Mei 17, 2016

Pekalongan Part 4 : Pulang

Setelah ke Museum Batik dan karena sudah siang juga, kami berkeliling kota Pekalongan untuk mencari Sate Kerbau. Saya baca-baca sih, sate kerbau di Pekalongan itu enak banget dan menjadi salah satu kuliner andalan kota batik ini. Saya naik becak ke Jalan Hasanuddin untuk nyari sate itu. Sayangnya udah capek keliling, bolak-balik jalan yang sama, terus masuk ke lorong-lorong, tapi nggak ada yang jualan. Kata tukang becak sih biasanya penjual sate itu adanya malam. Jadi mengurungkan niat untuk makan sate dan berbelok makan garang asem.

Garang asem yang saya makan kali ini berbeda dengan yang saya makan di Solo. Seingat saya di Solo itu enaaaak banget. Kalau di Pekalongan sama dengan Cirebon. Agak mirip dengan Konro di Bandung. Saya lebih suka yang di Solo karena lebih segar dan kuahnya enakkk banget. Kalau garang asem Pekalongan itu terlalu berlemak. Harganya lumayan mahal sekitar Rp. 16,000. Tapi tetep enak sih. Cuma saya lebih suka yang di Solo aja. Saya makan garang asem ditemani es jeruk dingin yang pas banget untuk cuaca yang lagi terik banget.
Garang Asem Pekalongan
Setelah selesai makan, sebelum ke stasiun kereta, saya balik ke Hotel lagi. Saya ngemil dan tiduran di sofa sampai jam 3 sore. Ternyata Dafam Hotel menyediakan fasilitas antar jemput gratis dari dan ke stasiun kereta. Kami naik mobil hotel ke stasiun dan sesampai di stasiun terpaksa menyewa jasa potter untuk mengangkat barang saya yang super banyak dan berat. Saya bilang sama potternya pokoknya angkat barang sampai ke kursi saya di kereta.

Pukul 15.30, kereta datang. Kami harus naik ke gerbong 1 yang notabene gerbong paling ujung. Untung pake potter, kalau nggak capek banget ngangkat barang sebanyak itu ke gerbong yang jauh banget. Jasa potter dari dulu ke dulu masih sama tarifnya yaitu Rp. 20,000 saja. Jangan ditawar lagi ya, kasihan.

Kereta pun jalan. Sepanjang jalan saya tidur. Saya bangun sekitar jam 7 malam karena kelaperan. Awalnya pengen memesan nasi goreng yang dijual di kereta, eh malah kehabisan. Akhirnya hanya makan pop mie saja untuk mengganjal perut. Di belakang saya duduk gerombolan ibu-ibu yang ribut banget. Mereka asyik ngebahas becak di Pekalongan mereka tawar sampai Rp. 10,000. Kasihan banget ya, padahal udah tua tukang becaknya. Tega banget mereka. Mana digembar-gemborin kalau mereka berhasil menawar sampai murah banget.

Sampai di stasiun Senen, saya melihat kursi gerombolan ibu-ibu itu juga jorok banget. Hasil kupasan kacang, bungkus snack, semua dibuang ke lantai kereta. Gile ya, sialan juga itu ibu-ibu. Untuk mengangkat barang, saya tetap menyewa jasa potter dengan tarif Rp. 25,000 sampai ke depan stasiun, lalu memesan Uber untuk pulang ke Depok. Akhirnya perjalanan saya di Pekalongan selesai.

Selanjutnya saya akan menuliskan perjalanan bisnis saya ke Bali. Ditunggu ya!

0 comments:

Follow me

My Trip