Semalam sebelum berangkat ke Shenzhen, kami packing barang seadanya dulu, baru tidur. Besoknya tepat pukul 5 pagi, kami bangun untuk mandi dan beres-beres. Bahkan belum waktunya shalat Shubuh. Jam 6 pagi lebih sedikit dan setelah shalat Shubuh, kami check out dari hotel dan menunggu bus. Oh ya, bus pertama baru ada pukul 6:10 pagi. Awalnya kami menunggu di tempat biasa yang hanya beberapa meter dari hotel. Tapi setelah mempelajari rute bus, ternyata kami harus menunggu bus yang berlawanan arah. Jadi kami harus menyebrang dulu sambil menggerek koper masing-masing. Karena masih pagi, jalanan sepi. dan belum ada mobil yang bersliweran.
Kami menunggu bus 3A lagi dan memasukkan duit ongkos. Saya lupa masukin berapa, mungkin 30 MOP. Supir bus juga nggak pernah ngecek berapa uang yang kita masukin, yang penting masukin aja. Lebih nggak dikembalikan, kurang nggak dimintain lagi, hahahaha. Sewaktu bus datang, kami pun naik. Cerita perjalanan pun dimulai. Awalnya dengan pede-nya kami mengira kalau bus yang kami naiki itu benar. Rutenya masih familiar, ketemu Senado Square, Ponte 16 masih kelihatan, lanjut Grand Lisboa, lalu ketemu perairan. Saya berpikir, wah cepat juga nih sampainya. Ternyata setelah perairan dilalui, masuklah kami ke suatu kawasan yang udah nggak dikenal lagi. Bahkan ada pasar, pemukiman padat, dan ntah kemana lagi. Akhirnya kami berakhir di penghentian terakhir bus. Kita semua langsung bingung. Terpaksa harus turun untuk mengosongkan bus sambil diliatin orang-orang, baru penumpang selanjutnya naik. Sewaktu mempelajari rute bus, ternyata memang harus mampir dulu ke penghentian terakhir. Apa kami salah baca peta juga ya?
Awalnya pengen naik bus selanjutnya aja, nggak mau naik bus yang sama karena malu udah diliatin orang-orang. Tapi teman saya Willy bilang kita harus mengejar waktu. Ya udahlah, bayar ongkos lagi, naik lagi, dan berdiri di posisi yang sama lagi di dalam bus. Bus pun jalan dan alhamdulillah sampai juga kami ke Macau Ferry Terminal pukul 7:45 pagi. Kami kehilangan waktu sekitar 45 menit dari jadwal semula. Saya dan teman-teman langsung naik ke Departure Hall di lantai 2 dan membeli tiket.
Departure Hall |
Sempat bingung lagi (kayaknya bingung melulu), harus beli tiket ke arah mana karena rutenya banyak. Ada juga jadwal Ferry yang 15 menit sekali. Kami memutuskan untuk naik Ferry ke Kowloon (Tsimshasui) karena berpikir bakalan lebih dekat naik MTR (padahal nggak dekat juga). Kami membeli tiket seharga 153 MOP untuk sekali jalan.
Tiket Ferry |
Tempat pembelian tiket |
Bersiap berangkat |
Tepat jam 8 pagi, kami baru boleh Check In kapal. Nomor kursi dibagikan dan kami memasuki ruang tunggu. Seraya menunggu, kami ngemil dan minum. Baru nyadar kok nggak ada yang makan dan minum, tapi nggak ada juga larangannya. 15 menit kemudian, kami naik ke kapal. Jadi teringat kapal untuk menyebrang ke Karimun Jawa, tapi di TurboJet Ferry ini kursinya sofa. Enak banget buat bobo. Semua koper harus ditaruh di belakang supaya rapi.
Menunggu keberangkatan |
Boarding kapal |
Merk kapal |
Bentuk kapal |
Awalnya perjalanan dari Macau ke Hong Kong di lautan nggak begitu terasa. Saya bisa bobo nyenyak, walaupun agak sakit leher. Kira-kira 10 menit sebelum sampai Hong Kong, kapalnya menerjang ombak dan terasa seperti turbulensi pesawat. Duh, langsung jantungan. Tepat sejam, kapal pun merapat. Saya langsung mengambil koper tanpa mendengar pengumuman harus pegangan. Tiba-tiba ada hentakan keras yang membuat saya hampir terpelanting karena nggak pegangan dan kapalnya merapat ke dermaga. Bikin kaget setengah mati.
Saya dan teman-teman turun dari kapal. Udara dingin langsung menyusup ke tulang. Hong Kong lebih dingin lagi daripada Macau. Kami berjalan mengikuti orang-orang dan sampailah ke sebuah tempat seperti Mall. Nyasar kemana lagi ini? Saya mencari jalan keluar dan bertemu dengan satpam. Saya bertanya dimana stasiun MTR terdekat. Satpam menunjuk arah keatas dan kami pun berjalan lagi.
Udah berjalan terus, tapi kok nggak ketemu sama stasiun MTR? Kami bertanya lagi pada SPG (apa satpam ya?) dimana MTR. Dia menyuruh kami jalan masih jauh. Untung jalanan bagus, jadi menggerek koper nggak begitu sulit. Akhirnya kami menemukan sebuah peta. Selagi berdiskusi tentang peta dan saya melihat ada sebuah mesjid besar, ada seseorang yang nyamperin kami. Sepertinya dia orang Timur Tengah dan bertanya kami mau kemana? Alhamdulillah ada orang baik lagi. Dia menunjukkan stasiun MTR yang ternyata pas di sebelah mesjid bangeet. Kami berterima kasih pada pria itu dan langsung turun ke stasiun MTR.
Kami membeli tiket ke Luo Hu, stasiun perbatasan antara Hong Kong dan Shenzhen, seharga 39,5 HKD. Mahal banget ya? Memang sih jauh banget jaraknya. Dari Tsim Tsa Tsui kami transit di Hung Hom, lalu langsung menuju Luo Hu. Perjalanan ke Luo Hu sekitar 30 menit dan alhamdulillah kami bisa dapat tempat duduk. Jadi nggak pegal berdiri.
Sesampai di Luo Hu, saya dan teman-teman mengikuti orang-orang ke immigrasi. Nggak akan nyasar kok disini karena udah jelas plang penunjuk jalannya. Kami harus mengurus Visa on Arrival (VOA) terlebih dahulu sebelum masuk Shenzhen. Tempat pengurusannya tinggal belok kiri naik eskalator ke lantai dua. Sebaiknya mengambil nomor antrian terlebih dahulu, baru mengisi form biodata, biar cepat. Kebetulan waktu itu antrian nggak panjang. Dari mulai isi data sampai VoA tertempel cantik di passpor hanya menghabiskan waktu 20 menit. Oh ya, tarif VoAnya yang harus dibayar sebesar 168 RMB.
Setelah mendapat VoA, kami turun lagi ke lantai satu dan mengantri immigrasi untuk mendapatkan stempel di passpor. Setelah urusan immigrasi beres, kami berjalan keluar. Pas di depan kantor immigrasi, kami menemukan stasiun Metro. Kami membeli tiket ke Shaibu yang hanya 2 CNY (sekitar 4000 rupiah). Murah bangeeeet 'kan? Seandainya aja ada MRT di Jakarta yang tarifnya cuma 4000. Kopaja pasti bangkrut.
Shenzhen |
Sampai di Shaibu, kami keluar Exit D. Saya agak keheranan melihat orang-orang di Shenzhen rame bangeeeeetttt!! Nanti saya ceritain ya. Udah capek ngetik kepanjangan. Hehehe. Oh ya, buat kalian yang mau ke Shenzhen, VoA udah nggak berlaku lagi di Shekou Port (nama pelabuhan di Shenzhen). Karena per tanggal 6 Juni 2014 untuk paspor Indonesia tidak bisa urus VOA di Shekou. Satu-satunya jalan kalau mau pakai VOA sepertinya hanya via Lo Wu Port (dari Hong Kong). Jadi kalian harus ke Hong Kong dari Macau, baru ke Shenzhen. Sebaiknya rute kalian Macau - Hong Kong - Shenzhen. Jadi nggak bolak balik. Kalau saya malah Macau - Hong Kong - Shenzhen - Hong Kong. Teman saya juga banyak yang Hong Kong - Shenzhen - Macau. Tinggal dipilih yang mana yang sesuai dengan itinerary kalian ya :)
11 comments:
baca postingan ini, jadi kangen Hong Kong :)
Hello meutia, info dong brapa cost utk VoA shen zhen?? Trims
@Mia : 168 RMB. Ntar saya tulis deh di postingan ini. Lupa soalnya :)
hello meutia, mau nanya kalau shuttle bus yg di WOW kalau misalnya kita tertinggal di suatu tempat pas foto2, kita bisa naik shuttle bus selanjutnya ya?
simcard yg digunakan di hongkong-shenzen-macau apa ? belinya dimana dan harganya berapa?
terimakasih^^
@widya : saya ngga pake simcard di sana. cm nebeng wifi aja. kalo di WOW, bisa naik kok yg selanjutnya. ada pembelian untuk naik berkali2..
Hallo Meutia..
Mau tanya voa via sekhou sudak tidak bisa untuk indonesia, dapet info dari mana yah? Sy rencana dari macau ke shenzhen via sekhou port pakai voa.
Trims..
@Windra: duh saya lupa baca di web mana. hati2 loh, ntar malah ga bole masuk. rugi udah kesana...
Halo meutia, mau tanya untuk 1 kluarga (3 orang) apa cukup ambil 1 nomor antrian (langsung masukin 3 form) atau harus ambil nomor masing2?? Mohon bantuan infonya. Sblmnya makasih :)
@Thesia: kemarin sih saya antriannya perorang.. Dan di ruangan itu semuanya masing2..
hi sis,
rencana saya dr indo masuk melalui macau, lalu ke hongkong, voa ke shenzen lalu main ke guangzhou, stlh itu naik pesawat di guangzhou balik ke indo, apakah boleh seperti itu ?
trimsss
@jason : VOA cm berlaku di Shenzhen saja. kalo mau ke Guangzhou, harus pakai visa china..
Posting Komentar