalan sampai pintu kedatangan. Urusan passpor, sudah ditangani oleh petugas Airasia. Bahkan petugas mengantarkan sampai ke taksi Bluebird. Proses dari kursi roda ke taksi pun memakan waktu sekitar 15 menit, sambil diliatin banyak orang. Sopir taksi pun jadi nggak tega liat Ayah.
Saya turun di Central Park untuk pulang ke kosan, lalu dilanjutkan oleh abang saya yang membawa Ayah, Mama, dan Om ke kosannya di Kemanggisan. Malam ini terasa sangat panjang. Saya sedih, lelah, khawatir, semua jadi satu. Ya Allah, semoga Ayah cepat sembuh :'(