Hari Selasa tanggal 3 Mei 2016, saya dijadwalkan terbang ke Banda Aceh untuk mengisi Talkshow. Mungkin beberapa dari kalian akan bertanya, kok bisa mengisi Talkshow? Ceritanya begini, saya sedang buka Facebook dan melihat ada yang memposting songket Aceh hasil karya Fitri Aulia yang sangat indah. Mungkin kalian sudah mengenal Fitri Aulia, seorang desainer asal Aceh pemilik brand Kivitz, yang desainnya sangat Sylish dan Syar'i. Berhubung saya memang sedang mencari tahu dan belajar banyak tentang kain (termasuk songket), saya jadi tertarik untuk membeli songket Fitri Aulia. Saya sempat membaca beberapa komen orang di Instagram Fitri Aulia yang bilang mau beli songket karyanya, tapi nggak ada satu pun yang dibalas.
Akhirnya saya komen di Facebook Bang Azhar Ilyas. Saya bilang mau beli songket Fitri Aulia karena bagus banget, terus saya mau belajar motif Aceh untuk memperkaya pengetahuan saya. Saya sudah jalan ke Pekalongan dan Bali hanya untuk mempelajari kain langsung dari para pakar. Kebetulan sekali, Fitri Aulia ternyata berencana datang ke Banda Aceh untuk belajar motif-motif Aceh. Saya juga baru tau kalau ternyata Banda Aceh sedang menggelar acara Festival Kota Kita dalam rangka ulang tahun Banda Aceh ke 811.
Dari chat di Facebook untuk bertanya tentang kain songket, sampai chat ke Whatsapp. Ternyata Bang Azhar Ilyas ini sering baca blog saya juga. Rencananya memang bakalan ada kopdar blogger di Banda Aceh dan beliau mengundang saya untuk ikut. Saya sih oke-oke saja, selama acaranya di tanggal 4 dan 5 Mei. Selanjutnya saya harus pulang ke Matang untuk bertemu Mama. Di sela-sela kesibukan saya di Bali, saya masih chat via Whatsapp dengan Bang Azhar Ilyas tentang waktu yang tepat untuk bertemu pakar motif, beli songket, dan kopdar blogger. Beliau sampai menelepon saya untuk mencocokkan waktu agar bisa sesuai juga dengan jadwalnya Fitri Aulia. Sampai akhirnya, tercetuslah ide untuk saya jadi pembicara di talkshow.
Awalnya saya bingung, karena saya sendiri nggak tau mau ngomongin apa di talkshow. Ini adalah talkshow saya yang pertama. Saya menyarankan adanya moderator untuk bertanya kepada saya. Sebenarnya peran saya disini hanyalah eksportir, yang menjual hasil kerajinan Indonesia via online marketplace. Kalau disuruh jadi pembicara, saya malah bingung. Saya kemudian teringat kepada abang sepupu saya yang super pintar, futuristik, dan berwawasan luas, bang Arif Arham. Saya bilang semua kronologis cerita kenapa saya bisa jadi pengisi talkshow sampai saya harus ngomong apa. Ternyata memang saya berkonsultasi dengan orang yang tepat, bang Arif bisa menyatukan semua ide di dalam otak saya yang sudah berpencar-pencar menjadi terarah. Thanks bang Arif, you're so smart as always. Pembahasan saya dengan bang Arif di telepon nggak akan saya tulis dulu yah. Nanti aja di postingan selanjutnya, biar penasaran. Hahaha. 2 hari sebelum talkshow, saya mulai mempromosikan acara ini di Path. Seharusnya bisa di semua media sosial, tapi posternya belum selesai.
Setelah pulang dari Bali di hari senin, jadwal saya berangkat ke Aceh adalah hari Selasa jam 17:25. Poster talkshow baru selesai sehari sebelum acara dan saya akhirnya bisa mempostingnya di seluruh media sosial. Sebenarnya mempromosikan sebuat event sehari sebelum acara secara mendadak itu biasanya kurang efektif. Tapi mau bagaimana lagi, saya juga termasuk narasumber dadakan, hahaha. Sebelum ke Aceh, saya beberes rumah dulu dan menyelesaikan listing Fulfillment By Amazon (FBA). Ternyata barang yang harus saya listing banyak banget dan adik saya juga sedang pergi meeting dengan temannya sesama seller Amazon. Saya kerjain semua sendirian sampai adik pulang. Kami makan siang sebentar, lalu melanjutkan listing. Sekitar jam 13.30, barang FBA selesai di packing, kami pun mandi. Kami lalu memesan Uber ke Bandara. Sebelumnya, kami ke kantor pos yang di dekat komplek. Ternyata pengiriman luar negeri hanya bisa dilakukan di kantor pos pusat Depok. Terpaksa kesana dulu, mana jalan macet, waktu sudah menunjukkan pukul 14.30, dan saya mulai panik.
Yang sialnya lagi, kantor pos pusat Depok antrinya panjanggg banget. OMG! Saya udah deg-degan, nggak bisa ngomong, takut ketinggalan pesawat. Saya baru dapat antrian pukul 15.00 dan lumayan lama juga prosesnya karena pengiriman ke luar negeri. Untung ibu petugas kantor pos baek banget dan sangat membantu kami. Pokoknya, jam 15.30 baru keluar dari kantor pos. Pikiran saya langsung kacau melihat Google Maps dimana semua rute jalan berwarna merah yang menandakan kalau seluruh Jakarta macet parah. Perkiraan tiba di bandara adalah pukul 17.00 dan seharusnya konter cek in udah tutup. Tapi kami tetap berusaha jalan dulu. Menerobos macetnya ibukota. Mana pas ditengah jalan diberhentikan polisi karena plat mobil Uber agak berbeda dari yang biasanya kata pak Polisi. Meskipun urusan di Polisi cepat, saya tetap was-was. Khawatir banget sampai-sampai nggak mau ngobrol sama sekali sama adik saya.
Kami tiba di Bandara pukul 17:15 dan pesawat udah boarding. Saya terdiam, rasanya pengen nangis, baru kali ini saya ketinggalan pesawat. Adik saya berusaha untuk tetap bisa cek in, tapi hasilnya nihil. Bahkan udah datang ke customer service juga tetap nggak bisa lagi. Yang anehnya, banyak orang yang ketinggalan pesawat hari itu. Ada sekitar 10 orang yang nggak bisa boarding dan alasan mereka semua sama, yaitu Jakarta macet parah. Sempat meminta tolong untuk booking pesawat Batik Air besok pagi di customer service agar dapat diskon 10%, tapi ternyata nggak bisa diskon. Kecuali bookingnya Lion Air juga. Mau bagaimana lagi, kami keluar dari tempat cek in, lalu mencari makan malam.
Di Resto, adik saya membooking pesawat Batik Air menggunakan BCA Klikpay. Sialnya, sekali BCA Klikpay gagal bayar (adik saya lupa password), booking-an tiketnya nggak bisa di proses lagi. Padahal kebetulan banget dapat Batik Air hanya Rp. 1,2 juta ke Banda Aceh. Alhasil, kami harus booking ulang dan dapat harga Rp. 1,7 juta. Duh, saya stress lagi karena dapat tiket yang lumayan mahal. Tapi nggak ada pilihan lain, akhirnya kami pun membayar 3,4 juta untuk tiket baru. Setelah makan dan mood saya udah hancur, kami pulang ke Depok. Sepanjang jalan sama sekali nggak ngobrol dengan adik saya. Mungkin pikiran kami sama-sama sedang kacau.
Jam 10 malam, saya berusaha untuk tidur sebentar karena besok pesawat Batik Air terbang pukul 5.25 pagi. Adik saya malah nggak tidur sama sekali karena mau nonton bola dan takut ketinggalan pesawat lagi. Dramatis banget deh peristiwa ketinggalan pesawat ini. Hanya bisa berdoa, Insya Allah semua ada hikmahnya.
Nanti saya lanjutkan lagi cerita besok. Yang pasti, lebih seru dari hari ini. Sampai jumpa.