Bangun tidur pukul 7 pagi. Udah bobo cepat, bangunnya telat juga. Sebenarnya terbangun karena perut kelaperan. Untung udah membeli paket sarapan di hotel Dafam, jadinya bisa bebas makan apa saja. Saya sarapan pagi porsi kuli lho. Selain karena variasi makanannya banyak banget (standar bintang 4), hampir semua makanan yang dihidangkan adalah menu favorit saya. Ada omelet, bubur ayam, mie goreng, nasi goreng, sosis, roti bakar, puding, kue, buah, dan lainnya. Saya sarapan sampai satu jam, karena ingin mencicipi ini dan itu.
 |
Tulisan Batik di depan museum |
Setelah kenyang, saya kembali ke kamar dan mandi. Lalu bersiap-siap untuk check out hotel. Karena barang kita lumayan banyak, jadi titip dulu ke resepsionis. Nggak mungkin dibawa-bawa jalan-jalan. Pukul 9 pagi, saya naik becak menuju Museum Batik. Kalau ke kota Pekalongan, nggak sah rasanya kalau nggak pergi ke Museum. Sebenarnya saya nggak suka sama museum, tapi mau bagaimana lagi. Untuk memperkaya wawasan Batik, ya mau nggak mau harus mampir kesini.
 |
Tiket masuk |
Saya naik becak semalam yang memang udah janjian mau jalan-jalan pagi ini. Tukang becak mengayuh becak dengan perlahan. Mungkin waktu yang kami tempuh untuk ke Museum Batik sekitar 30 - 45 menit. Kasihan juga sih bapak tukang becaknya, jadi saya sabar aja walaupun dia mengayuh pelan-pelan. Tukang becak mengantarkan kami ke depan pintu masuk Museum. Benar-benar ke depan pintu sehingga kami turun dari becak langsung menginjak ubin Museum. Para kurator Museum jadi agak heran melihat peristiwa itu, hahaha. Tiket masuk Museum murah banget, cuma Rp. 5,000.
 |
Segala jenis batik |
Museum Batik Pekalongan adalah museum batik yang beralamat di Jalan Jetayu No.1 Pekalongan, Jawa Tengah. Museum ini memiliki luas tanah dan bangunan 40 meter persegi dan memiliki 1149 koleksi batik, antara lain wayang beber dari kain batik yang berusia ratusan tahun dan alat tenun tradisional atau dikenal sebagai alat tenun bukan mesin. Kebayang nggak kalau mau menjual batik-batik ini yang umurnya ratusan tahun? Berapa harganya? Mungkin bisa aja sih dibeli sama para kolektor. Karena saya punya rencana ekspor dan para bule' itu orangnya kritis, saya jadi harus minta kontak Museum karena saya takut nggak bisa menjawab pertanyaan dari para bule' yang kadang-kadang memang suka aneh-aneh.
 |
Jedi, bejana untuk nyuci batik jaman dahulu |
 |
Motif batik lagi |
Setelah membayar tiket masuk, kami diantar oleh mbak penjaga Museum untuk melihat semua jenis Batik yang dipajang. Semua batiknya adalah batik tulis dengan kualitas nomor satu, dengan bahan sutra yang di tenun dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Semua Batiknya bagussss sekaliiii. Saya memfoto satu persatu hanya sekedar untuk melihatnya kembali di laptop. Saya suka batik Bengkulu yang ada kaligrafi Arab, Batik Pekalongan, dan Batik Papua. Kalau motif-motif klasik seperti Parang Rusak itu berasal dari Yogyakarta. Di Museum ini banyak sekali memamerkan motif dari Yogyakarta dan Surakarta (Solo).
 |
Filosofi |
 |
Perintilan untuk membuat batik |
Nggak hanya kain batik, di Museum ini juga diperlihatkan segala jenis kain seperti serat pisang (saya baru tau), serat nanas, sutra, dan lain-lain. Tetap aja kain sutra adalah kualitas kain terbaik karena dihasilkan oleh ulat. Saya juga baru tau kalau tinta untuk melukis batik itu bernama malam. Saya kira lilin. Kan lilin menerangi malam, hahaha. Nanti 'malamnya' di panasin dulu, baru dimasukkan ke canting. Saya juga melihat berbagai macam cap batik, dari yang motif sederhana seperti bunga, sampai motif yang super sulit dan detail seperti burung cendrawasih atau wayang. Wuih, langsung takjub melihatnya.
 |
Belajar membatik |
Nggak lengkap dong kalau belum mencoba membuat batik sendiri. Di Museum ini ada ruangan untuk workshop juga. Kalian bisa menulis batik sendiri diawali dengan memanaskan 'malam', lalu memasukkannya ke canting, baru ditulis ke kertas putih. Beberapa kali 'malamnya' kena ke kulit saya dan panas bo'! Seperti terkena tetesan lilin. Pakai canting juga susah. Kalau terlalu menekuk ke bawah, ntar 'malamnya' menetes dan kena kulit. Kalau terlalu keatas, ntar nggak turun 'malamnya' ke ujung canting. Hadeehhh, susah bener. Pantesan harga batik tulis mahal. Saya hanya membatik sekitar satu jam dan menghasilkan motif acak dengan huruf 'R', singkatan Rancupid. Maruk banget yak? Hahaha. Suka-suka saya dong, toh hasil karya saya sendiri.
Setelah puas berkeliling dan menulis batik, saya keluar dari Museum. Kebetulan ada tukang Es Degan putih, jadi saya bisa melipir sebentar. Udah lama banget nggak minum Es Degan. Mungkin karena udah lama nggak ke Jawa kali ya. Saya kaget juga mengetahui harga Esnya segelas Rp. 2,500. Duh, hari gini masih ada ya harga minuman semurah ini. Tambah bahagia saya. Mana esnya seger lagi diminum panas-panas.
 |
Tukang Es Degan |
 |
Es Degan bikin deg-degan |
Setelah minum es, kami melanjutkan perjalanan. Ditunggu ya ceritanya.
0 comments:
Posting Komentar