Januari 29, 2016

Aceh Culinary

Tidak lengkap rasanya ketika kita mengunjungi sebuah kota tapi tidak mencicipi makanan khasnya. Sewaktu saya di Banda Aceh kemarin, saya mengajak teman-teman saya untuk berwisata kuliner ke tempat-tempat makan yang paling enak di kota ini. Mumpung ada m**t*n yang mau nemenin jalan-jalan keliling kota.

1. Daus Mie Kambing Muda
Kami mengunjungi tempat makan ini yang berlokasi di Jalan Pocut Baren, dekat dengan rumah tante saya. Pusat tempat ini mungkin di Peunayong, karena saya kurang tau juga. Sebenarnya masih sore, mau makan malam nanggung ntar lapar lagi. Tapi nggak apa-apa deh, karena memang menggiurkan menunya.
Plang tempat makan
Makanan paling nge-hits disini adalah Mie Kambing Muda. Harganya sekitar Rp. 30rban. Kami semua memesan Mie Kambing Muda, walaupun ada juga menu Mie Daging, Mie Telor, dan lainnya. Bahkan ada menu nasi goreng juga. Yang membedakannya hanya cara masak saja. Saya pesan mie goreng, beberapa pesan mie tumis.
Mie Tumis
Kami menunggu sekitar 45 menit - 1 jam untuk mencicipi hidangan enak. Wah, sebenarnya waktu tunggu seperti ini ya kelamaan. Udah mulai bosen menunggu. Dari nggak lapar, malah jadi lapar beneran. Ternyata cara masaknya yang bikin lama. Kambing muda direbus dulu sampai empuk, baru mienya dimasak. Nanti kaldu kambingnya dicampurkan untuk mie kuah dan mie tumis. Menurut saya menu mie tumis lebih enak dari mie goreng. Karena kuah tumisannya kental, terasa kambing dan bumbunya dan enakkkk banget. Saya sendiri memesan mie goreng agak menyesal juga sih, hihihihi.
Mie Goreng
Pose dulu
Tampak depan
Sepulang dari warung ini, kami mampir ke hotel 61, yang ada di Peunayong (di atas Restoran A&W) terlebih dahulu untuk mandi dan melanjutkan kulineran.

2. Sate Matang
Setelah mandi, kami mampir ke REX, sejenis food court yang ada di jalan Peunayong, di depan Hotel Medan. Teman saya ingin makan Sate Matang, makanya saya bawa kesini. Sebenarnya Matang itu nama kota saya tinggal sekarang bersama keluarga. Jadi saya seharusnya udah bosan makan sate yang satu ini.
Pesanan
Nah, sate di kota Matang memang super duper enak. Dagingnya gede, bumbu kacangnya enak, dan harganya agak mahal. Sate ini juga disajikan dengan kuah sop yang segar. Ah, enak banget deh menurut saya. Sate Matang ini buka cabang di REX. Jadi kita makan di cabangnya. Berhubung baru makan sore, jadi malam ini makannya nggak pakai nasi. Tetap aja makannya banyak, hahaha.
Sate enak
Dicampur bumbu kacang
Pose cantik
3. Oleh-oleh Khas Aceh
Di sebelah tempat makan sate, kalian bisa melihat toko oleh-oleh berjejer bersebelahan. Kalian bisa membeli banyak makanan dan souvenir untuk dibawa pulang ke daerah masing-masing. Saya memfoto beberapa di antaranya.
Keukarah dan Coklat
Aneka cemilan
4. Solong Coffee
Kalau kalian pecinta kopi (saya nggak banget), jangan lewatkan Solong Coffee yang satu ini. Cafe ini udah dapat penghargaan dari Marketeers, jadi sudah terbukti kualitasnya. Memang di Banda Aceh banyak Cafe-cafe keren, tapi kalau mau menyeruput kopi Aceh asli dari barista yang handal, Solong Coffee tempatnya.
Plang Cafe
Menu
Suasana Cafe
Solong Coffee
Kopi sanger
Kopi hitam saring
Kopi Espresso Cappucino
Pose nggak tampak gigi
Pose tampak gigi
Jujur aja, saya kurang pintar dalam me-review kopi. Mungkin karena saya memang nggak suka kopi dan nggak nyobain sama sekali. Disini kalian bisa sekalian mencicipi cemilan-cemilan khas Aceh seperti roti srikaya, kue lapis, dan lainnya. Kalian juga bisa membeli biji kopi dan bubuk kopi terenak sebagai oleh-oleh.  
Biji kopi
Bubuk kopi
5. Ayam Tangkap
Sewaktu mau mengantar Kakros dan Ferdi ke bandara, di daerah Blang Bintang terdapat tempat makan ayam tangkap yang enakkkk banget. Nama tempatnya malah lupa. Tapi kayaknya semua orang di daerah Blang Bintang tau sih sama tempat makan ini. Tempatnya sederhana saja, tapi luas. Ketika kita duduk, beberapa makanan langsung disajikan di meja (seperti di warung Padang). Dan semua makanannya sangat menggiurkan,
Daging kuah
Ayam tangkap dada
Ayam tangkap paha
Yang paling saya suka adalah Ayam Tangkap yang digoreng dengan Daun Temurui (Kari) dan Daun Pandan. Ayamnya adalah ayam kampung, jadi lebih enak dan lebih empuk. Sambalnya juga pedaaaas dan enak, disajikan dengan bawang yang banyak dan jeruk nipis. Teman saya sampai makan 2 potong. Daging kuahnya juga enak banget. Rasanya gurih, asinnya pas, mantab deh pokoknya. Saya sampai fotoin cara masaknya saking penasarannya.
Wajan menggoreng ayam
Chef
Makanan terhidang
Sambal
Kalian wajib mencicipi makanan ini ketika mampir ke Banda Aceh.

6. Bakso Tennis
Sore-sore setelah mandi, saya mampir lagi ke REX untuk makan bakso. Dulu sewaktu SMA, saya ingat kalau saya suka banget makan bakso di Banda Aceh. Pengen nostalgia sama rasanya, sekalian ngajakin Nico untuk santai mengobrol sambil melahap bakso tennis. Kenapa namanya Bakso Tennis? Karena Bakso Uratnya memang segede bola tennis. Rasanya masih sama enaknya ketika saya SMA. Wah, jadi benar-benar nostalgia.
Bakso Tennis
Setelah puas mengobrol, kami beli martabak telur untuk dimakan di hotel. Sambil menunggu mobil jemputan yang akan membawa saya pulang ke kota Matang. Saya lanjut lagi mengobrol dengan Nico sampai sopir mobil menelepon untuk menjemput saya. Saya pamit ke Nico yang besok bakalan pulang ke Kuala Lumpur.

Begitulah tulisan saya tentang Aceh. Akhirnya bisa menyelesaikannya sebelum masuk bulan Februari. Huff, sedang banyak banget antrian posting nih. Semoga bisa langsung selesai. Aminn!

Januari 28, 2016

Objek Wisata di Banda Aceh

Banda Aceh adalah kota tempat saya tinggal ketika masih SMA. Segala seluk-beluk kota ini saya pernah tau. Walaupun sejak Tsunami 2004, secara infrastruktur Banda Aceh berubah hampir 80% menjadi lebih baik. Tahun 2005 saya pindah ke Bandung, tahun 2010 saya pindah lagi ke Jakarta. Berarti sejak tahun 2005 saya sudah tidak begitu akrab dengan Banda Aceh.

Liburan Natal 2015 kemarin, saya mengajak beberapa teman dari Jakarta berlibur ke Sabang dan yang pastinya Banda Aceh. Banyak hal yang sudah saya tuliskan tentang kota in, tapi berhubung blog ini adalah catatan harian saya, jadi saya tulis lagi deh. Mungkin nggak akan saya tuliskan secara terperinci karena memang pernah saya tulis di blog juga sebelumnya. Silahkan di search aja yah.

Sepulang dari Sabang, saya membawa teman-teman saya berkeliling kota Banda Aceh. Awalnya mau berfoto di icon nomor satu Banda Aceh, yaitu Mesjid Raya Baiturrahman. Sayangnya mesjid ini lagi renovasi. Ya udah, cukup puas melihatnya dari jauh. Kami berputar arah ke tempat lain. Saya akan menuliskannya satu-persatu.

1. PLTD Apung
Sebelum tsunami, PLTD Apung menyediakan energi listrik sekitar 10 MegaWatt bagi warga Kota Banda Aceh. Bangkai Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung milik PLN yang terseret sekitar 3 Kilometer ke daratan Gampong (desa) Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh pada 26 Desember 2014 silam memiliki bobot sekitar 2.600 ton, dengan panjang lebih kurang 63 meter dan luas 1.900 M2. 
Jam buka
Pemerintah Kota (Pemko) Banda Aceh mewacanakan kapal PLTD Apung ini menjadi salah satu keajaiban dunia. Wacana ini lahir lantaran Pemko Banda Aceh melihat kapal yang memiliki berat ribuan ton itu memiliki sejarah yang luar biasa cara berpindahnya dari laut ke daratan karena hantaman ombak tsunami. Wah, saya senang banget sama wacana yang satu ini.
Pintu masuk
Kapal tampak dari jauh
Kami datang sudah terlalu sore, jadi nggak bisa masuk kedalam kapal. Kalau saya sih udah bosen ya kesini, bahkan beberapa hari setelah Tsunami 2004 juga saya datang kesini. Dulu masih banyak jenazah bergelimpangan dibawah kapal. Sekarang udah keren banget di pugar dan dijadikan situs peninggalan Tsunami. Dahsyat sekali ya kekuatan tsunami pada waktu itu, Masya Allah!
Selfi dulu

2. Pantai Lampu'uk
Pantai Lampuuk merupakan salah satu primadona wisata Aceh Besar sebelum terjadi tsunami tahun 2004. Pantai ini selalu ramai dengan pengunjung, baik dari Banda Aceh, Melaboh, atau daerah-daerah lainnya. Dengan pasir putih dan pepohonan pinus yang rindang, tempat ini menjadi tempat yang ideal untuk melepas kepenatan. 
Pantai
Sewaktu SMA, saya sering banget main ke pantai ini. Selain karena keindahannya, pantai ini juga bersih. Maka dari itu saya mengajak teman-teman saya kesini. Kami pergi kesini jam 8 pagi. Sayangnya, karena mendung, foto yang diambil nggak terlalu bagus. Kami juga nggak berencana berenang. Jadi cuma main-main aja disekitar pantai.
Selfi dulu
Kapal sendiri
Kakros nyetir kapalnya yang bener ya ^_^

Saya pernah menuliskan tentang Museum ini secara detail di blog. Bahkan tulisan saya sudah dirujuk sebagai referensi blog orang lain. Museum rancangan Walikota Bandung, Bapak Ridwan Kamil ini benar-benar salah satu Landmark di Banda Aceh yang sangat membanggakan. Sehari sebelum saya kesini, Pak Ridwan Kamil sedang berada di Banda Aceh dalam rangka 11 tahun Tsunami Aceh. Nggak terasa ya udah 11 tahun aja.  
Aceh Tsunami Meseum
Pintu masuk
Masuk museum ini tetap gratis, tetap menarik, dan tetap bikin merinding, apalagi ketika masuk ke Light of God, dimana tersusun rapi nama-nama korban dengan disisipi lantunan Ayat Suci Al-Qur'an. Seolah kejadian 11 tahun yang lalu datang lagi ke pikiran saya. Terkadang saya merenung, hidup saya itu adem ayem dan menyenangkan. Tapi ternyata saya sudah terlalu banyak menghadapi peristiwa besar dan alhamdulillah Allah masih memberikan kekuatan kepada saya untuk bertahan dan bangkit. Sedih pasti, tapi setelah itu senang lagi.
Nama-nama korban
Selfi
Nama-nama korban tampak samping
Tunnel of Sorrow
Maket
Corak batik bendera berbagai negara
Penjelasan batik
Foto-foto memilukan
Kalian bisa bereksperimen tentang gempa di Museum ini. Kalian harus menyusun beberapa kerangka balok, lalu nyalakan alat gempa sampai skala tertentu untuk menguji kekokohan bangunan yang kalian rangkai. Seru sih, tapi agak berisik ketika baloknya jatuh dan menarik perhatian penjaga museum, hehehe.
Merangkai balok
Kalau ke Banda Aceh, jangan lupa naik becak juga ya. Selain murah, kalian bisa menikmati pemandangan kota Banda Aceh dengan santai, sambil diterpa angin sepoi-sepoi. Karena Kakros dan Ferdi udah pulang duluan ke Jakarta, jadilah Nico yang menemani saya keliling kota sambil naik becak, hihihi. Sebenarnya karena mau jenguk tante di RS Zainal Abidin dan silaturahmi ke tante yang lain.
Naik becak
Di postingan selanjutnya akan saya bahas tentang kuliner Aceh. Sampai jumpa!

Follow me

My Trip