Sepulang dari Pulau Gusung, kami kembali ke Pulau Derawan. Karena udah sore, agak galau juga mau menikmati sunset terlebih dahulu apa mandi ya? Tapi rasanya badan ini udah nggak enak karena seharian berenang di air laut. Akhirnya pilihan kami jatuh pada mandi dulu. Kali ini mandinya buru-buru karena takut nggak dapat sunset.
 |
Matahari terbenam |
Setelah mandi, kami langsung berjalan ke dermaga. Sayangnya hari itu mendung. Matahari jadi tertutup awan. Jadi sedih deh nggak bisa menikmati matahari tenggelam di Pulau Derawan. Dulu sewaktu di Karimun Jawa, sunsetnya bagus banget. Padahal udah bawa tripod segala, berharap bisa mengambil foto-foto langit kemerah-merahan. Yang ada malah menemukan langit ke abu-abuan. Ya sudahlah, belum rejeki. Kami nongkrong di dermaga sampai setelah magrib. Anginnya kencang sekali. Walaupun rambut saya basah dan di kerudung, anginnya masuk juga ke dalam kerudung dan rambut jadi cepat kering, hahaha.
 |
Indahnyaa |
 |
Sepeda siapa ini ya? |
 |
Kakros |
 |
Narsis |
Setelah puas bernarsis ria di dermaga, kami melanjutkan perjalanan untuk makan Lobster. Ini udah jadi rencana kami dari malam kemarin karena ketika jalan-jalan malah bertemu tempat makan lobster yang terlihat enak banget. Sewaktu lagi jalan, tiba-tiba ada suara memanggil, "Kak mutiaaa." Saya kaget dan menoleh. Ternyata Mas guide kita yang manggil untuk mempersilahkan makan malam. Saya langsung bilang kalau kami mau makan diluar aja. Jadilah kami kembali jalan kaki untuk mencari tempat makan. Awalnya masih nanya-nanya dulu di setiap resto untuk mencari harga yang paling murah. Tapi ternyata nggak semua resto menyediakan lobster. Akhirnya pilihan kami jatuh pada Rumah Makan Ira Sari, yang ternyata pemiliknya juga salah satu guide lokal yang ikut kami snorkeling tadi.
 |
Menu makanan |
Awalnya saya merasa lobster disini mahal karena bapak itu menyebutkan harga lobster Rp. 300,000. Setelah diklarifikasi, ternyata Rp. 300,000 itu untuk porsi sekilo lobster. Kami pesan 1/2 kg untuk bertiga, ditambah nasi, ikan bakar, dan sambal. Sambil menunggu, kami memesan kelapa muda juga. Mengingat dulu di Sabang pesan kelapa muda, eh yang datang kelapa tua. Di tempat makan saya ini, kelapa mudanya malah muda banget. Dagingnya gampang banget di korek. Enak banget deh pokoknya. Karena sudah hampir 30 menit menunggu dan makanan nggak kunjung datang, akhirnya saya jalan ke dapur untuk melihat para koki ngapain aja sih. Ternyata memang pesanannya banyak, tukang masak lobster cuma 1 orang, yang menyiapkan nasi 1 orang, yang membakar ikan di tungku juga 1 orang. Saya sampai menaruh nasi sendiri ke piring dan membawanya ke meja makan. Awalnya kami memesan ikan goreng, tapi yang udah ready cuma ikan bakar. Ya udah deh, ikan bakar aja.
 |
Makanan |
Setelah kira-kira satu jam menunggu, akhirnya semua makanan datang. Alhamdulillah. Mana udah lapar banget. Dan lucunya lagi, kami bisa menghabiskan makanan hanya dalam 15 menit saja. Kelamaan nunggu nih, makannya cuma sebentar. Lobsternya enakkkk banget dan ikan bakarnya juga sampai terasa bara apinya. Makanya makanannya jadi enaaak banget. Apalagi kami 'kan capek snorkeling, jadi terasa lapar banget. Sebenarnya mau pesan lagi, tapi mengingat harus menunggu sejam lagi, ah mendingan udahan.
 |
Selamat makan |
Setelah makan, kami menyewa 2 buah sepeda. Kok dua? Kami kan bertiga? Tunggu dulu. Berhubung saya capek, jadinya saya cuma mau dibonceng. Biar kayak wanita desa gitu, hahahahaha. Nggak sih, alasannya saya udah lelah, jadinya mau dibonceng aja. Satu sepeda dihargai Rp. 20,000 untuk sekali pakai. Ada juga tempat penyewaan yang menyewakan Rp. 20,000 per jam. Mahal amat yak? Kami berkeliling pulau dari ujung ke ujung. Mencari mesjid, sekolah, kantor polisi, dan sebagainya. Malam itu padahal malam minggu, tapi pulau ini lebih sepi dari malam sebelumnya.
 |
Bulannya bagus |
Kami mengayuh sepeda sampai ke daerah resort lagi. Tiba-tiba saya melihat sosok putih diatas pohon. Saya bilang, "Kakros, ada hantu." Teman saya Kakros pas melihat putih-putih langsung membalap sepedanya kabur. Saya yang duduk menyamping malah menghadap ke bayangan putih itu terus. Aneh, kok ada hantu ya disini? Ternyata ada kuburan juga di sekitar situ, hiiiii. Setelah ketemu hantu, kami mampir ke pasar malam. Agak was-was memarkir sepeda sembarangan, tapi seharusnya memang nggak akan ada yang mencurinya. Saya lihat banyak orang sedang bermain kartu (apa judi?), lalu ada yang berjualan juga, dan ada taman bermain dadakan. Karena merasa nggak ada apa-apa, kami mengambil sepeda lagi dan berkeliling pulau.
Sempat bertemu rekan satu tim yang sedang makan di resto juga. Mereka sedang tukeran foto dan membuat grup Whatsapp. Saya tanya kenapa nggak makan makanan yang udah di siapin sama tour? Kata mereka menunya itu-itu aja. Ya udah deh, nyari makanan lain. Kami bertiga malah mampir lagi di tempat makan cemilan hanya sekedar untuk makan gorengan, menikmati teh panas, dan pisang keju. Ntah kenapa saya pengen banget makan pisang keju, hehehe. Setelah capek berkeliling dan kenyang makan, akhirnya kami mengembalikan sepeda, lalu pulang ke penginapan. Rasanya udah capek banget badan ini.
Ada hal yang unik lainnya. Ketika saya tidur, tiba-tiba ada suara tikus (atau binatang apa pun itu) di langit-langit. Saya beberapa kali terbangun. Kakros juga terbangun, tapi dia lebih berpikir kalau itu adalah kecoa, hahaha. Mana ada kecoa kejar-kejaran sampai berbunyi. Kami jadi tidur dalam kondisi tidak terlalu nyenyak karena kepikiran sama binatang di langit-langit itu.
Baiklah, nanti saya cerita lagi ya. Ini postingan saya ke 700 dan saya mempostingnya di Stasiun Pasar Senen dalam perjalanan saya ke Pekalongan. Sampai jumpa lagi.