Akhirnya bisa memposting blog lagi setelah enam hari dirawat di RS Jakarta. Lama banget ya? Padahal sakitnya sepele menurut saya, cuma sesak napas biasa. Tapi buat dokter nggak sepele. Jadi aja berbaring dan guling-guling kiri kanan kelamaan di RS. Mana Jakarta ternyata hujan deras dan banjir dimana-mana. Bahkan dokter RS aja sampai nggak masuk karena kebanjiran. Alhamdulillah bisa keluar juga dari RS. Walaupun saya belum merasa sehat 100%.
Baiklah, cukup cerita tentang pengalaman di RS. Sekarang waktunya menuliskan perjalanan saya selama di China. Sehari sebelum ke Macau, saya sempat mengurus Papa saya yang sedang sakit di RS Dharmais. Setelah urusan selesai, saya pulang ke kosan naik busway. Sayangnya busway yang saya tunggu nggak datang-datang, jadi aja naik taksi Ekspres. Sempat ngobrol sama sopir taksi dan bilang kalau ke bandara naik Tiara Ekspres murah, cuma kira-kira Rp. 250,000. Berhubung saya dan teman-teman (berempat) mau bawa koper besar ke bandara, akhirnya kita memutuskan untuk pakai Tiara Ekspres. Jam 2 pagi, mobilnya udah datang dan saya baru berangkat ke bandara jam 03:15 pagi. Ntah kenapa, pagi itu sepertinya perjalanan kami ke bandara terlalu singkat. Mungkin hanya 20 menit. Ntah karena mobil Alphard kalau dibawa dengan kencang nggak terasa karena enak banget duduk di dalam mobil.
Sesampai di bandara, saya menunggu seorang teman lagi untuk berangkat bareng. Kami beli bagasi hanya 60 kg untuk berlima. Awalnya sempat takut kalau bagasinya kurang, ternyata malah kelebihan. Selesai cek in bagasi dan membayar Airport Tax Rp. 150,000, saya shalat Shubuh, lalu nongkrong sebentar di Circle K untuk sarapan. Beberapa saat kemudian, panggilan masuk ruang tunggu pun terdengar. Kami naik ke lantai 2 Terminal 3, mengantri imigrasi, dan duduk manis di ruang tunggu. Nggak lama kemudian, kami pun boarding. Kali ini saya berangkat berempat dulu, karena satu orang teman saya lagi berangkat di pesawat selanjutnya.
1 jam 50 menit kemudian, kami tiba di KLIA2. Kalian tau, perjalanan yang saya tempuh dari turun pesawat sampai ke immigrasi jauuuuuuuh banget. Jadi kepikiran ntar pas pulang dari Hongkong ke Kuala Lumpur, lalu ke Jakarta gimana ya? Karena beli tiket bukan connecting flight, jadinya pas turun pesawat harus keluar imigrasi lagi, ambil bagasi lagi, cek in lagi, masuk imigrasi lagi. Ah, nggak mau bayangin dulu deh. Yang penting udah kebayang betapa jauhnya perjalanan yang harus ditempuh. Keluar dari immigrasi, kami berempat makan dulu. Saya memiliki beberapa recehan uang Ringgit, senilai 38 MYR. Dengan uang segitu, jadi menghitung jumlah makanan yang harus dipesan. Untungnya total pembayaran kami adalah 35 MYR, masih sisa 3 MYR lagi, hihihihi.
Kami makan sambil ngobrol. Waktu 2 jam berlalu begitu cepat. Saya kemudian melihat papan pengumuman untuk memastikan pesawat teman saya sudah tiba. Supaya nggak sama-sama saling mencari, saya dan teman-teman duduk di depan pertokoan setelah keluar dari immigrasi. Kami menunggu hampir satu jam sambil selonjoran, tapi teman saya nggak muncul juga. Akhirnya saya melihat cewek udah mau nangis keluar dari immigrasi, hahahaha. Kasihan si Nida, sampai juga ke bandara akhirnya.
Setelah anggota komplit, kita kemudian naik ke Departure Hall. Sebelumnya sempat menyelesaikan segala macam urusan di toilet lantai 2 (biar sepi). Awalnya mau menunggu shalat Zuhur, tapi belum azan. Akhirnya kami masuk immigrasi lagi, pemeriksaan barang lagi, dan duduk di depan Gate untuk boarding. Karena sudah azan, saya shalat dulu. Baru setelah itu kami pun boarding pesawat. Perjalanan dari Kuala Lumpur ke Macau di tempuh dalam waktu 3 jam 50 menit. Lama banget ya? Saya dan teman-teman memesan makan siang di pesawat supaya nggak lapar. Saya malah memesan 2 makanan sekaligus, biar kenyang. Setelah makan banyak jadi ngantuk, jadinya tidur. Trus kebangun, baca majalah, ngantuk lagi, tidur lagi.
Pukul 18:40, kami tiba di Macau International Airport. Dari jendela pesawat, saya bisa melihat tulisan City of Dreams, salah satu tempat yang akan kami datangi besok. Sewaktu berjalan menuruni tangga pesawat, baru terasa deh dingin menusuk tulang. Saya mempercepat langkah untuk masuk ke dalam bandara. Ketika memasuki immigrasi Macau, nggak usah berharap bakalan ada stempel yang tertera di passpor kita. Pihak immigrasi hanya memberikan selembar kertas kecil yang harus dijaga jangan sampai hilang. Setelah itu kami mengambil bagasi dan berjalan ke luar bandara.
Dari hasil riset saya, transportasi yang harus kami gunakan kalau mau ke Ole London Hotel adalah bus dengan nomor 26. Pas keluar dari bandara memang ada Bus Stop dan kami mengantri disana. Beberapa saat kemudian bus nomor 26 datang. Saya mengikuti arahan teman saya untuk naik dari belakang karena kebetulan yang naik dari belakang sedikit. Tiba-tiba kami malah diteriakin sama sopir bus. Kaget juga, walaupun kami nggak mengerti dia bilang apa. Ternyata kalau mau naik harus dari pintu depan dan turun dari pintu belakang. Saya memasukkan uang 30 HKD untuk berlima. Kebanyakan sih itu duitnya, tapi nggak apa-apa deh supaya Pak Sopirnya nggak teriak-teriak lagi.
Menurut saya, naik bus 26 di Macau dan kopaja di Jakarta itu beda tipis. Yang berbeda adalah busnya lebih layak dari kopaja. Tapi kalau mau bandingkan cara sopir mengendarai bus, sama aja dengan kopaja. Kalau mau berbelok, miriiingggg banget sampai teman saya jatuh ke lorong bus, hahahaha. Tapi memang karena miring banget kalau berbelok dan kenceng banget busnya. Mana nggak tau lagi mau turun dimana dan cara bilang mau turun gimana. Alhamdulillah datang ibu-ibu baik hati menyapa menggunakan bahasa Indonesia. Teman saya bertanya dimana Praca de Ponte e Horta? Ibu-ibu itu lalu berdiskusi dengan temannya dan menyuruh kami turun di Ponte 16. Sekaligus menanyakan gimana cara bilang mau turun. Ternyata hanya memencet bel saja.
Sampai di Ponte 16 dan kami turun. Kami pun mulai bingung. Kok nggak ada tanda-tanda ada hotel ya disekitar sini? Akhirnya teman saya bertanya pada penduduk sekitar dimana alamat hotel kami, barulah mereka menerangkan kalau kami salah turun. Terpaksa naik lagi bus 26 dan mengeluarkan uang 10 HKD. Tarif busnya random sih, saya kurang tau berapa tepatnya. Setelah naik bus 26 beberapa menit, tiba-tiba kami sampai di penghentian terakhir bus. Ahhh, apa lagi ini? Kami terpaksa turun ntah dimana. Teman saya bertanya pada bapak sopir alamat hotel. Katanya bisa naik bus ini lagi tapi sebentar lagi.
Pemandangan di pemberhentian bus |
Main ayunan dulu |
Menunggu bus dan menjaga koper |
Akhirnya jadi main dulu di taman bermain tempat pangkalan bus. Udara malam itu lumayan dingin, tapi nggak begitu menusuk. Selagi saya bermain, teman saya masih aktif bertanya pada cewek yang sedang duduk menunggu bus. Ternyata kami searah dan dia bisa bahasa Inggris. Alhamdulillah. Dia bahkan sangat tau persis dimana letak hotel kami. Akhirnya kami naik bus lagi, membayar 10 HKD lagi, dan duduk dekat dengan cewek Philipin itu, biar nggak nyasar. Kami akhirnya turun di Ponte e Horta, begitu juga dengannya. Dia menunjukkan arah hotel kami tercinta. Akhirnya sampai juga kesini setelah perjalanan panjang.
Saya cek in Ole London Hotel. Yang uniknya, pintu resepsionis dan pintu yang mengarah ke kamar itu berbeda. Resepsionis nggak akan ngecek kita bawa berapa orang dalam 1 kamar, hehehe. Kamarnya juga bagus, nyaman, dan lumayan besar. Tapi harganya lumayan mahal sih, sekitar sejuta semalam.
Kami beristirahat sejenak, lalu melanjutkan perjalanan ke Senado Square. Nanti saya cerita lagi ya, sampai jumpa!
1 comments:
Mdhn ga kambuh2 lg mbak..sesak nafasnya. Eh tp suka kambuh g sih mbak?
Wah bisnya ky di korea tu klo mau turun pencet bel aja. Bayarny pake kartu tp #efekliatdramakorea
Posting Komentar