Januari 06, 2015

Hantu Naik Taksi

Kali ini saya akan bercerita tentang kejadian yang saya alami sewaktu pulang dari kantor. Udah lama mau cerita ini tapi karena masih harus memposting banyak hal tentang petualangan saya, jadi deh harus ditunda dulu. Seperti biasa, cerita saya ini sudah dibumbui sedemikian rupa supaya enak dibaca.

***

Waktu itu selesai shalat magrib dan Jakarta baru selesai diguyur hujan deras. Saya mencegat taksi di daerah Slipi untuk pulang ke Setiabudi. Setelah menunggu sekitar satu jam, baru ada taksi yang mau saya tumpangi. Perjalanan pulang pun dimulai. Seolah-olah saya akan bercerita hal yang besar, padahal hanya obrolan biasa antara sopir taksi yang menyebalkan dan penumpang yang sudah pusing tujuh keliling karena kerjaan di kantor nggak kelar-kelar. Memang saat itu macet total dan kami stuck dijalan.

Sopir taksi bilang, "Ah mbak, coba kalau tadi kita lewat Semanggi. Kan nggak akan berhenti kayak gini macetnya." Aku tidak menanggapi. "Ini nih yang paling saya males kalau udah macet. Bensin abis, waktu terbuang, mana lapar." Aku tetap tidak menanggapi. Emangnya dia doang yang lapar dan kehabisan waktu? Dan sopir taksi terus mengeluh sepanjang jalan, ditambah dengan musik dangdut yang dia putar membuat saya jadi tambah pusing.

Aku mendapatkan sebuah ide. Dengan suara lirih, aku minta untuk belok kiri ke arah Bendungan Hilir, lalu belok jalan kecil dan sepi, lalu berhenti di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Karet Bivak. Aku suruh belok kesana dan parkir. Bapak sopir taksi pun bingung, tapi dia tidak terlalu peduli. Selagi dia mengangguk-anggukkan kepala sambil mendengar musik super kenceng, aku menaruh ongkos taksi di jok belakang, lalu turun dengan diam-diam, dan sembunyi di belakang pohon besar di balik salah satu batu nisan.

Aku menunggu reaksi bapak sopir taksi sambil memperhatikannya dari balik pohon yang sepi. Beliau lalu berkata sesuatu tapi nggak kedengaran, lalu menoleh ke belakang dan kaget setengah mati karena aku sudah hilang. Beliau turun dan melihat sekeliling. Aku lalu muncul sedikit dari balik pohon dan tersenyum kecil (persis seperti di film hantu). Sopir langsung terbelalak dan menutup muka dengan kedua tangannya, lalu ia jongkok. Selagi dia tidak melihatku, aku pindah pohon. Aku berjalan perlahan-lahan ke pohon yang lebih banyak batu nisannya, lalu memanggil pak sopir lirih, "Pak Sopir... sini dong..." Jujur aja aku sedang menahan tawa.

Pak Sopir langsung ketakutan lagi sambil bilang, "Ampun mbak... ampun!" Ia kemudian menutup mata lagi. Aku melepas sepatu karena kebetulan memakai kaos kaki hitam, lalu menggerai kerudung panjang ke bawah. Aku juga menaruh ransel di bawah pohon, kemudian naik ke pinggiran kuburan. Supaya terkesan aku nggak menapak bumi. Untung juga aku pakai rok panjang jadi beneran terlihat seperti hantu. Aku berkata dengan sangat lirih dan agak mendesah, "Lain kali jangan mengeluh lagi ya di taksi..." Sopir taksi jawab, "Iya mbak kunti.. iya...!" Ia berlari ke dalam mobil, memundurkannya dan keluar dari TPU. Lagian, mana ada kunti pakai rok bunga-bunga.

Aku kemudian tertawa terbahak-bahak sambil memakai sepatu dan mengambil tas. Tiba-tiba ada suara di belakangku, dan aku sempat kaget. "Dasar anak nakal," kata seorang kakek penjaga kuburan dengan tersenyum. Aku pun tersenyum, "Salah dia sendiri, Kek. Sepanjang jalan ngomel melulu karena jalanan macet." Kakek itu tanya, "Kamu nggak takut malam-malam ke kuburan?" Aku jawab, "Nggak Kek. Mereka yang sudah mati nggak mungkin bisa hidup lagi. Lagian saya masih shalat 5 waktu jadi nyantai aja." Kakek tersebut tersenyum seraya manggut-manggut dan aku berpamitan. Aku pulang ke kosan dengan mencegat taksi yang lain.

Beberapa minggu setelah itu, teman kosan bercerita padaku kalau sopir taksi yang dia kendarai menaikkan hantu. "Sopir bilang, 'tu hantu minta diturunin di Karet Bivak. Serem banget 'kan??" Aku pura-pura ketakutan, "Ya ampun sereeeemmmm." Padahal dalam hati masih tertawa ngakak.

11 comments:

Mia Fauzia mengatakan...

HahahahahaxD. Ini ceritanya beneran? Kok berani banget sih naek ke kuburan *ngakak*

Husnul Khotimah mengatakan...

Iseng banget jadi orang hahaaa... tapi, keren critanya hahaha

Unknown mengatakan...

Berani amat mut, ngerjain orang... -_-"

Penghuni 60 mengatakan...

Dasar hantu!!!!
ups, hehe... dasar kamu ya Mut... untung itu org gak jantungan, kalo iya, bisa berabe urusannya... :D

Irly mengatakan...

Hihi..usil ya...
Tetep aja sih mba Mutia berani banget, kalo paniknya pak sopir mukul gimana?? Huhu...

Zainul Hal mengatakan...

Hahaha... Tiba2 ceritanya di kuburan...
Hantu, taksi dan kuburan...
Layak diangkat ke layar lebar...
hehehe

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" mengatakan...

Ngakak.

Ajeng Sari Rahayu mengatakan...

hahaha mbak Meutia usiiiiiiiiiil

TM Hendry mengatakan...

Wahahahahaha, saya membayangkan, "hantu" benaran yang ada di sekitar pemakaman, pasti lagi pada melongo, sambil berkata dalam hati "Ni cewe usil banget ya" :D

TOMKUU mengatakan...

Hahahahaha.. wow luar biasa ceritanya mba.. dan super kreatif!!! Kadang memang harus dikasih pelajaran yg kaya gitu... TK juga paling sebel klo nemu supir taxi yg kerjaannya ngeluh mulu... hahahaha

Mila Said mengatakan...

untuk gw nyetir sendiri, ga bawa penumpang, jadi klo ngeluh sepanjang jalan krn macet ga akan disuruh ke kuburan. eh tp kan TPU bivak itu biar malem mah rame bgt, setan juga pada setress keramean kali klo disitu bwahahaa

Follow me

My Trip