Karena terlalu banyak orang yang meminta kalau cerita CEO Diary kemarin dibuatin versi cowoknya, baiklah, baiklah. Akan saya buatkan. Tumben banget cerita cinta di blog saya bisa banyak banget yang baca. Mana yang kemarin itu 90% cerita asli. Tentunya cerita kali ini akan ditambahkan dengan segudang bumbu cinta agar terasa indah. Mumpung saya sudah mengumpulkan banyak informasi yang berguna untuk kelanjutan cerita ini. Mari disimak... Semoga pada suka yaaa...
***
Akhir-akhir ini gw terlalu sibuk memikirkan perusahaan. Bukan hanya perusahaan milik gw aja, tapi juga punya Papa. Sebenarnya gw capek banget, tapi mau bagaimana lagi. Ada yang bilang, kecil dimanja, muda berkarya, tua kaya raya, mati masuk surga. Tapi menyesuaikan semua hal itu di kehidupan gw sepertinya super berat. Iya sih memang pas kecil dimanja banget, sampai-sampai pas muda diberikan perusahan yang membuat tiap hari kelelahan.
Sebenarnya untuk orang yang masih berusia 20 tahunan seperti gw, memang mau nggak mau ya mendedikasikan diri untuk sekolah dan berkarya. Saking semangatnya, gw dua kali kuliah dengan jurusan yang berbeda, ilmu komputer dan bisnis international. Setelah itu melanjutkan usaha Papa terlebih dahulu, baru membuka usaha sendiri. Karena latar belakang ilmu komputer yang gw miliki dan rasa penasaran yang besar, akhirnya gw memutuskan untuk menekuni bisnis ekspor impor di beberapa marketplace terkenal di dunia seperti Amazon, eBay, Alibaba, dan lainnya. Alhasil, pendapatan gw perhari bisa puluhan ribu dollar hanya dari berjualan di Marketplace saja. Belum lagi di perusahaan Papa yang gw pimpin.
Trus pacar? Hmm, jangan menganggap cerita cinderella berlaku di kehidupan gw. Karena gw nggak suka cewek miskin, hahaha. Alasannya sih simple, gw nggak mau kekayaan gw dihabiskan oleh orang-orang miskin yang mendadak jadi kaya karena pacaran sama gw. Sebenarnya nggak sebegitunya juga sih, ntar kualat gw malah dapat pacar anak desa yang miskin. Duh, jangan sampai deh. Kalau anaknya relasi bisnis Papa sih ada beberapa yang pernah jadi pacar gw, atau dekat dengan gw. Tapi ya gitu-gitu aja sih.
Trus pacar? Hmm, jangan menganggap cerita cinderella berlaku di kehidupan gw. Karena gw nggak suka cewek miskin, hahaha. Alasannya sih simple, gw nggak mau kekayaan gw dihabiskan oleh orang-orang miskin yang mendadak jadi kaya karena pacaran sama gw. Sebenarnya nggak sebegitunya juga sih, ntar kualat gw malah dapat pacar anak desa yang miskin. Duh, jangan sampai deh. Kalau anaknya relasi bisnis Papa sih ada beberapa yang pernah jadi pacar gw, atau dekat dengan gw. Tapi ya gitu-gitu aja sih.
Suatu malam, ketika sedang mendengarkan musik di kamar, gw menerima sebuah email yang berisi undangan meeting para CEO online enterpreneur. Nah, ini undangan meeting yang berbeda buat gw. Maklumlah, tiap hari undangan meeting ya dari rekan kerja Papa yang berisi om-om atau tante-tante semua. Ada sih orang-orang muda seperti gw, tapi jarang banget. Lagian gw bukan orang yang terlalu ramah dan banyak bicara. Berbasa-basi di meeting perusahaan Papa sebenarnya adalah hal yang paling gw nggak suka. Enakan diam aja, biar Papa yang ngomong, hahaha.
Kali ini gw memutuskan untuk hadir di acara meeting para online seller itu. Selain untuk menambah teman (daripada meeting di perusahaan Papa yang orangnya itu-itu saja), gw berharap bisa menambah wawasan. Gw datang setelah magrib dan menyadari ternyata orang yang menghadiri meeting udah rame. Gw menyalami mereka satu-persatu, dimulai dari cewek yang duduk paling dekat dengan pintu, lalu terus berkeliling. Gw yakin 100% nggak ada yang inget nama gw kecuali ibu-ibu yang mengundang gw, hehehe.
Orang-orang mulai menceritakan tentang perusahaan dan bisnis mereka secara bergantian. Kebanyakan dari mereka memang pemain lama di internet market kecuali cewek satu-satunya di acara ini yang masih muda. Sebenarnya ada tiga cewek, yang satu ibu MC, yang satu lagi ibu-ibu yang ikut suaminya, dan dia. Kalau nggak salah namanya Renata. Kenapa gw inget? Karena dia satu-satunya cewek yang masih muda, hahaha. Gw dan dia bermain di marketplace yang sama, tapi gw lebih lama.
Karena tamu semakin banyak, kami jadi terpisah menjadi dua meja. Renata duduk di meja berbeda dengan gw, tapi kami tetap berhadap-hadapan. Sayangnya, dia kayaknya nggak pernah ngeliat gw lagi. Apa gw doang ya yang ngeliatin dia melulu? Dia sibuk mengobrol dengan orang-orang yang semeja dengannya. Hmm, ya sudahlah. Tapi gw masih belum ngobrol banget nih sama dia. Kan penasaran juga dengan bisnisnya (apa orangnya)?
Setelah acara makan malam selesai, dilanjut acara foto bareng. Kebetulan setelah foto bareng usai, gw bisa langsung menghampiri Renata, "Hi, saya Rio." kata gw sambil langsung menyodorkan tangan.
Renata menyalami gw, "Hi, saya Renata."
"Saya penasaran dengan bisnis kamu. Penjualannya gimana?" tanya gw basa basi.
"Bagus banget kok," jawab Renata yang terlihat gelisah.
"Oh ya? Wow. Jualan apa?" sambil pura-pura nggah ngeh kalau dia terlihat gelisah.
Renata lalu bilang, "Sori Rio, saya kebelet banget. Nanti kita ngobrol lagi ya."
"Oh OK Ren," kata gw sambil tersenyum.
Gw melihat Renata berlari ke toilet, tapi dihadang tamu lainnya untuk mengajaknya berkenalan. Tapi dia sepertinya udah kebelet banget, jadi langsung buru-buru ke toilet.
Gw kembali duduk di ruangan. Para tamu satu-persatu mulai berpamitan pulang. Sedangkan gw? Kenapa gw belum pulang? Gw lalu melihat Renata masuk ke ruangan lagi. Gw langsung merasa antusias. Dia mengambil tas, lalu menghampiri gw. Tiba-tiba, BRUKK! Tali tasnya copot dan jatuh ke lantai. Gw kaget setengah mati. Gw sempat memperhatikan tasnya, kok bisa copot strapnya? Bukannya itu merk mahal ya? Tapi dari pada bertanya, mendingan gw membantunya membereskan isi tas. Renata terdiam membisu sambil membantuku membereskan isi tasnya.
Selesai beres-beres, Renata bilang, "Sorry Rio, kayaknya obrolan kita tertunda terus ya. Maafin saya."
Gw tersenyum, "Nggak apa-apa kok. Jadi gimana bisnisnya? Kamu jualan apa?" Basa-basi lagi.
Tiba-tiba hp Renata berbunyi, gw terdiam lagi dan memberinya isyarat kepadanya untuk mengangkat telepon.
Ia mengangkatnya, "Iya Ma, ini mau pulang."
Wah, Mamanya sudah menyuruhnya pulang. Gw hanya bisa tersenyum, berpikir kalau kapan gw bisa ngobrol sama dia???
"Rio!" kata Renata tiba-tiba, "bisnis saya ekspor hasil tenun dari Indonesia ke Amerika."
Dan gw agak kaget lalu menjawab, "OK. Wow."
Kami terdiam. Tapi gw masih pengen ngobrol. Apa ajakin pulang bareng aja.
"Kamu bawa mobil?" tanya gw, barangkali cewek tajir seperti dia datang kesini pakai mobil.
Renata menggeleng.
"Dijemput?" tanya gw lagi dan Renata masih menggeleng. Agak heran juga sih, kenapa dia nggak pakai mobil pribadi. Tapi anggap saja ini kesempatan gw. "Mau bareng? Kita bisa ngobrol di mobil."
Renata terdiam.
"Tenang, saya nggak nyulik kok." Kata gw seraya tersenyum nakal. "Kamu pulang kemana?"
"Depok," jawab Renata. "Palingan saya turun di stasiun terdekat aja ya."
"OK." Akhirnya bisa juga ada kesempatan ngobrol. Ntar palingan gw bawa dia ke stasiun yang terdekat rumahnya. Berarti gw nganterin sampai Depok dong? Hahaha.
Kami berpamitan kepada para CEO lainnya, lalu berjalan menuju basement Resto dimana mobil gw terparkir. Gw melihat Renata agak kikuk dan kurang santai ketika masuk ke mobil gw. Mungkin karena kita memang belum kenal.
"Jadi kamu bisnis apa?" tanya Renata dan gw yakin ini hanya melanjutkan basa-basi.
Bosan ah, basa-basi melulu. Gw menatap Renata sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke jalan seraya menyetir.
Renata lalu diam.
Gw lalu tersenyum dan bilang, "Nggak usah ngobrolin bisnis lagi deh. Kan udah bukan acara meeting lagi. Kita ngobrolin yang lain aja ya."
Renata tersenyum, dan musik pun mengalun... 🎶🎶
Telah kutemukan, yang aku impikan
Kamu yang sempurna
Segala kekurangan, semua kelemahan
Kau jadikan cinta
-Rossa & Afgan-
Setelah acara makan malam selesai, dilanjut acara foto bareng. Kebetulan setelah foto bareng usai, gw bisa langsung menghampiri Renata, "Hi, saya Rio." kata gw sambil langsung menyodorkan tangan.
Renata menyalami gw, "Hi, saya Renata."
"Saya penasaran dengan bisnis kamu. Penjualannya gimana?" tanya gw basa basi.
"Bagus banget kok," jawab Renata yang terlihat gelisah.
"Oh ya? Wow. Jualan apa?" sambil pura-pura nggah ngeh kalau dia terlihat gelisah.
Renata lalu bilang, "Sori Rio, saya kebelet banget. Nanti kita ngobrol lagi ya."
"Oh OK Ren," kata gw sambil tersenyum.
Gw melihat Renata berlari ke toilet, tapi dihadang tamu lainnya untuk mengajaknya berkenalan. Tapi dia sepertinya udah kebelet banget, jadi langsung buru-buru ke toilet.
Gw kembali duduk di ruangan. Para tamu satu-persatu mulai berpamitan pulang. Sedangkan gw? Kenapa gw belum pulang? Gw lalu melihat Renata masuk ke ruangan lagi. Gw langsung merasa antusias. Dia mengambil tas, lalu menghampiri gw. Tiba-tiba, BRUKK! Tali tasnya copot dan jatuh ke lantai. Gw kaget setengah mati. Gw sempat memperhatikan tasnya, kok bisa copot strapnya? Bukannya itu merk mahal ya? Tapi dari pada bertanya, mendingan gw membantunya membereskan isi tas. Renata terdiam membisu sambil membantuku membereskan isi tasnya.
Selesai beres-beres, Renata bilang, "Sorry Rio, kayaknya obrolan kita tertunda terus ya. Maafin saya."
Gw tersenyum, "Nggak apa-apa kok. Jadi gimana bisnisnya? Kamu jualan apa?" Basa-basi lagi.
Tiba-tiba hp Renata berbunyi, gw terdiam lagi dan memberinya isyarat kepadanya untuk mengangkat telepon.
Ia mengangkatnya, "Iya Ma, ini mau pulang."
Wah, Mamanya sudah menyuruhnya pulang. Gw hanya bisa tersenyum, berpikir kalau kapan gw bisa ngobrol sama dia???

Dan gw agak kaget lalu menjawab, "OK. Wow."
Kami terdiam. Tapi gw masih pengen ngobrol. Apa ajakin pulang bareng aja.
"Kamu bawa mobil?" tanya gw, barangkali cewek tajir seperti dia datang kesini pakai mobil.
Renata menggeleng.
"Dijemput?" tanya gw lagi dan Renata masih menggeleng. Agak heran juga sih, kenapa dia nggak pakai mobil pribadi. Tapi anggap saja ini kesempatan gw. "Mau bareng? Kita bisa ngobrol di mobil."
Renata terdiam.
"Tenang, saya nggak nyulik kok." Kata gw seraya tersenyum nakal. "Kamu pulang kemana?"
"Depok," jawab Renata. "Palingan saya turun di stasiun terdekat aja ya."
"OK." Akhirnya bisa juga ada kesempatan ngobrol. Ntar palingan gw bawa dia ke stasiun yang terdekat rumahnya. Berarti gw nganterin sampai Depok dong? Hahaha.
Kami berpamitan kepada para CEO lainnya, lalu berjalan menuju basement Resto dimana mobil gw terparkir. Gw melihat Renata agak kikuk dan kurang santai ketika masuk ke mobil gw. Mungkin karena kita memang belum kenal.
"Jadi kamu bisnis apa?" tanya Renata dan gw yakin ini hanya melanjutkan basa-basi.
Bosan ah, basa-basi melulu. Gw menatap Renata sejenak, lalu mengalihkan pandangan ke jalan seraya menyetir.
Renata lalu diam.
Gw lalu tersenyum dan bilang, "Nggak usah ngobrolin bisnis lagi deh. Kan udah bukan acara meeting lagi. Kita ngobrolin yang lain aja ya."
Renata tersenyum, dan musik pun mengalun... 🎶🎶
Telah kutemukan, yang aku impikan
Kamu yang sempurna
Segala kekurangan, semua kelemahan
Kau jadikan cinta
-Rossa & Afgan-
3 comments:
Aduh aduh aduh..\(*A*)/
Next blog judulnya "CEO Diary: Us"
Auuuuw~ ~ ~
mesem mesem sendiri pagi pagi baca ini :D
abis ini bikin versi mama nya renata pliss
Posting Komentar