Mei 12, 2016

Pekalongan Part 1

Hampir tidak ada weekend buat saya sebulan ini. Setelah weekend sebelumnya ke Bandung, weekend minggu depannya ke Pekalongan. Sebenarnya agak nekad ke kota Batik ini. Tanpa persiapan apa-apa, saya langsung beli tiket Kereta Api kelas Ekonomi dengan harga Rp. 100,000. Murah banget ya? Jadwal berangkat kereta juga pas banget hari Jumat jam 11 malam.

Saya udah bawa travel bag ke kantor, lalu pulang ke kosan Puput naik Grab Bike untuk mandi dan makan malam. Karena kangen ayam goreng di warung Bang Ali yang berada di dekat kosan yang dulu, saya makan malam kesana lagi deh. Bang Ali kayaknya udah lupa sama saya. Setelah makan, saya naik Grab ke Stasiun Senen sekitar pukul 9 malam. Saya tiba di stasiun hanya 15 menit karena nggak macet. Ini pertama kalinya saya beli tiket kereta dari Tiket.com dan ternyata harus print dulu tiket kereta di mesin yang sudah disediakan. Antrian nge-print lumayan panjang tapi prosesnya cepet kok. Setelah print tiket, saya main laptop sebentar untuk update blog selagi menunggu panggilan masuk. Lumayan bisa posting satu artikel. Pukul 22.30 kami dipersilahkan masuk ke ruang tunggu kereta.

Kami naik kereta Tawang Jaya ke Semarang tapi turun di Pekalongan 15 menit sebelum jam 11. Karena kelas ekonomi, tempat duduknya sempit dan kaki jadi harus menekuk terus. Saya sempat tidur sambil terombang-ambing ke kiri dan ke kanan. Sempat nggak sengaja tiduran di bahu cowok ganteng disebelah kiri saya, lalu dia angkat tangannya supaya saya nggak senderan di bahunya lagi. Saya hanya terbangun sebentar, lalu tidur dan tanpa sengaja (lagi) tiduran di bahu cowok itu, hahahaha. Suer, ini beneran nggak sengaja lho! Kalau lagi sadar, saya senderan di bahu Puput. Yang menakjubkan banget, ada ibu-ibu masuk ke kolong kursi untuk tidur lurus. Saya kaget melihat dia seperti itu, tapi dia bilang kalau badannya pegel banget karena harus duduk lurus dengan kaki menekuk. Memang sih kolong kursi penumpang lumayan bersih, tapi kalau saya nggak mungkin banget tiduran disitu karena pasti bersin-bersin.

Waktu shalat Shubuh tiba. Cowok ganteng di sebelah saya lalu wudhu dan duduk lagi untuk bersiap shalat. Saya kan jadi harus agak menjauh karena kasihan dia udah wudhu tapi ntar malah bersentuhan dengan  saya. Kalau saya dan Puput sebentar lagi juga sampai Pekalongan, jadi bisa shalat di stasiun. Setiba di stasiun Pekalongan, suasananya masih sepi banget. Maklumlah, masih jam 5 pagi. Saya bersantai dulu di bangku stasiun sampai jam 6 pagi. Setelah itu baru menawar becak untuk ke Hotel Dafam. Karena tukang becaknya kakek-kakek, saya jadi nggak tega nawarnya. Saya sempat bilang ke tukang becak untuk berhenti dulu di tukang bubur karena saya lapar. Tukang becaknya oke-oke aja disuruh berhenti dan mau juga nungguin kita makan. Tapi dia nggak mau makan, padahal udah ditawarin. 
Selfie di becak
Setelah kenyang, kami diantar ke Hotel Dafam jam 7 pagi. Terlalu pagi untuk cek in dan terlalu pagi juga untuk ke Pasar Grosir Setono. Kami hanya menitip barang, sikat gigi dan cuci muka, lalu nyantai dulu di area kolam renang. Sekitar jam 8 pagi, kami menyuruh resepsionis untuk memanggilkan taksi ke pasar Setono. Mahal banget taksinya Rp. 50,000 dan nggak bakalan mau nyalain argo. Ya udah deh pasrah! 
Santai di kolam renang
Di Pasar Setono, banyak toko yang belum buka. Saya kebetulan mampir di sebuah toko yang Mas penjualnya mau meladeni beribu-ribu pertanyaan saya. Sampai dia manggil mbaknya untuk bantuin saya jawab. Satu sisi saya memang pengen tau Batik Pekalongan secara mendetail, tapi di satu sisi lain saya mau ngetes penjualnya. Apa dia tau barang yang dia jual itu apa sebenarnya. Ternyata penjual yang satu ini mantap banget deh. Dia tau semua batik dan bahannya dengan sangat detail. Bahkan ketika Puput mencatat perkataan dia, dia langsung mengoreksi kalau ada catatan yang salah. Jadinya saya bisa beli banyak kain di toko ini karena pelayanannya memuaskan.
Masih belum banyak toko buka
Banyak batik lukis untuk daster
Training batik
Belanjaan
Saya dan Puput berkeliling Pasar Setono untuk beli kain, baju, dan titipan Mama. Disini batiknya bagus-bagus banget dan murah-murah banget. Nggak ada batik print sama sekali untuk kain. Kalau daster murah-murah, mereka pake batik lukis. Masa' disini ada daster dengan harga Rp. 19rb?? Saya jadi senang banget dan ngeborong banyak deh.

Setelah capek berkeliling, saya makan Nasi Megono, khas Pekalongan. Nasi yang satu ini adalah nasi dengan lauk nangka muda kering yang di cincang. Kalian bisa menambah lauk lagi seperti ayam atau telur, dengan minuman es teh. Wah langsung hilang rasa lelah berkeliling pasar. Rasa nasinya enak kok, ntah karena saya laper banget dan capek keliling pasar.
Jenis kain
Setelah makan, saya masih lanjut berkeliling pasar sejam lagi. Saking banyaknya belanja, sampai harus beli tas belanjaan gede agar semua barang muat. Setelah itu, kami kembali ke hotel. Awalnya mau naik angkot tapi nggak ngerti. Akhirnya menyetop becak dayung yang tukang becaknya kakek-kakek. Kasihan banget ngeliat dia keringatan, mana cuaca saat itu terik banget. Saya nggak nawar lagi, langsung naik aja. Karena kami berat, ditambah dengan barang belanjaan yang banyak, tukang becak mengayuh becak jadi pelan banget. Saya sampai ketiduran di becak karena enak banget anginnya sepoi-sepoi. 

Sesampai di hotel, saya cek in dan meminta tolong room boy membawakan tas karena udah kecapekan. Sampai kamar, saya langsung tidurrrrr! Ah akhirnya bisa istirahat juga. Nanti saya cerita lagi ya. Sampai jumpa!

1 comments:

Mila Said mengatakan...

Itu abang becaknya sadar kamera banget hahahaa

Follow me

My Trip