Mei 24, 2015

My Manager

Cerita ini terinspirasi dari kegiatan sehari-hari ketika di kantor, ditambah bumbu penyedap yang membuat rasanya udah nggak karuan lagi gimana. Udah lama nggak menulis cerita pendek. Semoga kali ini bisa menyenangkan hari kalian, haahaha.

***

Aku duduk di meja kerja seperti biasa setiap hari. Bosan dengan pekerjaan yang nggak kelar-kelar dan bertambah terus dari hari ke hari. Hari itu, aku melihat seorang cewek masuk ke ruang HRD. Sepertinya bakalan ada karyawan baru di divisi saya. Cuma saya nggak terlalu tertarik untuk mencari tau. Setiap hari juga ada karyawan baru yang datang ke kantor.

Bapak Manajer HRD mengantar cewek itu duduk di dekat saya. Bapak itu bilang, "Nanti saya kenalin sama mereka ya. Saya meeting dulu, udah dipanggil dari tadi." Cewek itu mengangguk mengiyakan. Aku tersenyum padanya dan dia menyodorkan tangannya, "Nama saya Tara." Aku menyebutkan namaku dan kami kembali ke laptop masing-masing.

Tiba-tiba temanku Vino yang baru balik dari toilet langsung heboh melihat Tara, "Wah ada anak baru. Kenalan dong!" Tara tersenyum dan menyalaminya. Vino mulai sok cakep di depan Tara dengan mengajaknya ngobrol. Karena pekerjaanku banyak, aku tidak terlalu memperhatikan obrolan mereka. Tapi sempat melihat Vino mempreteli laptop Tara. "Ngapain lo?" tanyaku. "Tara minta ajarin gimana caranya konek ke server. Ya gw ajarin lah." Aku manggut-manggut. Tara memang cantik sih, wajahnya imut, seperti kebanyakan karyawan yang baru lulus kuliah dan masih polos. Pasti menjadi sasaran empuk untuk dikecengin Vino.

Tara bertanya, "Toilet dimana ya?" Sewaktu aku mau menjawab, Vino langsung menyambar. "Yuk gw anterin. Sekalian gw juga kebelet." Aku hanya melongo. Kayaknya si Vino naksir Tara deh. Pas waktunya makan siang juga Vino mengajak Tara terlebih dahulu untuk makan, baru ngajakin aku dan yang lain. Aku masih keheranan tapi ya sudahlah. Mungkin dia memang naksir Tara, hahaha.

Dan selama seharian Vino ngobrol terus dengan Tara. Emangnya Tara nggak terganggu gitu ya? Emangnya Vino nggak ada kerjaan apa? Huft! Ya sudahlah. Ngomong begini malah terkesan aku cemburu, hahaha.

Jam 4 sore, Bapak Manager HRD datang ke deretan meja saya. Beliau bilang, "Maaf ya saya belum memperkenalkan karyawan baru di perusahaan kita." Tara langsung bangun dan berdiri di dekat Bapak itu. Manager HRD bilang, "Namanya Ibu Tara. Beliau menempati posisi Division Manager disini. Jangan macam-macam ya kalian!" Tara tertawa. Aku melongo. Berarti Tara adalah bosnya para manager. Aku melirik Vino. Dia langsung mati gaya sendiri dan merasa kikuk. Mana mungkin dia bisa 'ngecengin Manager Divisi, mana ternyata Ibu Tara udah punya anak dan anaknya udah SMP. 

Aku tertawa terkikik sambil melihat Vino yang mulai lemas. Makanya Vin, jangan sok kenal!

Mei 16, 2015

Lemongrass

Seminggu yang lalu saya berpetualang ke Bogor. Walaupun Bogor dari Jakarta bisa naik apa aja, tapi saya memutuskan untuk naik kereta. Naik busway ke Dukuh Atas, lalu naik kereta di stasiun Sudirman. Mumpung weekend kereta agak sepi, nggak sepenuh pas weekdays, jadinya naik kereta menjadi alternatif favorit saya kalau mau ke Depok atau Bogor. Sewaktu baru naik sih memang belum dapat tempat duduk, tapi pas sampai Stasiun Manggarai, orang-orang pada turun dan saya bisa duduk manis di kereta.

Ternyata dari Stasiun Sudirman ke Stasiun Bogor itu memakan waktu kurang lebih 1 jam. Saya agak terkejut melihat stasiun Bogor udah bagus banget. Dulu saya agak seram kalau harus menunggu di stasiun sendiri karena memang suasana stasiunnya gelap dan serem. Sejak dibangun baru, jadi mirip stasiun-stasiun di luar negeri. Maunya dibikin bertingkat sekalian. Agar semakin banyak bisa orang keangkut. Enaknya lagi, ada parkiran besar untuk motor di sebelah stasiun. Jadinya kalau punya rumah di bogor, tinggal parkir motor di stasiun, terus naik kereta deh ke kantor.

Berhubung tujuan saya adalah Resto Lemongrass yang berada di jalan Padjajaran, dari stasiun saya naik angkot 03 Bubulak – Baranang Siang sesuai dengan saran abang-abang yang mencari penumpang untuk angkot. Awalnya mau naik taksi tapi nggak ada satu pun yang melewati stasiun. Pernah dengar kalau Bogor adalah kota 1000 angkot, jadi semua jalan udah pasti dilewati angkot. Udah lama nggak naik angkot dan berasa panaaas banget di dalamnya. Duh, sampai keringetan. Baru kali ini mau pergi nongkrong, tapi badan udah keringetan. Yang anehnya lagi, sewaktu udah sampai jalan Padjajaran, kok nggak kelihatan dimana Lemongrass. Bahkan udah sampai Botani Square, putar balik mau ke stasiun lagi, saya nggak ngeliat dimana Resto itu.

Akhirnya nanya ke sopir angkot. Katanya ntar di depan diturunin, trus ganti angkot 05. Saya membayar Rp. 5000 untuk angkot 03. Memang sih jalan Padjajaran itu panjaaaang banget, jadi ada beberapa angkot yang lewat jalan itu. Nah, sewaktu naik angkot 05, supirnya malah bingung sewaktu kami bertanya dimana Lemongrass. Duh, ntar diturunin dimana lagi nih. Akhirnya buka Google Maps dan bilang ke supir kalau kami mau ke RS Azra. Baru deh dia tau dan menurunkan kami di jalan Padjajaran untuk selanjutnya naik angkot 08 dengan tarif Rp. 2,500 karena menurut saya dekat. Angkot 08 memang melintas pas di depan Resto yang satu ini. Alhamdulillah sampai juga akhirnya walaupun udah keringatan banget deh. Sewaktu mengeluarkan uang Rp. 2,500 karena dekat juga, eh si abang supir nggak mau dan minta Rp. 3,500. Ya udah deh, yang penting udah sampai. Mana pengen ke toilet lagi. Alamat Lemongrass di Jl. Padjajaran No. 21, Bogor (0251-8328800).
Tampak depan
Menuju pintu masuk
Ternyata Resto yang satu ini sangat ramai pengunjungnya. Saya terpaksa harus waiting list terlebih dahulu. Untungnya hanya menunggu sekitar 10 menit, saya langsung mendapat kursi. Rasanya lapar banget, pengen pipis, belum shalat Zuhur lagi. Buku menu pun datang dan saya jadi buru-buru memesan makanan. Sepenglihatan saya, rata-rata menu yang disajikan hampir sama dengan menu di Kopitiam. Banyak cemilan dan minuman. Untuk makanan berat juga standar, nggak ada menu yang terlalu spektakuler, hehehe.
Buku Menu tampak depan
Menu 1
Menu 2
Menu yang saya pesan :
Calamari Rp. 25,900
Chicken Wings Spicy Rp. 26,900
Nasi Hainam Bebek Rp. 45,900
Nasi Lemak Rendang Rp. 36,900
Homemade Watermelon Lemon Tea Rp. 28,900
Honey Lemon Tea Rp. 25,900
Lychee Iced Tea Rp. 28,900
Strawberry Iced Tea Rp. 28,900
Karyawan Resto
Setelah memesan makanan dan minuman, saya shalat Zuhur dulu baru balik ke kursi. Makanan yang saya pesan belum datang. Beberapa menit setelahnya, baru Watermelon Lemon Tea dan Honey Lemon Tea datang duluan. Harga minuman disini agak mahal menurut saya. Padahal hanya Lemon Tea tapi harganya bisa 25rb keatas. Ternyata memang ada harga ada rasa. Watermelon Lemon Tea tuh enaaak banget. Segar banget deh. Campuran jus semangka dengan Lemon tea. Unik dan enak banget rasanya. Apalagi baru aja kepanasan di angkot, terus minum minuman segar begini lagi. Aaahh segar banget deh! Kalau Honey Lemon Tea standar aja rasanya.
Watermelon dan Honey Lemon Tea
Menu makanan pun datang. Saya menyantap Nasi Hainan Bebek. Udah lama nggak makan Nasi Hainan deh. Bahkan udah lupa kapan terakhir kali makan. Bebek di Nasi Hainan lembut banget, tapi porsinya agak sedikit. Berhubung baru berpetualang ya, jadi lapar banget. Untungnya Chicken Wings juga datang. Jadi bisa menambahkan ayam ke menu nasi saya. Menu Nasi Lemak punya teman saya juga enak. Tapi standar aja sih.
Chicken Wings
Nasi Lemak
Nasi Hainan Bebek
Lampu-lampu
Selesai makan, ternyata Lemon Tea yang saya pesan tampaknya kurang banyak. Akhirnya saya pesan lagi Strawberry Iced Tea. Minuman yang satu ini juga enaaak. Ada potongan stroberi utuh dicampurkan dengan teh sehingga rasa minumannya benar-benar teh stoberi deh. Segar banget juga. Apalagi ditambah dengan cemilan Calamari untuk memuaskan perut saya dan teman saya yang udah kelaparan dari tadi.
Strawberry Iced Tea dan Calamari
Antrian waiting list
Orang-orang di tempat waiting list semakin banyak dan saya belum berencana pulang. Mungkin Resto ini memang laris banget. Karyawannya juga rame. Pengennya sih setelah shalat Ashar baru pulang. Selagi menunggu adzan Ashar, saya pesan lagi Lychee Iced Tea yang segaar banget juga. Ada leci utuh juga di dalam minumannya. Sebenarnya memang Lychee Iced Tea adalah minuman favorit saya. Hampir setiap makan di Cafe atau Resto, saya sering banget memesan minuman ini. Akhirnya saya dan teman saya menghabiskan 4 gelas Iced Tea dengan berbagai macam rasa.
Lychee Iced Tea
Minum 4 gelas
 Fyi, saya tau Resto ini dari Qraved.com sebagai salah satu dari 16 Restoran paling keren di Bogor. Berhubung udah bosan makan di Jakarta terus, akhirnya resto yang satu ini menjadi pilihan tempat nongkrong saya berikutnya.
Suasana Resto
Pose dulu
Dimalam hari, kalian bisa menikmati berbagai minuman dari Bar. Tempat duduk di sekitar Bar juga unik-unik. Bahkan ada kasurnya yang pas untuk leyeh-leyeh dan bersantai ria. Kayaknya seru banget kalau merayakan ulang tahun di Resto ini karena ada lantai dua juga yang lebih private. Tapi karena saya tinggal di Jakarta, mau merayakan ulang tahun di Bogor kayaknya kejauhan deh, hahaha.
Sekitar bar
Meja dan kursi
Tempat Leyeh-leyeh
Setelah shalat Ashar, saya pulang. Awalnya jalan kaki dulu menelusuri jalan Padjajaran sambil menikmati bunga-bunga dan tanaman hias yang dijual di pinggir jalan. Karena Bogor banyak pohon besar, jadi lebih teduh dan banyak angin. Saya jalan kaki sampai ketemu angkot 03, lalu naik menuju Botani Square. Malah main lagi di Mall, hehehe. Sekitar jam 5.30 sore, saya kembali ke Stasiun Bogor. Paling repot karena jalan menuju pintu masuk stasiun harus naik tangga dulu. Kasian banget kalau ada orang tua yang mau naik kereta. Apa saya yang nggak tau ya dimana pintu masuk/keluar yang lain.

Saya shalat Magrib dulu di stasiun. Duh, Mushallanya nggak ada AC. Mana pas Magrib yang shalat rameeee banget, jadi tambah keringetan deh saya. Trus diluar tiba-tiba hujan super deraaasss. Karena kereta udah datang, tanpa melipat mukenah, saya berlari menuju kereta supaya nggak ketinggalan. Alhamdulillah dapat tempat duduk juga untuk perjalanan satu jam kedepan. Ah, pulang ke kosan harus segera mandi nih, hufff!

Mei 09, 2015

Kangen Ayah

Sampai tanggal hari ini, sudah 72 hari kepergian Ayah. Sudah 72 hari juga saya tidak pernah mendengarkan suara Ayah lagi, tidak bisa bercerita banyak hal, tidak bisa mengirimi oleh-oleh, atau tidak bisa lagi memaksa Ayah untuk datang menjenguk anaknya di Jakarta.  Rasanya sangat sedih harus menerima kenyataan kalau tidak akan melihat Ayah lagi selama-lamanya. Tidak akan pernah lagi…

Kalian tau, postingan seperti ini adalah hal yang paling berat buat saya. Menulisnya pun dengan hampir nggak kuat menahan sedih. Udah 2 bulan lebih rasanya hati saya terlalu hampa. Kayaknya kalau putus dari pacar nggak sesakit ini deh, padahal dulu nangis juga 2 hari. Sewaktu tsunami Aceh juga nggak sesedih ini, padahal dulu sangat banyak orang meninggal. Mungkin ini rasanya separuh jiwa hilang. Dimana biasanya ada Ayah tempat saya berbagi urusan kerjaan, tempat minta ijin kalau mau ke luar kota bahkan keluar negri, tempat merasa sangat terlindungi dan nggak akan pernah mengkhianati saya, sekarang udah nggak ada lagi. Apalagi, bulan depan udah bulan Ramadhan. Teringat Ayah selalu minta dibikinin Es Timun Serut dan Onde-onde untuk buka puasa. Kangen suara  Ayah ketika mengaji atau memimpin kami shalat berjamaah, kangen senyumnya, kangen nasehatnya, semuanya...

Rasanya selama 72 hari ini otak saya agak nge-hang. Malas ngapa-ngapain, malas mikir, malas kerja, malas juga buka toko makeup, malas nge-blog (walaupun tetap posting), malas mikirin tujuan liburan saya selanjutnya, bahkan malas memikirkan hidup saya sendiri. Tapi semenjak Mama datang sebulan yang lalu dan menginap lama di Jakarta, barulah semangat mulai datang lagi. Jadi pengen beli modem internet baru untuk ngeblog lagi (untuk melengkapi cerita postingan sebelumnya yang saya tulis alakadarnya karena masih malas.) Dapat rejeki juga karena teman baik saya meminjamkan modem Bolt.

Karena internet kenceng (walaupun sering banget putus), saya jadi mulai buka toko lagi dan mulai browsing destinasi jalan-jalan lagi. Sebenarnya rencana saya dan keluarga mau ke Shanghai bulan November (sudah beli tiket) dan Ayah ikut. Nah, setiap melihat nama Ayah tertera di tiket pesawat, saya jadi malas lagi. Langsung nggak mau browsing lagi dan terdiam larut dalam kesedihan. Seharusnya nggak boleh seperti ini, tapi memang hati nggak bisa dibohongin. Selalu sedih mengingat Ayah. Jalan kaki ke kantor teringat Ayah, pulang dari Bandung di dalam travel teringat Ayah, ke RS Jakarta teringat Ayah yang menemani saya berobat, apalagi kalau ke kosan abang saya tempat Ayah di sebelum di opname.

Yang nomor satu paling sedih kalau melihat RS Dharmais. Rasa sedih pas Ayah meninggal seolah langsung datang ketika melihat RS ini.  Memang semua dokter sudah bekerja sangat maksimal tapi tidak ada yang mungkin menghindar dari maut. Ayah seolah pergi begitu cepat. Padahal baru saja pemeriksaan menyeluruh ke seluruh tubuh selesai dilakukan, belum sampai tahap pengobatan, tapi Ayah sudah pergi. Pengen menulis suasana Rumah Sakit hebat ini, hanya saja saya masih sedih. Masih teringat kamar 409 tempat Ayah dirawat. Masih teringat juga sama pasien-pasien disana. Ya Allah, sembuhkan mereka.
Miss U
Sudah cukup deh nulisnya. Menulis hal ini membuat air mata terus mengalir. “Papa…. Tia kangen!”

Follow me

My Trip