Maret 31, 2016

Perjalanan Menuju Derawan

Libur tanggal merah (Paskah) kemarin, saya memutuskan untuk berlibur ke Derawan. Pulau yang satu ini adalah salah satu tempat yang paling ingin saya kunjungi. Gimana nggak, semua blog yang saya baca bilang kalau tempat ini super keren. Semua foto yang saya lihat juga menunjukkan betapa tempat ini adalah surga. Semula saya dan teman saya ingin ke Lombok karena dapat tiket cuma sejuta Pulang Pergi. Tapi karena kebanyakan mikir, jadinya belum beli-beli juga, eh keburu mahal. Lalu saya cek tiket ke Tarakan (yang akan saya lanjutkan ke Derawan). Ternyata murah, hanya Rp. 1,2 juta pulang pergi. Ya udah deh, mungkin memang sedang rejeki, saya putuskan untuk membeli tiket kesana. Lagian kalau diurutkan trip snorkeling saya dari awal sampai akhir, dimulai dari Pulau Tidung di Kepulauan Seribu, Karimun Jawa, Sabang, dan akhirnya Derawan. Sudah pas sih dari yang paling biasa aja sampai yang luar biasa.

Setelah membeli tiket, saya juga menggunakan jasa Open Trip Derawan di Sukawisata.com seharga Rp. 2,170,000 (upgrade ke penginapan AC). Kenapa memilih trip di web ini? Karena saya pernah ke Karimun Jawa menggunakan jasa Sukawisata dan memuaskan banget dan yang pasti bisa mengambil gambar dengan kamera underwater. Tour Guidenya ramah dan jago berenang, hahaha. Kok harus ditulis jago berenang?? Sewaktu di Karimun Jawa saya pernah tenggelam, karena berenang nggak pakai pelampung dalam kondisi asma sedang kambuh. Yah, mungkin penderita asma mengerti kalau tarikan napas terlalu cepat ketika sedang kambuh, jadi ritme tarik napas di laut kurang terkendali. Dengan sigap anak buah kapal menolong saya sebelum sempat masuk air ke paru-paru. Sebenarnya nggak tenggelam amat sih, karena kalau di laut pasti mengapung, hahaha. Tapi setelah naik ke kapal jadi pusing banget. Kalau mau mengikuti Open Trip ketika libur panjang, mending di book Open Trip dari sebulan yang lalu karena pasti penuh.

Saya naik Sriwijaya Air yang super On Time, keberangkatan jam 6.10 pagi. Kalian tau? Pagi itu bandara Soekarno Hatta penuhhh banget. Mana di depan bandara udah macet, antri cek in mengular panjang, bahkan masuk Gate juga antri panjang. Sampai banyak yang marah-marah karena antriannya diserobot orang. Bandara jadi terasa panas banget, orang-orang pada keringatan. Oh ya, teman saya malah ketinggalan pesawat dan nggak jadi deh liburan ke Derawan. Memang suasana bandara pagi itu agak kacau sih. Sampai ke ruang tunggu, cuma duduk sebentar, lalu boarding pesawat. Saya merasa semua serba cepat dan agak buru-buru.
Rute
Penerbangan dari Jakarta ke Balikpapan sekitar 2 jam. Saya tidur sampai tiba di Balikpapan. Baru pertama kali melihat bandara Sepinggan yang memang keren banget. Agak mirip KLIA2 di Malaysia. Transit di Sepinggan hanya 20 menit, lalu terbang lagi ke Tarakan. Penerbangan ke Tarakan dari Balikpapan memakan waktu 50 menit. Setiba di Tarakan, saya buru-buru ke toilet karena udah kebelet banget, lalu buru-buru juga ambil bagasi. Saya kirain bakalan ketinggalan mobil jemputan kalau lebih dari jam 11 siang. Ternyata kita naik kapal ke Derawan setelah shalat Jumat. Capee deh! Sempat berkenalan dulu sama rekan-rekan dalam satu trip, sekalian ngobrol-ngobrol dan makan siang di pelabuhan. Awalnya saya mengira bakalan makan siang dengan menu khas Tarakan. Eh ini malah makan Soto Lamongan di pelabuhan, hahaha.
Bandara Juwata
Rute Kapal
Pelabuhan
Kapal yang akan kami naiki
Mungkin beberapa diantara kalian belum tau dimana Derawan. Maka dari itu saya screen shoot gambarnya di peta supaya kelihatan. Saya kira bakalan naik kapal besar seperti sewaktu ke Sabang dari Tarakan ke Pulau Derawan. Ternyata hanya kapal boat nelayan yang agak menyeramkan. Kami duduk menyamping dengan boat yang melaju sangat kencang membelah-belah ombak yang tinggi. Hari itu memang cuaca agak kurang bersahabat, jadinya ombaknya lumayan tinggi. Kami sudah terpental-pental, melompat-lompat sambil duduk, tersantuk dinding kapal (mungkin udah benjol satu kepala), mana kapalnya kencang banget seperti roller coaster. Mungkin kalau 45 menit jumping jumping and bumping bumping seperti itu masih bisa di toleransi lah yaaa... Tapi ini 3,5 jam!!! Mana sekeliling hanya bisa melihat lautan biru, kadang berkabut, kadang hujan deras, pokoknya saya merasa berada di film Life of Phi. Pusing dan mualnya udah nggak tertahankan lagi, tapi untung nggak muntah.
Bersiap berlayar
Arus air
Setiba di Derawan, kami disambut hujan rintik-rintik. Saya memeluk pondasi dermaga karena masih merasa terayun-ayun dan terombang-ambing. Seharusnya tadi minum Antimo dulu. Dermaga di Derawan langsung bersisian dengan Mirroliz Pelangi Resort. Sebenarnya mau booking menginap disitu sih, tapi udah penuh. Ternyata yang booking adalah karyawan Bank Indonesia yang sedang rapat kerja. Enak banget rapat kerja ke Derawan. Jadilah rombongan saya menginap di penginapan yang agak ke dalam Pulau dengan kamar kecil dan sempit, walaupun ada ACnya. Tapi harus menunggu genset menyala dulu baru bisa nyalain AC. Kamar mandinya juga agak menatap ke langit langsung dimana air hujan menetes masuk.
Mirroliz Pelangi Resort dan Dermaga
Baiklah, udah kepanjangan. Nanti saya lanjutkan lagi ya~~~

Maret 29, 2016

Liburan ke Derawan

Hai semua! Kayaknya udah agak lama nggak posting blog. Tenang, saya akan menebus kesalahan saya karena udah beberapa hari nggak posting. Libur Paskah kemarin, untuk pertama kalinya saya ke Borneonya Indonesia. Dulu sewaktu ke Brunei Darussalam 'kan bukan punya Indonesia, walaupun sama-sama di Pulau Kalimantan. Kali ini, saya khusus pergi ke Kalimantan Timur untuk menjelajahi surga bawah laut.

Eits, sebelum saya menceritakan pengalaman berharga saya disana, saya mau kasih sneak peak dulu ya dengan foto-foto indah selama disana. Memang sih sebenarnya belum semua foto terkumpul karena para Guide yang pegang kamera belum membagikannya pada saya. Tapi nggak apa-apa deh, kurang lebih beberapa foto berikut ini bisa merepresentasikan betapa indahnya Indonesia. Selamat menikmati!
Gimana? Super keren 'kan? Ini belum seberapa. Banyak foto yang lebih keren lagi. Ditunggu ya postingan lengkapnya. Sampai jumpa!

Maret 23, 2016

Naik Blue Bird

Kemarin saya nggak masuk kantor karena sakit. Berhubung sakitnya sakitttt banget, jadi sampai lupa kalau tanggal 22 Maret 2016 itu ada aksi demo besar-besaran yang dilakukan oleh para supir taksi yang ingin menyalurkan aspirasinya untuk menentang taksi online. Saya hanya memantau dari tv sambil tergeletak tak berdaya di atas sofa.
Taksi blue bird
Jujur aja, sebenarnya blue bird termasuk taksi favorit dan kepercayaan saya sejak dulu. Apalagi, kantor saya yang sekarang bermitra dengan blue bird dengan menyediakan voucher taksi. Walaupun saya pulang tengah malam atau berangkat ke bandara pagi buta, saya tetap nggak takut kalau naik blue bird. Tapi fenomena taksi online yang didukung dengan kepraktisan memesan taksi dan pembayaran yang menggunakan kartu kredit memang sangat memudahkan kami sebagai pengguna jasa. Apalagi dengan era teknologi informasi sekarang, kita semua memang sangat membutuhkan semua hal praktis. Saya sengaja membeli handphone canggih supaya kalau menginstal segala macam aplikasi nggak ngehang, termasuk aplikasi taksi online.
Angry blue bird
Saya kecewa berat melihat anarkisme para sopir taksi kemarin. Blue bird yang berlambangkan burung biru yang cantik, berubah menjadi angry bird. Angry bird sih masih mending, lucu. Ini perbuatan anarkis sama sekali nggak lucu. Ada yang terluka, ada yang mobilnya rusak, lalu lintas macet parah, dan terlebih lagi rasa percaya kita semua hilang ntah kemana. Pasti kita akan merasa was-was, takut naik taksi karena takut dipukulin sama supirnya seperti sewaktu sedang demo.

Kemudian tadi malam saya nonton tv lagi dan bilang kalau hari ini seluruh armada taksi blue bird gratis 24 jam. Saya turun dari kereta dan ingin mencoba naik taksi. Walaupun saya agak takut, tapi masih berdoa dan percaya kalau masih banyak supir taksi yang baik. Tapi memang agak serem sih. Saya yang biasanya mengajak ngobrol pak supir, kali ini hanya diam saja membisu sampai ke tujuan. Takut juga sih ntar pak supirnya tersinggung lagi. Alhamdulillah saya sampai dengan selamat.

Alangkah baiknya kalau kemajuan teknologi di lawan dengan kemajuan teknologi juga. Apalagi kita sedang menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Pikiran manusia kan tidak terbatas. Kalau Grab dan Uber menawarkan harga murah, tinggal pesan melalui hp, dan pembayaran dengan kartu kredit, kenapa taksi konvensional tidak bisa menerapkannya? Kita tidak bisa menolak kecanggihan teknologi dan inovasi. Masyarakat pasti memilih yang mudah dan murah daripada yang ribet dan mahal. Saya menunggu inovasi dari seluruh perusahaan taksi konvensional dan marilah bersaing secara sehat.

-Curahan hati seorang pelanggan setia-

Maret 21, 2016

Rancupid Group

Sewaktu saya masih kecil, Ayah paling suka bertanya, "Tia kalau udah besar mau jadi apa?" 
Dan saya menjawab, "Presiden direktur, Yah!"
"Kenapa?"
"Karena kayaknya enak jadi orang kaya," (jawaban polos anak SD)

Sewaktu SMP, Ayah masih bertanya, "Kalau udah besar nanti mau jadi apa?"
Dan saya menjawab, "Masih Presiden Direktur, Yah. Kayaknya keren seperti Mamanya Tao Ming Tse." Dulu melihat Mama Tao Ming Tse kaya raya kayaknya enak banget. Bisa beli apa aja dan memberi perintah pada siapa saja. Tapi lebih tepatnya merasa keren karena bisa punya anak ganteng kayak Tao Ming Tse sih, hihihi.

Dan sewaktu SMA, masih tetap punya cita-cita jadi presiden direktur. Tapi kali ini orientasinya agak berbeda sedikit. Melihat abang yang masuk jurusan Teknik Informatika ITB, jadi pengen jadi penulis skenario untuk Game RPG. Masuk deh ke jurusan IT juga di ITHB. Pernah tes SPMB untuk jadi dokter, tapi nggak lulus. Kuliah IT malah disuruh ngoding yang ternyata saya nggak suka. Keterima kerja di bidang IT juga sampai sekarang.

Sampai suatu hari ketika sedang duduk-duduk sore dengan Ayah, Ayah kembali bertanya, "Masih ingat, kalau Tia dulu pengen banget jadi Presiden Direktur?" 
Saya tersenyum sambil melihat Ayah. "Ternyata susah banget ya Yah, untuk menuju posisi itu." Saya menengadah ke langit, "Seolah-olah jadi Presiden Direktur itu seperti menggapai langit."
Ayah hanya bilang, "Berdoa aja dan terus berikhtiar. Rezeki itu datang dari jalan yang tidak disangka-sangka dan Allah Maha Kaya. Siapa tau suatu hari bisa jadi Presiden Direktur."
Dear Ayah,
Anak Ayah sekarang seorang Presiden Direktur. Bahkan sebelum berusia 30 tahun, saya sudah bisa menggapai langit, walaupun masih terlalu banyak lapis langitnya. Hanya saja, kesempatan untuk menunjukkan kartu nama ini ke Ayah sudah tidak akan pernah ada lagi. Terima kasih untuk semua nasehat selama ini. Sudah tak terhitung berapa banyak cerita yang ingin saya sampaikan kepada Ayah. Terima kasih karena telah menjadi bintang terang untuk semua langit saya.

You must be proud of me, Dad...
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ

Maret 15, 2016

Payoneer VIP Networking & CEO Dinner

Tanggal 28 Februari 2016 kemarin (udah lama banget tapi baru ditulis di blog), saya diundang ke acara VIP Networking Dinner sebagai salah satu wadah para online enterpreneur buat ngobrol dan berbagi pengalaman. Setelah kurang lebih 4 tahun berjualan online, jujur aja ini adalah pertama kali saya diundang sebagai 'online seller' untuk ketemu para online enterpreneur lainnya. Biasanya saya hanya diundang untuk acara blog saja untuk menuliskan review. Acara ini diselenggarakan di Restoran Seribu Rasa, Menteng, Jakarta.
Ruang meeting
Karena saya dari Depok dan sempat memprediksi bakalan macet, saya jalan jam 5 sore dan sampai ke Resto sejam setelahnya. Mungkin karena saya naik kereta ke Tebet, lalu naik Uber ke resto, jadi nggak macet sama sekali. Saya sampai Resto 30 menit sebelum acara dimulai. Karena saya undangan yang paling pertama datang, jadi sempat ngobrol sama Mba Jenny, CEO kainkain yang juga berjualan di Amazon. Dia bekerja di Payoneer dan fotonya ada di banner web Payoneer, hihihi. 
Duduk cantik berdiskusi
Sebenarnya saya nggak begitu mengerti dengan cara kerja Payoneer karena dulu akunnya dibuatkan oleh adik saya. Pokoknya yang saya tau Payoneer dapat mentransfer duit saya dari Amazon ke rek BNI. Saya menggunakan Paypal untuk berbelanja di eBay dan Amazon, sedangkan Payoneer untuk mengambil duit dari hasil dagangan saya. Saya juga adalah pemain baru di marketplace luar negri sejak Oktober 2015 dan ternyata memang Amazon itu marketplace yang sangat menjanjikan. Omset saya perhari bisa naik berkali-kali lipat. 

Para tamu yang datang kemarin justru lebih mantap lagi. Beberapa dari mereka juga adalah CEO dari online shop masing-masing. Mereka sudah bermain di Amazon lebih lama dari saya dan bahkan sudah menyetok barang di gudang Amazon atau disebut Fulfillment by Amazon. Salah satu CEO yang dulunya sudah berjualan di eBay selama 2 tahun, tapi penjualannya sama dengan sebulan di Amazon. Gila banget kan? Oh ya, nggak semua yang datang adalah Amazon seller, tapi ada juga freelancers di berbagai web yang dibayar dengan dollar. Ah, mungkin saya yang paling kere kemarin, hahaha. 
Foto bareng
Kami mengobrol sambil menikmati makan malam yang disajikan di Resto. Duh, Resto mahal memang rasanya beda banget. Semua makanan enakkk banget, kecuali lidah sapi. Bukannya nggak enak, tapi saya ngeri untuk mencicipinya.  Makanan yang disajikan adalah masakan Indonesia. Jadi pas di lidah anak kampung seperti saya. Malam itu saya makan sangat banyak sampai kekenyangan banget.

Acara ini membuka wawasan saya untuk memaksimalkan berjualan secara online. Beberapa dari mereka memang sudah memiliki website e-commerce pribadi yang membuat para pembeli bisa bertransaksi dari seluruh dunia. Yang membuat saya agak menyesal adalah karena saya nggak punya kartu nama. Jadi pas mau tukeran dengan para undangan lainnya, malah merasa aneh. Mereka ngasih kartu nama ke saya dan saya nggak ngasih balik. Maaf ya, logo perusahaan aja baru jadi kemarin, hehehe. Lain kali saya pasti kasih kartu nama yang membuat kalian berdecak kagum dengan desainnya, hahahaha. 

Setelah acara usai, saya ke stasiun Tebet naik Uber lagi dan lanjut naik kereta. Sudah jam 10 malam dan di kereta sangat sepi. Tapi nggak di otak saya karena kepenuhan ide untuk bisnis selanjutnya. Mungkin saya harus membuat daftar bisnis mana yang saya harus jalankan terlebih dahulu. 

Doakan saya yah 😘

Maret 09, 2016

Total Solar Eclipse

Hari ini euphoria gerhana matahari total sangat terasa di seluruh Indonesia bahkan seluruh dunia. Memang saya nggak sempat mengabadikan sendiri dengan keluar rumah dan memotret gerhana dengan kamera pribadi. Tadi pagi saya puasa, jadi setelah sahur lalu tidur lagi. Sewaktu jam 7 pagi, sempat lupa sama gerhana dan merasa kok masih gelap gulita ya? Ya udah, lanjut tidur lagi. Sempat berpikir mau shalat gerhana juga, udah baca tata caranya, tapi apa daya di cluster rumah hanya ada mushalla kecil. Coba kalo dulu masih ngekos, dimana di sekitar kosan ada 3 mesjid besar yang mengumandangkan adzan bersahut-sahutan.
Walaupun nggak ngeliat fenomena alam yang hanya bisa terjadi di daratan selama 360 tahun sekali, tapi saya menonton tv yang menayangkan seluruh liputan tentang gerhana. Sempat senang banget sewaktu melihat dunia berubah 100% menjadi gelap gulita, ketika menyaksikan gerhana matahari live dari Palu. Walau hanya di tv, tapi rasanya itu nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Apalagi ketika melihat korona matahari. Ah, subhanallah. Sungguh luar biasa.
Sebenarnya gerhana matahari kali ini super spesial menurut saya. Selain karena tanggal 9 hari ini adalah hari libur nasional yang bertepatan dengan hari raya Nyepi, Indonesia juga menjadi perhatian dunia. Pariwisata terangkat yang otomatis meningkatkan perekonomian, jadi trending topik di twitter, bahkan NASA pun datang ke Indonesia. Saya juga kagum dengan perayaan nyepi dan shalat gerhana di Bali berlangsung dengan harmonis. Ah, jadi semakin cinta dengan Indonesia.
Dear Allah, thank you for this magnificent moment. Allahu akbar!

Photos courtesy from IG: arifarhamamin taken from Banda Aceh and detik.com

Maret 08, 2016

CEO Diary : Her

Karena terlalu banyak orang yang meminta kalau cerita CEO Diary kemarin dibuatin versi cowoknya, baiklah, baiklah. Akan saya buatkan. Tumben banget cerita cinta di blog saya bisa banyak banget yang baca. Mana yang kemarin itu 90% cerita asli. Tentunya cerita kali ini akan ditambahkan dengan segudang bumbu cinta agar terasa indah. Mumpung saya sudah mengumpulkan banyak informasi yang berguna untuk kelanjutan cerita ini. Mari disimak... Semoga pada suka yaaa...

***
Akhir-akhir ini gw terlalu sibuk memikirkan perusahaan. Bukan hanya perusahaan milik gw aja, tapi juga punya Papa. Sebenarnya gw capek banget, tapi mau bagaimana lagi. Ada yang bilang, kecil dimanja, muda berkarya, tua kaya raya, mati masuk surga. Tapi menyesuaikan semua hal itu di kehidupan gw sepertinya super berat. Iya sih memang pas kecil dimanja banget, sampai-sampai pas muda diberikan perusahan yang membuat tiap hari kelelahan.

Sebenarnya untuk orang yang masih berusia 20 tahunan seperti gw, memang mau nggak mau ya mendedikasikan diri untuk sekolah dan berkarya. Saking semangatnya, gw dua kali kuliah dengan jurusan yang berbeda, ilmu komputer dan bisnis international. Setelah itu melanjutkan usaha Papa terlebih dahulu, baru membuka usaha sendiri. Karena latar belakang ilmu komputer yang gw miliki dan rasa penasaran yang besar, akhirnya gw memutuskan untuk menekuni bisnis ekspor impor di beberapa marketplace terkenal di dunia seperti Amazon, eBay, Alibaba, dan lainnya. Alhasil, pendapatan gw perhari bisa puluhan ribu dollar hanya dari berjualan di Marketplace saja. Belum lagi di perusahaan Papa yang gw pimpin.

Trus pacar? Hmm, jangan menganggap cerita cinderella berlaku di kehidupan gw. Karena gw nggak suka cewek miskin, hahaha. Alasannya sih simple, gw nggak mau kekayaan gw dihabiskan oleh orang-orang miskin yang mendadak jadi kaya karena pacaran sama gw. Sebenarnya nggak sebegitunya juga sih, ntar kualat gw malah dapat pacar anak desa yang miskin. Duh, jangan sampai deh. Kalau anaknya relasi bisnis Papa sih ada beberapa yang pernah jadi pacar gw, atau dekat dengan gw. Tapi ya gitu-gitu aja sih.

Suatu malam, ketika sedang mendengarkan musik di kamar, gw menerima sebuah email yang berisi undangan meeting para CEO online enterpreneur. Nah, ini undangan meeting yang berbeda buat gw. Maklumlah, tiap hari undangan meeting ya dari rekan kerja Papa yang berisi om-om atau tante-tante semua. Ada sih orang-orang muda seperti gw, tapi jarang banget. Lagian gw bukan orang yang terlalu ramah dan banyak bicara. Berbasa-basi di meeting perusahaan Papa sebenarnya adalah hal yang paling gw nggak suka. Enakan diam aja, biar Papa yang ngomong, hahaha. 

Kali ini gw memutuskan untuk hadir di acara meeting para online seller itu. Selain untuk menambah teman (daripada meeting di perusahaan Papa yang orangnya itu-itu saja), gw berharap bisa menambah wawasan. Gw datang setelah magrib dan menyadari ternyata orang yang menghadiri meeting udah rame. Gw menyalami mereka satu-persatu, dimulai dari cewek yang duduk paling dekat dengan pintu, lalu terus berkeliling. Gw yakin 100% nggak ada yang inget nama gw kecuali ibu-ibu yang mengundang gw, hehehe.

Orang-orang mulai menceritakan tentang perusahaan dan bisnis mereka secara bergantian. Kebanyakan dari mereka memang pemain lama di internet market kecuali cewek satu-satunya di acara ini yang masih muda. Sebenarnya ada tiga cewek, yang satu ibu MC, yang satu lagi ibu-ibu yang ikut suaminya, dan dia. Kalau nggak salah namanya Renata. Kenapa gw inget? Karena dia satu-satunya cewek yang masih muda, hahaha. Gw dan dia bermain di marketplace yang sama, tapi gw lebih lama.

Karena tamu semakin banyak, kami jadi terpisah menjadi dua meja. Renata duduk di meja berbeda dengan gw, tapi kami tetap berhadap-hadapan. Sayangnya, dia kayaknya nggak pernah ngeliat gw lagi. Apa gw doang ya yang ngeliatin dia melulu? Dia sibuk mengobrol dengan orang-orang yang semeja dengannya. Hmm, ya sudahlah. Tapi gw masih belum ngobrol banget nih sama dia. Kan penasaran juga dengan bisnisnya (apa orangnya)?

Setelah acara makan malam selesai, dilanjut acara foto bareng. Kebetulan setelah foto bareng usai, gw bisa langsung menghampiri Renata, "Hi, saya Rio." kata gw sambil langsung menyodorkan tangan.
Renata menyalami gw, "Hi, saya Renata."
"Saya penasaran dengan bisnis kamu. Penjualannya gimana?" tanya gw basa basi.
"Bagus banget kok," jawab Renata yang terlihat gelisah.
"Oh ya? Wow. Jualan apa?" sambil pura-pura nggah ngeh kalau dia terlihat gelisah.
Renata lalu bilang, "Sori Rio, saya kebelet banget. Nanti kita ngobrol lagi ya."
"Oh OK Ren," kata gw sambil tersenyum.
Gw melihat Renata berlari ke toilet, tapi dihadang tamu lainnya untuk mengajaknya berkenalan. Tapi dia sepertinya udah kebelet banget, jadi langsung buru-buru ke toilet.

Gw kembali duduk di ruangan. Para tamu satu-persatu mulai berpamitan pulang. Sedangkan gw? Kenapa gw belum pulang? Gw lalu melihat Renata masuk ke ruangan lagi. Gw langsung merasa antusias. Dia mengambil tas, lalu menghampiri gw. Tiba-tiba, BRUKK! Tali tasnya copot dan jatuh ke lantai. Gw kaget setengah mati. Gw sempat memperhatikan tasnya, kok bisa copot strapnya? Bukannya itu merk mahal ya? Tapi dari pada bertanya, mendingan gw membantunya membereskan isi tas. Renata terdiam membisu sambil membantuku membereskan isi tasnya.

Selesai beres-beres, Renata bilang, "Sorry Rio, kayaknya obrolan kita tertunda terus ya. Maafin saya."
Gw tersenyum, "Nggak apa-apa kok. Jadi gimana bisnisnya? Kamu jualan apa?" Basa-basi lagi.
Tiba-tiba hp Renata berbunyi, gw terdiam lagi dan memberinya isyarat kepadanya untuk mengangkat telepon.
Ia mengangkatnya, "Iya Ma, ini mau pulang."
Wah, Mamanya sudah menyuruhnya pulang. Gw hanya bisa tersenyum, berpikir kalau kapan gw bisa ngobrol sama dia???

"Rio!" kata Renata tiba-tiba, "bisnis saya ekspor hasil tenun dari Indonesia ke Amerika."
Dan gw agak kaget lalu menjawab, "OK. Wow."
Kami terdiam. Tapi gw masih pengen ngobrol. Apa ajakin pulang bareng aja.
"Kamu bawa mobil?" tanya gw, barangkali cewek tajir seperti dia datang kesini pakai mobil.
Renata menggeleng.
"Dijemput?" tanya gw lagi dan Renata masih menggeleng. Agak heran juga sih, kenapa dia nggak pakai mobil pribadi. Tapi anggap saja ini kesempatan gw. "Mau bareng? Kita bisa ngobrol di mobil."
Renata terdiam.
"Tenang, saya nggak nyulik kok." Kata gw seraya tersenyum nakal. "Kamu pulang kemana?"
"Depok," jawab Renata. "Palingan saya turun di stasiun terdekat aja ya."
"OK." Akhirnya bisa juga ada kesempatan ngobrol. Ntar palingan gw bawa dia ke stasiun yang terdekat rumahnya. Berarti gw nganterin sampai Depok dong? Hahaha.


Kami berpamitan kepada para CEO lainnya, lalu berjalan menuju basement Resto dimana mobil gw terparkir. Gw melihat Renata agak kikuk dan kurang santai ketika masuk ke mobil gw. Mungkin karena kita memang belum kenal.
"Jadi kamu bisnis apa?" tanya Renata dan gw yakin ini hanya melanjutkan basa-basi.
Bosan ah, basa-basi melulu. Gw menatap Renata sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke jalan seraya menyetir.
Renata lalu diam.
Gw lalu tersenyum dan bilang, "Nggak usah ngobrolin bisnis lagi deh. Kan udah bukan acara meeting lagi. Kita ngobrolin yang lain aja ya."
Renata tersenyum, dan musik pun mengalun... 🎶🎶

Telah kutemukan, yang aku impikan
Kamu yang sempurna
Segala kekurangan, semua kelemahan
Kau jadikan cinta
-Rossa & Afgan-

Maret 02, 2016

CEO Diary : Him

Hi all, sudah lama nggak menulis cerita bertema cinta, ihhiiiyyy... Tahun ini banyak kejadian yang membuat saya merasa di atas angin. Baiklah, seperti biasa, cerita yang akan saya posting ini sudah dibumbui berjuta penyedap rasa. Agar terasa sedap dibaca. Selamat menikmati :)

***

Orang kaya baru, mungkin inilah sebutan yang pantas untukku sekarang. Setiap hari aku disibukkan dengan duit masuk dan duit keluar. Beginilah aku, seorang CEO yang masih berusia 20an, dengan penghasilan ribuan dollar perbulan, dan sedang curhat. Terkadang aku merasa terlalu workaholic. Demi mengejar uang, aku mulai bekerja setelah shalat shubuh, dan tidur setelah tengah malam. Terus saja begitu dan hampir setiap hari.

Kenapa aku sampai seperti itu? Mungkin sepele saja. Di dunia ini banyak barang bagus dan aku ingin membeli semuanya. Paling tidak, itu yang aku rasakan dulu, sebelum aku merintis usaha sendiri. Apalagi, setelah lulus kuliah aku kerja kantoran dengan gaji hanya sekitar 2 jutaan. Jangankan mau foya-foya, untuk makan aja harus diirit-irit.

Pemikiran aku sekarang berubah, dari ingin membeli semua barang yang aku suka, menjadi ingin memproduksi semua barang yang aku suka. Alhasil, aku menjadi cewek dengan rekening bank yang gendut. Tapi dari penampilan luar sih nggak kelihatan. Mungkin karena masih terbiasa dengan kehidupan serba biasa saja. Aku merintis usaha dari 0, dimulai dari keuntungan Rp. 50,000 perbulan, sampai $50,000 perbulan.

Suatu hari aku menerima sebuah email. Tumben banget aku menerima undangan makan malam bersama para CEO lainnya. Aku memutuskan untuk datang, sekalian menggunakan kesempatan ini untuk memperluas relasi bisnis. Sehari sebelum acara, aku membeli semua perlengkapan baru (aku bingung dengan isi lemari yang itu-itu saja). Tas baru, baju baru, jam tangan baru, sepatu baru, pokoknya banyak yang baru deh. Aku datang ke acara lebih cepat 30 menit dari tamu lainnya. Mungkin karena naik kereta, jadi nggak kena macet. Ibu-ibu yang mengundangku langsung menyambut dengan suka cita. Beberapa tamu lain kemudian mulai berdatangan. Aku masih belum antusias. Sampai aku sadar ternyata cowok-cowok kaya itu ganteng-ganteng. Mereka menyalamiku satu-persatu, dan aku jadi bersemangat.

Mereka mulai bercerita tentang bisnis dan perusahaan yang mereka pimpin secara bergantian. Aku langsung kaget. Kalau pendapatanku hanya ribuan dollar perhari, mereka bisa puluhan ribu dollar. Banyak yang sudah merintis usaha dari dulu, berbeda denganku yang baru saja bermain di dunia bisnis. Mereka juga antusias bertanya tentang bisnisku. Untung aku jago ngomong, jadi bisa bersilat lidah sedikit menceritakan tentang bisnis yang aku jalani.

Sesi makan malam pun dimulai. Sebenarnya aku sudah mulai kebelet pipis, tapi sibuk curi-curi pandang sama beberapa cowok ganteng yang duduk agak jauh dariku. Ada dua cowok yang menyita perhatianku, tapi aku lebih suka yang namanya Rio. Gayanya cool, santai, cara berbicaranya cerdas, tenang, dan mendengarkan dengan sangat baik apa yang diucapkan oleh lawan bicaranya. Penampilannya juga keren, dengan jaket kulit, celana jeans, dan sepatu kets. Aku menikmati makan malam sambil terus memperhatikan Rio mengobrol dengan undangan yang lain. Dan aku semakin kebelet pipis. Mau ke toilet, tapi takut acara bubar dan aku nggak bisa ngobrol dengan Rio lagi.

Sampai akhirnya setelah sesi foto bareng, Rio langsung menghampiriku. Memperkenalkan dirinya (lagi), menyalamiku, menatapku, dan mengajak ngobrol.
"Hi, nama saya Rio." sapanya.
"Renata," kataku tertegun terpesona sambil menahan pipis.
"Saya penasaran dengan bisnis kamu. Penjualannya gimana?"
"Bagus banget kok," Duh, udah nggak tahan kebelet.
"Oh ya? Wow. Jualan apa?"
Sayangnya aku udah pengen pipis banget, udah diujung tanduk. Sial, kenapa nggak pipis dari tadi.
"Sori Rio, saya kebelet banget. Nanti kita ngobrol lagi ya."
"Oh OK Ren," sambil tersenyum.
Ketika aku berjalan ke toilet, salah satu CEO ganteng lainnya menghadangku dan menyodorkan tangannya. "Hi, nama saya Ed."
Mati aku, "Hi Ed, saya Renata dan saya kebelet pipis banget." Sambil sangat menahan pipis dan menyalaminya.
Ed tertawa, "Ok, Ren. Nanti kita ngobrol lagi."

Aku berlari ke toilet. Menyelesaikan segala urusan dan kembali ke ruangan. Saat itu, beberapa tamu udah pulang duluan dan aku melihat Rio masih disana. Dia tersenyum melihatku. Aku mengambil tasku dan menghampirinya. Ada kejadian memalukan lagi. Sebelum aku berada pas dihadapan Rio, BRUK!!  Tali tasku putus. Rio kaget, apalagi aku. Gila ya, ini tas mahal yang aku beli kemaren, kenapa strapnya copot??? Rio terdiam, lalu menunduk membantuku membereskan isi tas. Duh, malu banget! Selesai beres-beres, aku bilang padanya, "Sorry Rio, kayaknya obrolan kita tertunda terus ya. Maafin saya."
Rio tersenyum, "Nggak apa-apa kok. Jadi gimana bisnisnya? Kamu jualan apa?"
Tiba-tiba hpku berbunyi, Mama menelepon. Rio terdiam dan memberi isyarat untuk menyuruhku mengangkat telepon.
Aku mengangkatnya, "Iya Ma, ini mau pulang."

Rio melihatku sambil senyum-senyum. Aku menjadi super nggak enak. "Rio, bisnis saya ekspor hasil tenun dari Indonesia ke Amerika." kataku tiba-tiba sebelum Rio bertanya lagi.
Dan dia menjawab, "OK. Wow."
Kami terdiam. Awalnya aku mau bilang kalau aku harus pulang, tapi nggak enak banget.
Seolah membaca pikiranku, Rio bilang, "Kamu bawa mobil?"
Aku menggeleng. Baru jadi orang kaya, jadinya nggak bawa mobil. Kataku dalam hati. Dan aku lupa kalau cowok-cowok tajir ini pasti punya mobil semua.
"Dijemput?" tanyanya lagi dan aku masih menggeleng.
"Mau bareng? Kita bisa ngobrol di mobil."
Aku terdiam.
"Tenang, saya nggak nyulik kok." Katanya tersenyum. "Kamu pulang kemana?" 
"Depok," jawabku. "Palingan saya turun di stasiun terdekat aja ya."
"OK."
Kami berpamitan kepada para CEO lainnya, lalu berjalan menuju basement Resto. Aku terpana lagi melihat mobil Rio yang super keren, dibandingkan aku yang hanya naik kereta. 
Aku lalu masuk ke mobil dan merasa kikuk banget. Biasanya nggak pernah kayak gini. Seharusnya aku selalu santai ketemu siapa aja. OMG! Untuk mencairkan suasana, aku bertanya bisnis lagi padanya. "Jadi kamu bisnis apa?" 
Rio menatapku sejenak, lalu mengalihkan pandangannya ke jalan seraya menyetir. 
Aku menunggu jawabannya. 
Ia lalu tersenyum dan bilang, "Nggak usah ngobrolin bisnis lagi deh. Kan udah bukan meeting lagi. Kita ngobrolin yang lain aja ya."
Dan musik pun mengalun... 🎶🎶

Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kaubawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
-Adera-

Maret 01, 2016

One Day in Cirebon

Tanggal 15 Februari 2016 kemarin, kantor saya tercinta mengadakan Outing. Kali ini tujuan Outingnya adalah Cirebon, kota Sunan Gunung Jati. Saya berangkat dari rumah jam 3:30 pagi dengan menggunakan Uber menuju Gambir. Saya menjemput teman saya terlebih dahulu di Lenteng Agung, baru deh langsung ke Gambir. Lumayan murah naik Uber dari Depok ke Gambir cuma Rp. 80,000. Kita harus absen jam 5 pagi, tapi tiba di Gambir jam 4.15. Saya dan David sarapan KFC dulu di untuk mengisi perut sekalian menunggu adzan Shubuh. Setelah makan, kami menuju tempat meeting point sekalian shalat shubuh dan menyelesaikan urusan di toilet.

Kami dibagi menjadi 3 tim berdasarkan warna tali pada badge. Saya dapat warna hijau muda dan sekelompok dengan Hafis. Sebenarnya pembagian tali ini hanya untuk membagi tempat di bus nantinya di Cirebon. Saya baru tau kalau kereta eksekutif ke Cirebon tersedia di Gambir. Kereta kami berangkat tepat pukul 6 pagi. Kami dapat sarapan di kereta. Setelah sarapan, saya tidur dengan nyenyak sampai tiba di Cirebon sekitar pukul 9 pagi. Semua karyawan kantor saya juga tertidur dengan nyenyak di kereta. Cuaca di Cirebon sangat panas, kontras sekali dengan dinginnya AC di dalam kereta. Sayangnya saya lupa bawa kacamata hitam.
Masjid Agung Cirebon
Saya sempat ke toilet terlebih dahulu baru naik ke bus. Saya terpaksa menutup tirai di dalam bus supaya nggak terlalu silau. Panas banget diluar. Ini adalah kali kedua saya ke Cirebon. Dulu pernah ke kota ini sewaktu kuliah.
Sarapan Nasi Jamblang
Antri Nasi Jamblang
Sarapan saya

Gaya di depan candi
Divisi saya 
Gaya
Gaya lagi 
Gaya lagi lagi
Mengintip
Dari atas
Full team 
Sok candid
Sok meeting
Bawa banner
Di keraton
Gaya di pintu keraton
Kereta Sultan
Foto 3D
Empal Gentong
Empal Asem
Foto dulu
Plang toko
Sate kambing
Beli batik
Berhubung saya sudah agak lupa ingatan tentang kota Cirebon (karena ada satu postingan yang saya sangat bersemangat untuk menuliskannya), jadi saya tulis seadanya dulu. Silahkan menikmati foto-fotonya saja terlebih dahulu ya.
Sampai jumpa :)
sumber: http://print.kompas.com/baca/2015/05/30/Sunyaragi%2c-Dunia-Sunyi-Kasepuhan-Cirebon

Follow me

My Trip