Juni 02, 2016

Talkshow : Dari Museum, Kita Melihat Masa Depan

Judul sebenarnya talkshow adalah 'Peluang dan Tantangan Industri Kerajinan Budaya Aceh'. Karena postingan saya kali ini adalah rangkuman acara talkshow selama 4,5 jam, jadi saya punya judul sendiri yang diambil dari Facebook bang Arif Arham sewaktu mempromosikan acara saya. Abang yang satu ini memang futuristik, jadi saya juga mau mencoba berpikir tentang masa depan dan membuat judul postingan yang (kelihatannya) keren.

Hari itu, talkshow menghadirkan 4 narasumber dengan keahliannya masing-masing. Seharusnya ada Ibu Illiza, tapi sampai jam 10 siang beliau belum juga datang. Talkshow kemudian dibuka oleh Moderator Maulidar Yusuf dari Diwana Institute. Narasumber sesi pertama adalah Fitri Aulia, Creative Director busana muslimah, Kivitz, yang akan memaparkan tema "Songket Aceh dalam Desain Hijab Syar'i." Fitri Aulia telah menampilkan Songket Aceh dalam rancangannya dan dibawa ke event Jakarta Fashion Week. Dia juga membawa salah satu karyanya ke talkshow dengan nama Valdivian Dress. Kalian bisa melihat bagian bahu dari baju rancangan Fitri Aulia di patung itu adalah songket Aceh. Hasilnya, baju jadi terkesan mewah, elegan, dan indah, seperti seorang putri. Kunjungannya ke Aceh juga dalam rangka mempelajari dan mengenal lebih dekat motif-motif dan kerajinan budaya Aceh.
Sesi satu, Bang Jul dan Fitri Aulia
Valdivian dress dengan songket Aceh di bahu dan bagian tangan
Yang kedua adalah bang Zulhadi. Saya sudah mengenal abang yang satu ini sejak dia kuliah S2 di ITB dulu. Beliau sering menginap di kosan abang saya dan bermain XBOX bersama. Saya baru tau kalau dia lulusan arsitektur ITB (dulu cuma tau kuliah di ITB tapi nggak tau jurusannya apa). Bang Jol (panggilan akrabnya) juga pernah menjadi mahasiswa Pak Ridwan Kamil. Saya takjub melihat karyanya yang keren banget. Pantaslah kalau harus ditampilkan menggunakan slide, karena kalau nggak, penonton nggak akan kebayang. Bang Jol adalah seorang arsitek dengan design fraktal dan memasukkan inovasi budaya dalam karya design kontemporer. Beliau juga menampilkan projeknya untuk merenovasi tugu simpang lima dengan bentuk transformasi pintu Aceh. Tidak kalah keren, desain bandara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh juga merupakan transformasi bunga Seulanga juga ditampilkan dan membuat saya terdiam terpesona. Beliau juga pengembang jBatik, sebuah aplikasi untuk memudahkan desainer Batik untuk berkreasi.
Para penonton sedang khusyu' mendengarkan narasumber
I hope Sultan Iskandar Muda Airport soon to be!
Ilustrasi tugu simpang lima di malam hari

Baiklah, setelah saya dibuat berdecak kagum dengan sesi pertama, sekarang dilanjutkan dengan sesi kedua. Sesi ini menghadirkan narasumber Ibu Dra. Hj. Mukhirah, M.Pd, dosen Prodi Tata Busana Jurusan PKK Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala. Beliau membahas tema "Makna Motif-motif Khas Aceh dalam Khazanah Budaya Aceh. Menurut beliau, motif-motif khas Aceh memiliki makna dan filosofi tersendiri. Namun, tidak banyak lagi generasi muda yang tertarik untuk mempelajari dan mengenal lebih dekat.
Sedang menggambar
Ibu Mukhirah sedang menggambar motif
Ibu Mukhirah dalam kesempatan tersebut menggambarkan sejumlah motif khas dari berbagai daerah di Aceh, antara lain Aceh Besar, Aceh Pidie, Aceh Barat dan Aceh Timur. Beliau bilang, motif Aceh lebih ke bentuk flora, seperti bunga-bunga indah, terinspirasi dari budaya Timur Tengah, dan hampir tidak ada motif fauna, kecuali motif bouraq. Yang hebatnya, beliau bisa menggambar motif dari setiap daerah langsung di hadapan kita semua. Saya jadi sangat kagum pada beliau. Memang sekarang banyak terjadi modifikasi dengan motif-motif itu sendiri. Asal jangan keluar dari motif aslinya, seharusnya masih boleh. Tapi sebenarnya saya agak bingung ketika beliau memaparkan kalau pakaian pengantin Aceh sekarang sudah agak melenceng. Bukankah itu yang namanya inovasi?

Sewaktu sesi Ibu Mukhirah, saya agak terganggu karena ada suara orang menggergaji pohon. Jadi nggak fokus mendengarkan paparan beliau tentang motif. Untung aja ketika pohon sedang dipotong, beliau mengisi waktu dengan menggambar motif. It's so beautiful. Mungkin saya harus belajar banyak dari beliau. Sebenarnya otak saya udah agak overload karena beberapa minggu ini kerjaan saya adalah mempelajari berbagai motif dari Indonesia.
Ibu Mukhirah sedang menjelaskan
Baiklah, sekarang sesi saya. Sekalian saya merangkum semua paparan dari narasumber karena saya pembicara terakhir juga. Jujur aja saya nggak mengerti desain baju, saya nggak ngerti juga tentang arsitektur, dan juga nggak ngerti motif Aceh. Tapi saya sedikit mengerti pasar dan internet market. Saya sudah menggeluti dunia online sejak tahun 2012 dimana saya nggak punya uang untuk buka toko, tapi saya bisa nebeng internet di kantor untuk jualan online. Waktu itu saya masih menjual barang-barang impor, yaitu kosmetik Korea. Penjualan saya naik turun. Pernah sebulan mencapai 2 juta (untuk pemula, penjualan 2 juta itu WOW sekali), pernah juga sebulan cuma laku satu kuteks dengan untung hanya Rp. 5,000. Hal itu semuanya merupakan proses. Proses belajar dan melihat peluang, dan saya tetap konsisten berjualan.
Sedang berbicara
Saya sudah mencoba berbagai social media seperti Facebook, Kaskus, Blogger, dan Instagram. Saya jadi mengerti kalau social media hanya diperuntukkan untuk orang Indonesia saja. Masyarakat Indonesia sendiri memiliki trend. Kalau lagi suka K-POP, ya makeup bakalan laku. Kalau nggak, ya nggak laku. Sampai akhirnya saya mencoba menjual di Marketplace seperti Bukalapak.com, Tokopedia.com, dan Mataharimall.com. Untuk berjualan di Bukalapak dan Tokopedia sangatlah mudah. Tinggal register dan bisa langsung buka toko. Berbeda dengan Mataharimall dimana mereka mencari partner yang menjanjikan untuk bisa membuka gerai disana. Untung saja saya memiliki banyak Likes di Facebook Fanpages, sehingga saya bisa direkrut menjadi partner di Mataharimall.
Serius menyimak pertanyaan
Tidak puas dengan Mataharimall, saya berekspansi ke Marketplace luar negeri. Bermula dari ide bisnis adik saya untuk berjualan di Amazon.com dan saya jadi ikutan juga. Awalnya hanya jualan kecil-kecilan. Palingan barang laku hanya $50 dan tiba-tiba harus membayar Amazon fee sebesar $39.99, jadilah sisa uang hanya $10 dan nggak bisa dicairkan ke rekening dalam negeri. Tapi memang saya orangnya konsisten, saya tetap mencoba berjualan. Sampai akhirnya pasar luar sudah mengenal Rancupid dan orderan meningkat sangat tajam. Saya bahkan diundang ke VIP Payoneer meeting untuk gala dinner bersama CEO Online Enterpreneur lainnya.

Di meeting itu saya lebih kagum lagi. Para CEO kebanyakan menjual hasil kerajinan Indonesia ke US dan diterima dengan sangat baik. Bahkan omset mereka mencapai puluhan ribu dollar perbulan. Kala itu, omset saya belum sampai segitu dan saya kaget terus ketika mereka menyebutkan angka. Saya CEO paling kere waktu itu. Tapi jangan salah dulu, para bule' itu sangat kritis dengan apa yang mereka beli. Mereka bertanya ini dan itu sampai kita capek menjawabnya. Sebenarnya pertanyaan yang dikirim ke Amazon saya juga banyak banget, tapi kebanyakan masih biasa aja sih. Sekarang ini baru saya merasa kalau mereka rese' banget. Udah beli, pas lihat nggak suka lagi, eh minta refund duit. Capee deh..
Foto Bareng
Saya merasa talkshow kali ini sangat menarik. Kalau kita tarik garis lurus, dimulai dari ibu Mukhirah sebagai pakar motif dan budaya, Bang Jul berinovasi dengan bangunan, Fitri Aulia dengan desain, dan saya dengan pasar (investor). Semuanya saling berkaitan satu sama lain. Apalagi, acara ini diadakan di sebuah museum, tempat seluruh sejarah bercerita untuk kita, sehingga kita bisa melihat masa depan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, dan kita bisa memulai dari diri kita sendiri, daerah kita Aceh. Kita bisa mendesain gedung-gedung futuristik tanpa meninggalkan ciri khas Aceh, sehingga suatu hari para turis kan lebih sering mengunjungi Aceh karena memiliki banyak landmark indah yang sarat akan budaya. Dan juga mendesain pakaian indah yang stylish dan syar'i sehingga Aceh terlihat santun dan modern di mata dunia.

Kita juga bisa memasarkan seluruh kerajinan Indonesia dan Aceh khususnya ke luar negri dengan cara ekspor secara online. Apalagi, Marketplace sebesar Amazon membuat kita bisa mengirim barang ke gudang mereka di seluruh US, tanpa repot memikirkan cara ekspor konvensional yang notabene harus berhadapan dengan bea cukai (selama masih dibawah $200), atau ketentuan sebuah negara dalam bidang ekspor impor. Dengan cara yang mudah, kita bisa melihat barang hasil kerajinan daerah ada di marketplace luar negeri dan dibeli oleh orang-orang di benua Amerika. Bukankah sekarang internet ada dimana-mana? Buka toko sekarang udah nggak perlu cari lahan kosong lagi. Kemajuan teknologi informasi membuat dunia dalam genggaman kita.

Kesimpulan yang dapat saya ambil adalah generasi muda harus kritis melihat peluang, belajar, dan berinovasi. Jangan mudah menyerah dan putus asa karena sebuah kerajaan besar tidak dibangun dalam waktu satu malam saja. Tetap konsisten dengan apa yang sudah kita mulai, jangan mudah puas hanya karena sudah mencapai sesuatu yang beda dari orang kebanyakan. Ingat, diatas langit masih ada langit. Tetap semangat dan bertawakkal pada Allah ya. Let Allah do the rest.

Foto-foto di postingan ini mungkin akan saya update. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa!
Sumber : dari Blog, Instagram, dan Facebook narasumber.

0 comments:

Follow me

My Trip