Oktober 01, 2015

My Step Mother

Mengawali bulan Oktober dengan menulis sebuah cerita. Sebelum kalian membaca, diingatkan kembali kalau kejadian di dalam cerita bukan 100% seperti sebenarnya. Sudah dibumbui sedemikian rupa dan tokoh utama pun sudah diganti dari sudut pandangan yang berbeda. Cerita-cerita yang saya tulis mungkin bisa mengingatkan saya pada sebuah kisah yang pernah saya lewati suatu hari nanti, ketika saya mungkin sudah berada di suatu tempat dan nyaris lupa dengan kejadian ini. Baiklah, mari kita simak.

***

Namaku Vita. Aku hanya seorang anak perempuan biasa yang sudah lama tidak mempunyai ibu. Aku punya seorang abang bernama Tian, dan seorang Ayah. Sudah terlalu lama kami hidup bertiga. Aku dan bang Tian tanpa seorang Ibu, dan Ayah tanpa seorang istri. Jangan tanya tentang ibu kandungku karena aku tidak akan menceritakannya.

Suatu hari Ayah punya pacar. Aku sangat terkejut. Sudah bertahun-tahun menjadi duda keren (walaupun dekat dengan beberapa wanita), tapi baru kali ini Ayah memperkenalkan pacarnya padaku dan bang Tian. Dan lebih kaget lagi kalau Ayah mau menikah dengannya. Wah, ada apa gerangan? Tapi tidak apa-apa deh, yang penting Ayah senang. Proses perkenalan keluarga pun terjadi dalam waktu singkat. Calon ibuku itu membawa satu anak bernama Yanti. Aku dan Ayah kurang suka dengannya. Apalagi kami tau kalau ternyata Yanti suka sama bang Tian. Ah, mana bisa begitu? Mana mungkin ibunya menikah dengan Ayah, eh anaknya menikah dengan abangku. Aku sama siapa dong? >_<
Happy
Setelah Ayah menikah, hari-hari pun kami lalui dengan bahagia. Kadang kalau Ayah dan Ibu ingin nonton bioskop, aku sering ikut. Atau Yanti juga sesekali ikut. Kami sering kencan bertiga. Bang Tian malah jarang ikutan jalan-jalan ke Mall. Palingan kalau nongkrong sesekali di Coffee Shop, baru deh dia mau ikut. Mungkin dia menghindari Yanti kali yah? Hihihihi.

Sampai suatu hari kami berencana berlibur ke Hong Kong, Macau, dan Shenzhen. Aku sangat senang. Ini adalah family trip pertama dengan keluarga baru. Ibu mempersiapkan segala itinerary selama disana, dan kami anak-anaknya disuruh menjadi tour leader masing-masing kota yang kami singgahi. Aku sendiri kebagian Hong Kong. 

Perjalanan pun dimulai. Selama Macau dan Shenzhen, aku hanya menjadi pengekor saja. Nah, pada saat Hong Kong (yang menjadi tugasku), aku jadi harus mempelajari semua rute MTR. Tapi nggak apa-apa sih. Namanya juga sambil belajar. Ibu membooking apartemen untuk kita semua. Duh, teringat waktu itu sangat bahagia. Setiap pulang jalan-jalan, kami ngobrol dulu di apartemen sampai larut malam, baru deh tidur. Kadang sih ibu tidur duluan. Sewaktu di Ocean Park, aku dan Ayah beberapa kali ingin mengusili Yanti karena dia selalu ngekor kemana pun bang Tian pergi. Aku bersekongkol sama Ayah ingin menjatuhkan Yanti dari kora-kora tapi sayangnya dia malah pegangan sama bang Tian. Mana mungkin aku menjatuhkan bang Tian juga.

Pada saat itu benar-benar membahagiakan. Sampai setelah pulang dari Hong Kong, aku dan Yanti memutuskan untuk kerja diluar kota. Bang Tian malah kerja ke luar negeri. Sesekali aku menelepon Ayah dan Ibu yang menikmati masa-masa mereka berdua di rumah. Aku mengira dan berdoa agar semua baik-baik saja. 

Sampai suatu hari aku mendengar kabar kalau Ayah dan Ibu cerai. Ayah memiliki wanita lain. Aku kaget setengah mati ketika mendengar kabar itu dari Ibu. Aku langsung menelepon ibu ketika tengah malam dan ibu sedang menangis. Aku bingung, kenapa Ayah mempunyai pemikiran seperti itu? Bukankah semua baik-baik saja?

Aku langsung pulang ke rumah dan hanya melihat ibu seorang diri. Sekali-kali Yanti ada pulang ke rumah, tapi agak jarang. Walaupun Ayah adalah Ayah kandungku, tapi aku tetap membela ibu. Aku bingung, apa yang ada di dalam pikiran Ayah sampai tega berbuat seperti itu? Apakah Ayah tidak berpikir kalau nanti Allah akan membalas dengan hal yang setimpal atau mungkin lebih dari itu? Dipercaya lalu berkhianat adalah ciri orang munafik, dan nggak ada satu pun orang di dunia ini yang menganggap berkhianat adalah tindakan baik. Apa Ayah tidak takut suatu hari hal itu terjadi pada keluarga Ayah, atau mungkin saja di perusahaan Ayah ada yang berkhianat juga? Apa pun alasan Ayah, aku nggak terima. Aku sangat marah waktu itu.

Padahal baru saja Ayah dan Ibu, Yanti, dan Bang Tian pulang jalan-jalan lagi bersama (aku nggak bisa ikut karena banyak kerjaan). Sekarang malah rumah tangga kami hancur lebur. Aku terpaksa mengambil cuti untuk menemani Ibu di rumah. Bang Tian beberapa kali sampai mengirimkan artikel dari luar negeri untuk Ibu baca supaya nggak sedih. Seandainya dulu Ayah tidak usah memutuskan untuk menikahi ibu, mungkin tidak akan serunyam ini. Aku sedih sekali. Aku nggak mau punya Ibu baru lagi. Padahal Ibu tiriku ini adalah wanita yang baik, walaupun agak cerewet. Huaaaaaa!

Notes : Kamu bukan hanya kehilangan aku, tapi keluargaku, dan semua sahabat baikku.

2 comments:

Shudai Ajlani mengatakan...

Mba kapan mau trip ke pelaminannya? *loh

Kasian ibu, vita dan bang tian huhu

Haryadi Yansyah mengatakan...

Seberapa fakta cerita ini yaa? *nebak hehehe

Follow me

My Trip