Februari 27, 2016

RS Dharmais, 1 Tahun Yang Lalu

Dear Ayah, saya kembali...
Nggak terasa ya, sudah genap satu tahun Ayah pergi. Saya jadi ingin mengunjungi RS Dharmais, tempat dulu Ayah dirawat dan pergi selama-lamanya. Seharusnya mungkin saya nggak usah kesini. Tapi ada rasa di dalam hati seolah-olah ingin mengingat kejadian demi kejadian yang pernah ada setahun yang lalu. Mumpung ada Mama juga di Depok.
Koridor
RS Dharmais hari itu agak sepi dan dingin. Mungkin karena weekend, semua poliklinik tutup. Nggak ada pasien yang mengantri juga. Yang ada hanya beberapa orang tamu berlalu-lalang di sekitar rumah sakit. Saya dan Mama hanya berjalan menyusuri setiap koridor. Melihat lab, tempat cek darah Ayah dulu, apotik, poliklinik, ruang tunggu, dan nama-nama dokter spesialis. Kami masih mengingat jelas nama-nama dokter yang menolong Ayah, mereka semua masih praktek di RS Dharmais. Masih teringat juga tempat Ayah berbaring diatas ranjang roda ketika antrian rawat jalan atau mau di opname. Semua kenangan seolah kembali, yang membuat saya jadi emosional. Apalagi ketika melihat kamar jenazah. Seolah luka yang telah tertutup menganga kembali.
Lobi utama
Mama sempat shalat di Mushalla, seperti yang biasa kami lakukan setahun yang lalu. Teringat keluarga pasien ketika selesai shalat selalu duduk berlama-lama dan berdoa. Mungkin perasaan mereka semua sama dengan saya, sedih, kacau, dan depresi. Nggak ada lagi cara selain mendekatkan diri pada Allah, curhat kepada Sang Pemilik Dunia.

Saya dan Mama duduk terdiam di ruang tunggu. Seolah-olah kami sedang memikirkan banyak hal yang mampir di kepala. Kami tidak saling menyapa satu sama lain, hanya terus mengedarkan pandangan di setiap sudut lobi utama. 

Tadinya mau menulis agak panjang, tapi ternyata nggak kuat. Rasanya masih nyeri di dalam dada untuk memikirkan kejadian setahun yang lalu. Cukup sekian saja ya.

Dear Daddy, are you there? I'm coming back...

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ

Februari 25, 2016

Capital 8 Eating Theory

Kali ini saya akan mereview sebuah Cafe baru yang ada di Dago, Bandung. Kenapa baru? Karena sewaktu saya kuliah, Cafe ini nggak ada. Hihihi. Nama tempatnya agak panjang, bahkan kalau di instagram lebih panjang lagi, yaitu Capital 8 Eating Theory atau Capial 8 Butter Brothers 'n Co. Karena kepanjangan, kita persingkat saja dengan Capital 8, yang berlokasi di Jl. Ir. H. Juanda No. 72, Dago, Bandung. Pas di seberang toko kue Kartika Sari. Kenapa saya memilih Cafe ini? Karena cafe ini adalah salah satu cafe yang paling nge-hits di Instagram. Penasaran? Mari kita simak.
Tampak depan
Sewaktu masuk ke Cafe ini, kalian bisa bebas memilih mau duduk dimana, saking banyaknya tempat dan suasananya yang berbeda. Kalian bisa memilih duduk di sofa dengan penerangan yang cukup, atau bagian yang agak remang-remang. Kalau saya sih lebih suka yang remang-remang dan di sisi kolam renang. Biar kalau ngobrol lebih fokus sama lawan bicara (enak juga untuk pacaran). Sebenarnya pengen duduk di atas, tapi lagi ada acara ulang tahun kata pelayannya.
Suasana di bawah lantai 2
Naik ke lantai 2
Tempat pilihan saya
Dari taman
Setelah kami duduk, pelayan memberikan buku menu. Pilihan makanannya ada yang Western dan Indonesia. Saya memilih Steak, Mama memilih nasi, dan teman-teman saya memilih pasta. Saya agak lupa nama menu makanannya karena yang bayar di kasir bukan saya. Mana struk udah di buang lagi. Ya udah deh, saya perlihatkan sebagian menu yang saya foto saja ya. 
Menu 1
Menu 2
Tempat barista
Minuman datang terlebih dahulu. Saya memesan minuman dengan campuran yogurt dan strawberry. Duh, nggak enak banget ngereview tapi lupa nama menunya. Pokoknya rasa minuman saya enak, segar, karena asam yogurt dan strawberry. Kalau Mama memesan teh poci seperti biasa. Teman saya memesan minuman coklat panas. Harga rata-rata minuman adalah Rp. 20rb sampai 30rban.
Minum teh
Steak
Ayam bakar
Untuk makanan, steak yang saya makan enak, ayam bakar mama saya enak, pasta teman saya juga enak. Sederhana banget yah cara mereviewnya. Saya lupa makan steak apa, ntah salmon, ntah ayam. Menu steak disajikan dengan pasta dan sayuran supaya lebih kenyang. Untuk ayam bakar, sambalnya agak kurang pedas. Cocoklah buah mama yang nggak bisa makan pedas. Kalau pasta, standar lah ya. Nggak ada yang terlalu spesial. 
Pasta
Malam itu saya sempat buru-buru ke Kartika Sari untuk beli kue. Ternyata karena udah jam 9 malam, Kartika Sari malah tutup. Waduh, terpaksa saya balik arah dan beli kue di Bakery Capital 8. Beberapa roti atau kue di diskon 50% karena sudah malam. Kalau roti kering nggak diskon. Ya udah, saya ambil aja kuenya secara acak, lalu bayar di kasir. 
Sofa panjang
Overall, Cafe ini enak buat nongkrong. Tapi malam itu saya udah kecape'an, jadi jam 9 malam udah ngantuk banget. Mama juga capek. Selama ada di rumah, Mama terus menemani saya kemana pun. Ke Bandung berkali-kali, ke Kuala Lumpur, pokoknya ke mana pun. Kasihan juga sih Mama capek, tapi nggak mungkin ditinggal sendiri.  
Sofa hijau
Ada tempelan buku-buku
Akhirnya saya pulang, beruhubung udah ngantuk nggak ketulungan dan suasana nongkrong jadi kurang seru. Jangan lupa mampir ke Cafe ini ya kalau ke Bandung. Bye bye!

Februari 24, 2016

Dimsum Sebelum Pulang

Di perjalanan pulang dari Berjaya Hills Resort, kami semua tepar di mobil. Semuanya tertidur nyenyak sampai tiba di KL Sentral lagi sekitar jam 3 sore. Mungkin karena kecape'an dan perjalanannya juga jauh. Sempat shalat dulu di KL Sentral dan mengantri toilet yang super lamaa. Duh, mana kebelet pipis dan ditungguin sama teman-teman diluar.

Selesai shalat, kami langsung mencari makanan. Udah jam 4 sore tapi belum makan siang. Memang sih tadi sarapan jam 10 pagi, tapi rasanya perut ini sudah sangat kelaparan. Saya mengikuti teman-teman yang akhirnya mampir ke Dolly Dim Sum yang berlokasi di lantai LG. Katanya sih, ini Resto yang menyediakan The Best Dim Sum in Town. Saya sih pasrah aja mau makan apa pun asalkan kenyang.
Source : https://www.foodink.com.my/grand-opening-of-dolly-dim-sum-at-nu-sentral/
Baru kali ini saya malas mengeluarkan kamera ketika makan di Resto enak. Mungkin karena kameranya udah tersimpan rapi di tas, jadinya males keluarin lagi. Saya juga nggak mengeluarkan hp untuk foto-foto, bahkan teman-teman saya juga nggak. Mungkin karena kami sudah fokus mau mengisi perut. Jadi, foto-foto yang kalian lihat ini bukan dari kamera saya atau teman-teman saya ya. Semua saya ambil dari google. Tapi makanan yang ada di foto saya pesan semua kok. Kebayang 'kan banyaknya.
Source : www.tripadvisor.com
Source : www.tripadvisor.com
Seperti gosipnya, semua dim sum disini supeerrr enak dan halal. Sebenarnya saya agak takut makan dim sum di luar negeri, tapi ini kan Kuala Lumpur. Jadi semua dim sumnya halal. Memang sih saya kurang tau nama-nama makanannya tapi pokoknya saya suka semua. Apalagi teman saya memesan jenis makanan yang berbeda-beda. Ah, pokoknya enak semua dan saya kekenyangan seperti paus terdampar. Bagaimana dengan harganya? Menurut saya agak sedikit mahal, untuk menu dim sum sekitar RM 7 - RM 15 per porsi, sedangkan menu nasi dan mie sekitar RM 20. Jadi memang lebih baik datang bersama teman-teman jadi bisa sharing.

Selesai makan, saya mampir lagi ke Sephora di NU Sentral. Ada beberapa makeup lagi yang mau saya beli. Selagi memilih-milih makeup, Yudi dan Nico pamit pulang duluan karena mereka ada acara dinner. Gila aja sehabis makan dim sum sebanyak itu, eh malah mau dinner lagi. Hahaha. Willy mengantarkan Venny untuk mencari taksi. Akhirnya saya, Mama, dan Kakros saja yang tersisa di Sephora. Oh ya, sempat kaget karena kartu kredit BNI saya dari 3 kartu yang bisa dipakai hanya 1. Wah, saya jadi kaget. Padahal limitnya masih banyak. 

Setelah beres dari Sephora, Willy mengantarkan kami balik lagi ke hotel untuk mengambil koper. Saya minta tolong Willy untuk memesan Grab Car. Sore itu hujan turun dengan sangaaaat deras, mana sopir Grab Car nyasar ke My Hotel @ Sentral lagi. Huff! Jadi agak hujan-hujanan ketika mau naik ke mobil. Setelah berpamitan pada Willy, kami pun menuju bandara. Sepanjang jalan masih lanjut tidur sampai tiba di KLIA2. Kali ini ongkos Grab Car ditambah tol adalah RM 99. 

Di bandara, saya mampir sebentar di Starbucks untuk membeli Tumbler. Saya mencoba memakai kartu kredit lagi dan semuanya nggak bisa. Duh, untung aja masih punya sisa duit cash. Kenapa ini ya kartu kredit? Saya dan Kakros lalu mengantri cek in bagasi. Yang sialnya adalah, ketika Kakros mau claim GST Refund (pengembalian pajak), eh petugasnya minta diperlihatkan barang belanjaan dan kami baru aja cek in bagasi. Ohhh tidak! Padahal lumayan sampai RM 70. Yah, mau bagaimana lagi. Jadi pelajaran berharga.

Setelah selesai urusan immigrasi, kami masuk ke boardiang gate yang super jauh (terasa jauh karena membawa Mama yang belum terbiasa). Agak buru-buru juga karena mau shalat dulu baru boarding pesawat. Sayangnya udah buru-buru, eh malah pesawat delay sejam. Pesawat baru bisa terbang jam 23.15 waktu Kuala Lumpur. Karena sudah jam 10 malam dan masih memilih sisa uang ringgit, kami mampir ke Dunkin Donuts dulu untuk makan sandwich. Baru tau ternyata sandwich disini enak banget, hihihi.

Pukul 23.00 kami naik ke pesawat. Agak seram ketika pesawat tinggal landas terlalu bergetar. Ternyata tadi pesawat delay karena cuaca buruk. Bahkan udah di atas langit pun masih terus turbulensi. Ini adalah suasana yang paling saya takutkan ketika naik pesawat. Saya langsung menutup mata dengan hoodie jaket, dan tertidur sampai mendarat. Alhamdulillah juga, jadi nggak ketakutan selama di langit.

Kami sampai di Jakarta sekitar jam 1 malam, dan sampai Depok sekitar jam 2.30 pagi. Duh, rasanya ngantukkkk banget. Pas banget perjalanan kali ini 2 hari 2 malam karena hari Sabtu keluar dari rumah jam 2:30 pagi dan tiba di rumah kembali di jam yang sama di hari minggu.

Baiklah, sekian cerita perjalanan saya di Kuala Lumpur. Sampai jumpa :D

Februari 23, 2016

Japanese Village and Botanical Garden

Kami menunggu shuttle bus dari Colmar Tropical di Berjaya Hills Resort untuk melanjutkan perjalanan ke Japanese Village and Botanical Garden. Mungkin hanya 5-10 menit menunggu, bus pun datang. Kapasitas bus lumayan besar, sehingga bisa mengangkut banyak orang. Walaupun begitu, naik ke bus tetap aja agak rebutan, hehehe.
Foto di bus
Perjalanan menuju Japanese Village and Botanical Garden menurut saya agak seram. Jalannya agak curam dan terus menanjak. Jalannya juga berkelok-kelok yang membuat kami terkadang jadi miring ke kiri dan ke kanan. Di perjalanan, saya melihat ada beberapa orang sedang menunggangi kuda seperti koboi. Keren juga lho stylenya, hahaha. Sayang nggak sempat difoto karena saya sedang konsentrasi berpegangan di kursi bus. Takut terperosok ke kiri atau ke kanan.

Saya mengira kami akan diturunkan langsung di Desa Jepang. Ternyata kami harus menaiki anak tangga yang curam untuk sampai ke atas. Duh, nggak mungkin Mama sanggup menaiki anak tangga seperti itu. Akhirnya Mama menunggu di bawah dengan ditemani Nico, sedangkan kami naik ke atas. Karena cuaca terik banget, jadi cepat capek ketika harus menaiki anak tangga dan berjalan di jalanan yang menanjak sampai kami tiba di pintu masuk Desa Jepang.
Nanjak lagi
Pemandangan hijau
Plang selamat datang
Penunjuk arah
Terletak 3.500 kaki di atas permukaan laut, Desa Jepang (Japanese Village) adalah tempat bernuansa Jepang yang pertama di daerah tropis. Taman ini dirancang oleh arsitek terkenal Jepang, Kaio Ariizumi, dan dibangun oleh 22 pengrajin terampil yang didatangkan langsung dari negara sakura itu. Tempat ini dapat menjadi pilihan untuk menenangkan diri dari hiruk pikuk kota karena suasananya sangat tenang dan santai. Apalagi kalian bisa mendengar suara gemercik riak air di kolam buatan, dan suara desir angin dari celah-celah pepohonan.
Road map
Naik tangga lagi
Jalan lagi
Jalan terus
Jalan lagi
Desa Jepang ini berada di dalam hutan hujan tropis yang rimbun. Ada beberapa pertunjukan menarik yang bisa kalian nikmati seperti Japanese Tea House, Tatami Spa, Botanical Garden, Ryo Zan Tei Japanese Restaurant dan Ume Tatami Suite. Tamu dapat memilih untuk berpartisipasi dalam Upacara Teh (4 sesi setiap hari) di mana kita akan belajar lebih banyak tentang budaya Jepang. Sayangnya sewaktu saya kesini, hampir semua atraksinya sedang tutup. Aneh sekali, padahal kami datang pas operational hournya. Di Japanese Tea Housenya nggak ada orang sama sekali dan pintu pagar Tatami SPA juga tutup.
Suasana Jepang
Seharusnya ada pertunjukan minum teh
Disini kalian bisa menyewa kimono seharga RM 20 supaya sempurna hasil fotonya seperti benar-benar sedang berada di Jepang. Yang menyewa kimono juga rame banget. Semua orang sangat bersemangat berfoto di sekitar sini. Bagaimana dengan saya? Saya cukup puas berfoto tanpa kimono, hahahaha.
Menuju tempat sewa kimono
Disini ya kalo mau sewa kimono
Pose di batu
Gaya boy/girl band
Tempat spa
Pagarnya pun tutup
Menurut saya, Desa Jepang ini lumayan kecil. Saya dan teman-teman bisa mengitari semua tempat dalam 30 menit. Bahkan udah berfoto dengan segala macam gaya di berbagai tempat. Mungkin karena beberapa tempat yang menyuguhkan atraksi malah tutup, jadi kurang seru berada disini. Kami akhirnya mengakhiri jalan-jalan di Desa Jepang dengan masuk ke toko souvenir. Sebenarnya Botanical Garden dan Ryozan Tei Restaurant belum dikunjungi sih, cuma nggak enak meninggalkan Mama terlalu lama. Kasian juga Nico yang menemani Mama, sedangkan anaknya sendiri malah jalan-jalan.
Menuju Botanical Garden
Saya menelepon Nico untuk naik ke Desa Jepang sekedar untuk foto bareng. Atau mana tau dia mau beli souvenir. Setelah berfoto, kami pun turun melalui jalan lain. Kami nggak menuruni tangga seperti ketika awal kesini. Kasihan juga Mama nggak bisa ikutan naik. Maunya ada eskalator ya sampai ke atas, hahaha.
Selfi dulu
Jalan menurun
Mama menunggu di bawah
Setelah puas berkeliling, kami kembali menunggu shuttle bus. Perjalanan dari Desa Jepang ke Colmar Tropicale tidak terlalu menyeramkan seperti ketika kita naik. Mungkin karena jalannya menurun kali ya. Sesampai di Colmare Tropicale, kami langsung menuju ke mobil sewaan untuk pulang. Sepanjang jalan pulang, kami semua tidurrrr dengan nyenyak sampai ke KL Sentral. Kecape'an semua nih. Untung aja sebelum ke Berjaya Hills, kami sempat membeli air mineral, sehingga nggak kehausan disana. Mana cuaca terik banget. Sebaiknya kalau kalian kesini, jangan lupa bawa kaca mata hitam atau topi.

Oh ya, tiket masuk ke Berjaya Hills Resort adalah RM 13. Harga sewa mobil dari KL Sentral, menunggu selama di Berjaya Hills Resort, sampai diantar pulang lagi ke KL Sentral adalah RM 350, dibagi 7 menjadi RM 50 perorang. Lumayan lah ya.

Baiklah, nanti saya lanjutkan lagi ya ceritanya :)

Februari 22, 2016

Colmar Tropicale Berjaya Hills

Rasanya bangun pagi adalah hal yang paling berat hari itu. Yah, namanya weekend getaway, mau bermalas-malasan sih nggak akan bisa kemana-mana. Mau nggak mau harus ya bangun pagi, mandi, dandan, dan beberes koper karena harus check out hotel. Selagi saya, Mama, dan Kakros beberes, eh teman saya Willy dan Vanny sudah datang. Saya ngasih cake dari Nando's semalam ke Willy sebagai pengalihan untuk menunggu saya. Karena merasa udah ditungguin, jadi semakin cepat beberes koper. Lebih tepatnya adalah memasukkan semua barang ke dalam koper tanpa dirapikan, hahaha. Ya sudahlah, toh barangnya juga sedikit.

Setelah check out dan menitip koper, kami ke NU Sentral lagi karena Yudhi dan Nico udah menunggu disana. Kali ini Vanea nggak bisa ikut, jadi kurang 1 personel, hihihi. Kami mencari sarapan (padahal udah jam 10 pagi) di sekitar Nu Sentral, lalu berhenti di sebuah Resto bernama O'Briens. Katanya sih, sarapan disini lebih enak dari Subway. Saya pesan menu set A berdua dengan Mama, jadi porsinya agak lebih besar. Harganya memang sedikit mahal sekitar RM 20-30. Tapi memang makanannya enakkk bangettt. Sosisnya enak, roti bakarnya enak, bahkan daun salada dan tomat ceri yang biasanya saya nggak suka juga jadi enak. Ntah karena lagi lapar juga kali ya?
Sarapan
Selesai makan, Willy menelepon taksi 7 seater untuk dibook pergi-pulang dari Bukit Berjaya di Pahang. Tempat yang mau kami kunjungi ini sebenarnya menyediakan shuttle bus, tapi ntah dimana harus menunggu busnya dan kalau nggak salah harus di book jauh hari agar kebagian. Daripada repot menunggu shuttle, mending sewa mobil bareng-bareng. Bisa lebih santai juga. 
Udah di mobil
Perjalanan ke Bukit Berjaya dari KL Sentral memakan waktu 1 jam-1.5 jam. Jauh banget soalnya. Saya sampai ketiduran berkali-kali di mobil. Pemandangan di sepanjang jalan lebih banyak pohon-pohon atau pemukiman penduduk. Mungkin agak mirip pemandangan di tol Cipularang ketika kita mau ke Bandung. Setelah sampai, saya langsung takjub melihat tempat indah bergaya Eropa yang satu ini.
Tampak depan
Pose sama Mama dulu
Benteng
Tempat ini dinamakan Berjaya Hills, terletak di Bukit Tinggi, bukan di Padang, tapi di Pahang (tolong bedakan 'd' dan 'h'). Kata sopir mobil yang kami sewa, tempat ini masih dekat dengan Genting Highlands, walaupun saya kurang tau dimana tempatnya. Nah, Colmar Tropical adalah nama Hotel yang ada di Berjaya Hills Resort. Menurut saya, tempat ini bisa juga disebut Theme Park (taman bermain), walaupun nggak ada rollercoasternya.
Ada angsa
Pintu masuk
Jam
Kami masuk ke Resort melalui sebuah gerbang kastil. Saya jadi merasa seperti benar-benar sedang berada di kota Colmar, Perancis, yang bisa sering dijadikan tempat syuting film atau kota-kota di game RPG. Tempatnya sangat cantik, dengan bangunan-bangunan khas dengan banyak jendela dan palang kayu. Ada banyak lampion juga untuk menyambut Imlek. Saya dan teman-teman mulai menyusuri tempat ini satu demi satu.
Jalan kesana 
Sudut kota
Preman air mancur
Kalau kalian memiliki waktu lebih banyak, tidak ada salahnya apabila menyempatkan diri untuk menginap di hotel Colmar Tropicale. Berdasarkan dari Agoda.com, saya lihat harga kamar permalamnya nggak begitu mahal, sekitar Rp. 800rb sampai 1 jutaan. Standar hotel bintang 4 lah ya. Lumayan untuk bermalas-malasan sambil keliling Resort. Kalian juga bisa menikmati kolam renang, dengan pancuran air langsung ada di tembok dekat kolam renang.
Selfi dolo
Kolam renang dan pancoran
Gedung-gedung
Di Resort ini juga terdapat Clock Tower. Nah, karena takut kecapekan kalau harus naik tangga, Mama saya tinggal sebentar di sebuah Cafe pas di bawah Clock Tower. Ternyata malah ada elevator ke atas dan pemandangannya sungguh indah. Kalian bisa melihat gunung dan pepohonan hijau yang menyejukkan mata disini. Apalagi, kalian juga bisa melihat pemandangan resort dari atas. Subhanallah cantiknya.
Breathtaking
Gunung
selfi di lift
Selfi jangan lupa
Disana!
Kota dalam Game RPG
Setelah puas dan berfoto di atas Clock Tower, kami turun dan duduk-duduk di Cafe tempat Mama berada. Bukannya malah pesan makanan di Cafe itu, kami malah memakan Pavlova (kue enak)  yang dibeli Kakros sewaktu di KL Sentral. Kalian tidak perlu takut untuk kelaparan disini karena Resort ini memiliki banyak Cafe. Kalau kebelet juga WC ada dimana-mana dan super bersih. Jangan lupa juga beli souvenir lucu-lucu ya.
Cafe nongkrong
Toko souvenir
Setelah puas berkeliling Berjaya Hills Resort, perjalanan akan dilanjutkan ke Japanese Botanical Garden. Ditunggu ya ceritanya :)

Follow me

My Trip