Mei 18, 2016

Resto Token Chandra Naya, Sebuah Cagar Budaya

Beberapa minggu yang lalu, sepulang dari Pekalongan, saya mengajak Kakros ketemuan. Ntah kenapa saya kayaknya wajib ketemu Kakros seminggu sekali, hahaha. Mungkin karena biasanya se-projek, suka cerita-cerita (saya suka gangguin dia kerja dengan bercerita), dan sekarang beda projek jadi nggak bisa cerita-cerita. Walaupun demikian, saya tetap mengajaknya ketemuan di luar kantor supaya bisa mengupdate cerita-cerita kami, hihihi.

Saya janjian sama Kakros di Grand Paragon Mall di Jalan Gajah Mada. Saya order Gojek, bahkan Mas Gojeknya aja baru tau ada Mall ini disini. Saya juga baru tau lho. Saya datang lebih dulu dari Kakros dan merasa Mall ini agak seram. Nggak ada apa-apa disini dan sepiiiii banget. Saya jadi agak was-was, dan menyuruh Kakros buru-buru kesini. Akhirnya, beberapa menit kemudian Kakros datang menyelamatkan saya dari Mall seram ini. Katanya sih banyak cerita aneh-aneh di Mall ini. Ah sudahlah nggak usah dibahas. Yang penting saya sudah pergi dari situ.

Kakros membawa saya ke Novotel. Semula saya nggak bertanya apa-apa karena kali aja ada Resto keren di Novotel. Setelah memarkir mobil, masuk ke apartemen, turun tangga ini dan itu, lalu jalan kaki ke luar. Saya masih merasa biasa aja sampai saya melihat sebuah komplek Resto bergaya Tionghoa dan serba merah. Tunggu, kenapa saya tiba-tiba berada di Beijing?
Jalan seperti di China
Interior Resto
Kakros bilang, kompleks ini merupakan cagar budaya yang dilestarikan. Dari jaman dahulu sampai sekarang, bentuk bangunannya nggak ada yang berubah. Mata saya jadi berbinar-binar melihat kawasan super keren ini. Bagus bangett... Kakros lalu membawa saya ke Resto bernama Token. Resto ini bernuansa merah semua. Jadi teringat resto di China yang pernah saya kunjungi setahun yang lalu. Wallpaper di dinding, foto di pigura, meja, kursi, bahkan toilet pun sangat bernuansa Tionghoa.
Menu
Buku menu pun datang. Memang sih makanan disini nggak begitu istimewa. Standar makanan seperti di Resto Platinum dan Gokana. Adah Karage, Bento, hotpot, Nasi daging, Mie, dan sebagainya. Harganya pun murah, hanya sekitar Rp. 30rb-40rb saja. Kalian nggak usah khawatir kantong bolong kalau makan disini. Minuman juga murah, sekitar 10rb-20rb saja. Saya sampai lupa memfoto makanannya. Jadi saya foto buku menunya saja ya. Itu pun yang difoto hanya 1 lembar, hahaha. Menu selengkapnya bisa dilihat di Zomato.
Meja dan kursi
Saya mengobrol dengan Kakros dari jam 6 sore sampai jam 9.30 malam. Lama banget 'kan? Itu pun saya udah ngomong terus tanpa jeda waktu untuk tarik napas, hahaha. Pokoknya kalau Kakros lagi bicara, ya saya diem mendengarkan, sambil mengunyah makanan. Kalau saya ngomong, ya Kakros yang diam. Suasana Cafe ini juga hening, tapi nggak menyeramkan. Pengunjungnya juga ramai, tapi nggak merasa berisik. Asik banget deh tempatnya.
Chandra Naya
Setelah selesai makan, saya berjalan berkeliling sejenak. Yang menyita perhatian saya adalah sebuah bangunan tua bernama Candra Naya yang dulunya merupakan kediaman Mayor Khouw Kim An pada periode 1910-1918. Bangunan ini adalah cagar budaya yang terletak di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat. Kalian akan takjub melihat diantara apartemen dan hotel besar dan tinggi mencakar langit, ada bangunan kecil, tua, nan eksotis diantaranya.
Tempat latihan kung-fu (kayaknya)
Berdasarkan keterangan yang terpampang di samping pintu utama yang berjudul "Sejarah Mengenai BANGUNAN CANDRA NAYA (Asosiasi Xinming)", Candra Naya dibangun pada 1807 atau 1867 tahun kelinci penanggalan Tionghoa. Jadi, memang bangunan yang memiliki luas sekitar 2.000 meter persegi ini memiliki nilai historis yang tinggi. Pemilik Green Central City (GCC) sendiri turut melestarikan bangunan tersebut dan tidak membongkarnya. Sebaliknya, sejak 2012, mereka memadukan Candra Naya dengan apartemen, hotel, dan beberapa tempat kuliner. Bisa dipahami mengingat satu dekade lalu, cagar budaya ini nyaris dipindahkan ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang akhirnya dicegah Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso.

Saya jadi merasa ingin latihan Kung Fu ketika berada disini, hihihi. Baiklah, mungkin bisa menjadi tempat alternatif untuk kalian nongkrong eksotis di Jakarta. Sampai jumpa :)

0 comments:

Follow me

My Trip