Juli 22, 2015

Cerita Lebaran

Assalamu'alaikum teman-teman pembaca. Masih dalam suasana Lebaran, saya minta maaf lahir dan batin apabila dalam penulisan blog ini ada yang salah atau menyinggung kalian. Tahun ini saya merayakan Lebaran tanpa Ayah. Sedih sekali rasanya, tapi mau bagaimana lagi. Kalau saya sedih, Mama pasti lebih sedih lagi 'kan? Jadi harus kuat.

Baiklah, saya mulai bercerita tentang pengalaman mudik ke Matang Glumpang Dua, Kabupaten Bireuen, Aceh. Saya mengambil tiket pesawat dari Jakarta (Soekarno Hatta) ke Medan (Kuala Namu), lalu beli lagi terpisah tiket Medan (Kuala Namu) ke Lhokseumawe (Malikussaleh). Dua minggu sebelum saya berangkat mudik, penerbangan adik saya dari Medan (Kuala Namu) ke Lhokseumawe (Malikussaleh) sempat di cancel dan saya lupa alasannya kenapa. Memang sih di cancelnya 4-5 hari sebelum keberangkatan dan uangnya di refund. Ok, nggak masalah. Palingan adik saya harus naik bus dari Medan ke Matang dengan super lambat dan memakan waktu 12 jam!! Padahal kalau nyetir mobil sendiri palingan 7 jam saja.

Nah, bagaimana dengan cerita saya? Saya udah terbang dari Jakarta ke Medan tepat pukul 7 pagi. Pas pesawat terbang terasa banget getarannyaaaaa. Saya sampai mau nangis. Untung pas udah terbang lurus, baik-baik saja. Memang sih di Jakarta hari itu gerimis, tapi serem banget sewaktu berada di dalam pesawat. Pukul 9:10 pagi, saya tiba di Kuala Namu. Karena penerbangan ke Malikussaleh pukul 15:40, saya berkeliling bandara dulu atau membaca buku untuk menghabiskan waktu. Jam 11 siang, saya cek in duluan, walaupun belum bisa drop bagasi. Jam 2 siang, saya balik lagi ke konter cek in untuk drop bagasi dan sialnya mereka bilang kalau pesawat ke Malikussaleh cancel terbang. What??? Kok bisa cancel on the spot begitu? Kebayang Mama dirumah yang udah menyiapkan makanan untuk buka puasa dan saya nggak jadi datang. Arrggghh! Saya marah banget waktu itu, untung memang lagi nggak puasa juga jadi bisa full marahnya. Alasannya sih karena pesawat dari Sabang terlambat datang dan bandara Malikussaleh itu tutup pukul 5 sore. Petugas hanya dengan entengnya bilang mau refund. Refund sih enak, tapi saya nggak mau naik bus ke Matang! Beberapa penumpang lainnya pasrah aja dan mengambil uang refund, sedangkan saya tetap bersikeras meminta mereka memikirkan jalan keluar. Kebayangkan kalau saya mau tender projek ratusan juta tapi mereka cukup hanya bilang refund 400rb? Big no no! 

Saya dan beberapa orang penumpang yang kebetulan ada teman saya juga di dalam rombongan tetap bertahan meminta solusi dari petugas. Solusi awal mereka mau menyediakan bus tapi dengan catatan uang nggak di refund. Gila aja naik bus ke Lhokseumawe seharga Rp. 400rban plus airport tax lagi. Mana ada yang mau. Akhirnya mereka memberikan solusi untuk menyediakan hotel dan besok pagi kami diberangkatkan ke Lhokseumawe. Oke deh, memang harus begitu sih daripada naik bus? Walaupun akhirnya harus besok juga sampai ke Matang. Nggak apa-apa deh, yang penting nggak naik bus. Intinya itu, nggak naek bus! Tapi kalau dipikir-pikir sekarang, saya agak menyesal marah-marah dan ngomel-ngomel ke petugas-petugas disana kemarin. Mungkin faktor hormon lagi 'dapet' bawaannya pengen maraaah melulu ^^"

Baiklah, urusan balik ke Aceh selesai. Lebaran saya lalui dengan sangat menyenangkan. Semua saudara berkumpul, bahkan lebih komplit dari tahun lalu. Tapi tetap aja, nggak ada Ayah. Rasanya sesak ketika berziarah ke makam Ayah. Teringat tahun lalu Ayah sangat sehat, bisa menyetir mobil kemana pun, tapi sekarang hanya tinggal kenangan. Masih sangat sedih memikirkannya. Mungkin karena bagi saya, Ayah ada di dalam seluruh aspek kehidupan saya. Makanya ketika kehilangan Ayah, begitu terasa. Ya Allah, masukkan beliau ke dalam surga. Aminnn!!
Pose dulu
Pose lagi
Sekarang cerita balik lagi ke Jakarta. Karena takut pesawat cancel lagi, akhirnya saya memutuskan untuk naik bus. Kali ini lebih dramatis lagi. Saya pesan tiket bus jam 10 malam. Kira-kira jam 10 lewat 10 menit, saya dijemput oleh bus. Biasanya, saya sampai ke Medan jam 5 pagi karena bus kalau perjalanan malam jarang menaikkan penumpang. Dan pesawat saya pukul 8:40 pagi. Saya tidur di bus sampai terbangun jam 3:30 pagi dan bus masih berada di kota Kuala Simpang. Seharusnya jam segitu paling nggak bus udah berada di Pangkalan berandan, ini masih Kuala Simpang?? Saya langsung deg-degan, tapi saya masih berharap busnya menambah kecepatan dan sampai ke Medan dalam waktu yang saya perkirakan.

Saya terbangun lagi jam 5 pagi dan bus masih berada di Stabat. Mati deh, bakalan nggak sampai nih ke Medan. Saya buka Google Maps dan perkiraan sampai ke Medan itu 1,5 jam lagi yaitu jam 6:30 pagi. Duh, perjalanan dari kota Medan ke Kuala Namu saja memakan waktu 1 jam kalau nggak macet. Saya semakin was-was. Sampai sakit perut dan keringat dingin memikirkannya. Jam 5:45, bus berhenti untuk shalat Shubuh. Saya bilang ke sopirnya untuk mempercepat laju bus karena saya takut ketinggalan pesawat. Akhirnya bus pun melaju lumayan kencang tapi tetap saja saya tiba di tempat shuttle bus ke bandara itu jam 6:30. Saya turun dari bus dan berlari dengan menyeret koper dan bersepatu wedges (menyesal kenapa nggak pakai sendal jepit aja sesuai saran Mama) untuk naik shuttle dan berharap kalau bus shuttlenya segera jalan. Ternyata nggak! Shuttle masih menunggu penumpang sampai pukul 6:50. Saya udah nggak tahan lagi, karena stress perut saya sakit dan saya bergegas ke WC. Balik dari WC, shuttle siap berangkat.

Perjalanan saya ke Bandara Kuala Namu memakan waktu 1 jam 10 menit. Turun dari shuttle saya berlari lagi menuju konter cek in dan Alhamdulillah masih dibuka. Tapi saya memang penumpang terakhir yang cek in karena setelah itu konter cek in tutup. Duh, alhamdulillah banget deh. Setelah cek in, saya ke toilet lagi tapi langsung ada pengumuman boarding pesawat. Mati deh, mana perut sakit banget dan terpaksa harus 'dituntaskan'. Akhirnya saya berlari lagi menuju Gate untuk naik pesawat. Alhamdulillah masih keburu. Sampai di dalam pesawat saya lepas sepatu dan duduk sambil mengatur napas. Benar-benar hari yang melelahkan. Mana kaki saya sakitttt setengah mati.

Fiuhhh, akhirnya sampai Jakarta juga. Begitulah pengalaman saya selama Lebaran kemarin. Sengaja saya tulis di blog agar teringat terus sampai kapan pun. Bagaimana dengan kalian?

Juli 05, 2015

Capek

Hai semua, kayaknya selama bulan Ramadhan ini saya jarang banget posting blog. Jangankan mau posting blog, mau bukber bareng sama teman aja belum sama sekali. Padahal puasa udah 2 mingguan dan saya menolak banyak ajakan bukber. 

Sebenarnya kalau hari kerja, pulangnya udah capek banget. Pengennya sih pulang langsung ke kosan untuk istirahat. Kalau pun mau buka puasa ya beli bungkus aja dan makan di kosan, atau kalau mau shalat taraweh ya di kos juga. Kalau shalat di mesjid, saya super kepanasan. Apa banyak setan kali yah di badan saya? Hahaha. Yang pasti setelah pulang shalat ya mandi dan lemes banget karena terlalu banyak berkeringat. Kalau di kosan bisa nyetel AC sampai full supaya tetap adem.

Berbeda dengan weekend. Karena akan segera pindah, saya harus memantau renovasi rumah. Minggu lalu malah udah sebagian barang di kosan dipindahkan ke rumah di Depok. Jadinya capeeeek banget. Kadang-kadang sabtu minggu harus kesana dan selalu memakan waktu seharian. Pergi jam 9, pulang udah mau buka puasa. Jadi nggak sempat istirahat. Badan jadi lemes, tapi mau 'gimana lagi. Mana kadang-kadang ada aja datang masalah yang membuat saya stress. Belum lagi kena omel sana sini. Huff sabar sabar...
Mojok kecape'an
Minggu depan Insya Allah pulang ke Aceh. Sebelum itu mau memanjakan diri dulu ke salon, mau bukber dulu sama teman-teman, kalau ada yang ngajak lagi. Hahaha. Kayaknya udah nggak ada lagi yang mau bukber sama saya karena ditolak melulu. Maaf ya teman-teman. Badan saya udah kecape'an banget soalnya. Di Aceh juga saya rasa nggak bisa istirahat, apalagi mau Lebaran. Ya udahlah nikmati aja.

Di komen blog sebelumnya ada yang nanya proses saya beli rumah. Maaf ya belum sempat bales komen karena pasti panjang banget. Mau nulis prosesnya di blog, belum sempat. Nanti saya posting deh Insya Allah.

Follow me

My Trip