Hari kedua di Bali, saya bangun dan sarapan dulu di Mahogany hotel. Variasi sarapan di hotel ini sedikit sekali. Katanya bintang 4, tapi kok variasi makanannya sedikit banget ya? Walaupun begitu, tetap aja saya makan banyak. Selesai sarapan, saya mandi dan bersiap menuju tujuan belanja yang lumayan jauh dari Denpasar, yaitu Pasar Ubud.
Bersiap jalan |
3 tahun yang lalu (selalu saja membandingkannya dengan 3 tahun yang lalu), saya nggak pergi ke Pasar ini. Bahkan nggak tau juga kalau ada Pasar seperti ini di Ubud. Dulu saya hanya mengunjungi Monkey Forest, KOU, dan Bebek Bengil. Saya agak lupa jalanan di Ubud seperti apa. Setelah berkeliling mencari parkir mobil (parkir dimana-mana penuh), dan menyusuri jalanan dengan jalan kaki, baru ingat lagi. Hari itu Bali super duper panasss. Saya jadi harus pakai topi dan kaca mata hitam untuk melindungi wajah dan mata. Saya jadi kangen banget deh suasana liburan dulu ke Bali. Kangen juga sama orang-orangnya yang sekarang sudah berpencar kemana-mana.
Dream Catcher |
Pasar Tradisional Ubud merupakan salah satu pelengkap keanekaragaman Bali sebagai lokasi wisata yang terkenal sampai ke mancanegara. Berbagai barang-barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang murah khas pasar-pasar di tempat lainnya di Indonesia bisa kita didapatkan disini. Barang-barang yang ditawarkannya terbilang berkualitas namun harganya cukup terjangkau sehingga tak heran menurut orang-orang yang pernah kesini berani mengklaim bahwa Pasar Tradisional Ubud ini merupakan pasar terbaik di Bali. Pokoknya disini masih banyak banget barang yang harganya Rp. 10rban - Rp. 20rban. Murah banget kan?
Kerajinan |
Pasar Tradisonal ini terbagi kedalam dua wilayah, dimana yang pertama berada di sebelah barat. Kawasan Barat ini lebih dikenal dengan Pasar Seni Ubud karena ditempat inilah banyak pedagang yang menjajakan barang-barang seni dan kerajinan khas Bali semacam sendal khas Bali, Baju Bali, sarung pantai, tikar, lukisan, patung, cermin unik sampai gantungan kunci pun ada disini. Saya takjub melihat Dream Catcher dari ukuran sangat mungil sampai yang super besaaarrr... Pengunjung pasar ini juga kebanyakan bule-bule karena biasanya orang lokal malah berbelanja di Krisna.
Piring dan tatakan |
Bagi kalian yang ingin berbelanja oleh-oleh khas Bali dengan kualitas terbaik dan harga yang terjangkau, maka direkomendasikan untuk berbelanja disini saja. Pedagang biasanya mengambil langsung barang-barang seni dan kerajinan yang dijualnya dari para pengrajin Bali sehingga berdampak pada harganya yang bisa ditawar. Sedangkan wilayah yang kedua ialah Pasar Tradisional Ubud yang menjual barang-barang kebutuhan pokok seperti beras, sayur-mayur buah-buahan, dan lainnya.
Dream Catcher |
Kalau kalian mau membeli Batik khas Bali, saya rasa kurang tepat kalau belanja disini. Selain karena pedagangnya sendiri nggak ngerti kualitas kain, harganya sama semua. Kalau pun lebih mahal sedikit tergantung kain tenun atau katun aja. Bahkan kalau ditanya lebih dari itu udah nggak bisa jawab. Katanya mereka hanya ambil di pabrik dan dijual. Berarti ini batik print semua dong? Tapi motifnya bagus-bagus banget sih.
![]() |
Pose dulu |
Oh ya, karena sudah siang, saya sempat mampir di Resto bebek. Agak heran kenapa tempat ini sepiiiiii banget. Pengunjungnya hanya 5 orang termasuk saya. Karena ada masakan babi, saya nggak jadi makan disana dan pengunjungnya jadi sisa 3 orang, hihihi. Saya dan adik malah makan ayam goreng Jawa di pinggir jalan. Tau gitu tadi lebih baik makan di Bebek Bengil aja lagi.
Setelah makan, kami balik ke hotel untuk tidur siang sebentar dan mandi. Sewaktu lagi memarkir mobil, tiba-tiba kena kursi. Sempat khawatir mobilnya lecet, secara mobil rental. Pas kami periksa sih ada cat terkelupas sedikit, tapi kayaknya nggak apa-apa. Ya sudah deh, kami cuekin aja. Selanjutnya pergi ke Uluwatu Temple. Stay tuned!
1 comments:
Kalo cari kain rangrang atau tenun Bali itu perginya ke Pasar Klungkung sih..banyak bgt pilihannya dan bagus2, harganya sesuai kualitasnya
Posting Komentar