Juli 26, 2016

Rumah Air Restaurant

Weekend kemarin, saya ke Bogor. Jarang-jarang ke kota ini padahal tinggal sekali naik kereta doang. Memang sedang ingin mencari tempat nongkrong jauh dari Depok dan Jakarta nih. Ntah kenapa agak kangen sama resto di Bandung, tapi lagi nggak bisa kemana-mana dulu.
Jalan setapak
Pilihan saya adalah Rumah Air Restaurant, yang berlokasi di Jalan Raya Boulevard CBD, Bogor Nirwana Residence No. STA240, Bogor Selatan (0251 - 8200 666). Sebenarnya pilihan jatuh kesini karena melihat suasana restonya seperti pedesaan dengan banyak saung. Persis seperti Sapu Lidi Restaurant di Bandung. Dari Depok biar menghemat waktu saya naik kereta sampai Bogor, lalu melanjutkan perjalanan ke lokasi dengan Uber sekitar 30 menit. Kalau naik Uber dari rumah sih sekitar 1,5 jam. Kalau naik kereta dan Uber cuma 45 menit. Lumayan sekalian nyari Pokemon, hahahaha. Kemarin lagi mendung banget di Bogor, jadi pas sampe resto langsung hujan deras. Tapi nggak sampai kebasahan sih. 
Saung
Santai
Saya takjub melihat suasana Resto yang enakkk banget. Saung, kolam, jalan setapak, semuanya seperti di desa. Ada Resto sekeren ini di Bogor dan nggak jauh dari kota (mengingat Sapu Lidi Resto jauh banget di Lembang). Resto ini menyediakan tempat indoor (biasanya untuk meeting) dan saung-saung. Saya dan teman-teman memilih saung supaya suasananya 'dapet' banget. Karena hujan lumayan deras, kami diantarkan pelayannya pakai payung ke saung.
Saung
Saya membuka buku menu. Menurut saya harganya nggak begitu mahal. Agak mirip dengan D'Cost Restaurant. Mungkin memang tempat makan di Jawa Barat nggak begitu mahal sih. Walaupun menyuguhkan tempat dan pemandangan indah. Pesanan kami adalah:
Es Cincau Ijo Rp. 15,000
Juice Avocado Float Rp. 27,500
Teh Manis Panas Rp. 8,500
Gurame Asam Manis Rp. 95,000
Nasi Putih Rp. 8,000
Sayur Asem Rp. 18,500
Tumis Kangkung Sambal Terasi Rp. 20,000
Udang Saus Singapore Rp. 85,000

Seperti biasa, minuman datang terlebih dahulu. Saya memesan Avocado Float, sengaja pengen ada es krimnya. Tapi es krimnya agak lumer, jadi nggak begitu cantik di pandang mata. Kalau teh manis panas dan es cincau ijo ya biasa aja.
Minuman
Untuk makanan, agak kaget melihat Gurame Asam Manis dengan porsi super besarrrrr. Ini jadi bingung gimana mau menghabiskannya? Pesanan makanan yang lain juga datang berbarengan dengan Gurame Asam Manis. Duh, jadi laper banget melihat semua menu yang super menggiurkan. Saya menaruh nasi sedikit, kangkung, gurami, udang, dan sayur asem ke dalam satu piring. Ntah lah ya gimana rasanya makanan dicampurin semua.
Kangkung
Gurami Asam Manis
Udang Saus Singapore
Sayur Asem
Menurut saya makanannya kurang hangat. Ntah karena kemarin itu hujan, jadi makanan cepat dingin. Saya mencoba udang saus singapur yang bumbunya mantap banget. Nggak terlalu pedas tapi enak banget. Sayang kurang panas. Untuk Gurame Asam Manis, hmmm, nggak begitu terasa asamnya dan manisnya. Hanya seperti makan ikan tepung aja biasa. Kalau kangkung rasanya ya begitu aja, tapi sayur asamnya kurang panas jadi kurang greget. Karena makanannya nggak begitu enak menurut saya, jadi kami kemarin nggak bisa cepat menghabiskan makanannya. Cuma udang Singapore aja yang cepat habis, selebihnya ya makan sedikit demi sedikit di cemilin sambil nungguin hujan.
Makanan
Pose setelah makanan datang
Setelah hujan reda, saya dan teman-teman berjalan keliling resto sambil foto-foto. Kalian bisa memancing, naik sepeda bebek, main bola di kolam, dan main Go Cart disini. Banyak banget spot foto untuk bernarsis ria juga. Jadi pasti nggak akan bosan. Cocok juga untuk membawa seluruh keluarga untuk nongkrong sore disini atau untuk meeting. Saung dan furnitur di Resto ini juga terlihat masih baru dan bersih. Dulu di Sapu Lidi Resto banyak sarang laba-laba dan keran-keran untuk cuci tangan sudah hampir patah dan berkarat. Disini semuanya masih baru.
Kolam 
Berkeliling dulu
Sepeda bebek
Jembatan
Pintu masuk
Oke, semoga bisa jadi referensi liburan dan nongkrong kalian untuk melarikan diri dari penatnya ibukota. Sampai jumpa...

Juli 16, 2016

Cerita Cinta di Bromo

Kali ini saya mendapatkan ide cerita ketika selesai shalat tarawih, sewaktu sedang duduk bengong setelah berdoa. Saya duduk diam agak lama, selagi otak saya bekerja merangkai cerita indah yang akan saya tuliskan. Bagaimana hasilnya? Mari disimak!

***

Sudah berapa kali aku chatting dengan cowok bernama Ardi. Hal ini bermula ketika aku sedang nggak ada kerjaan dan mulai melihat-lihat Instagram dia yang pemandangannya super keren. Hampir semua fotonya aku love (agak norak sih) tapi memang bagus banget. Sebenarnya aku juga hobi banget travelling, tapi sudah hampir setahun ini aku nggak bisa travelling karena pekerjaan kantor. Mana sebenarnya aku juga tertarik dengan Ardi karena orangnya super ganteng, hahahaha.

Suatu hari, wakil direktur di salah satu perusahaanku yang juga sahabatku (namanya Indah) bilang kalau kami akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di salah satu hotel berbintang 5 di Malang. Aku langsung syok, karena tanggal RUPS bertepatan dengan tanggal aku janjian dengan Ardi untuk ke gunung Bromo. Kenapa bisa kebetulan begini ya?
“Indah, lo serius kalau tanggalnya nggak bisa dimajuin atau diundur?” tanyaku panik.
“Emang kenapa, Ka? Tanggal segitu lo ‘kan nggak ada miting lagi.” Jawab Indah dengan entengnya. Seolah-olah hidupku hanya seputaran miting saja.
“Lo tau kan kalau gw sedang tertarik sama cowok yang namanya Ardi?”
Indah mengangguk. “Trus?”
“Nah, tanggal segitu kita udah janjian mau trip bareng ke Bromo.”
Indah agak kaget, lalu dengan santainya dia menjawab, “Ya batalin lah. RUPS kan lebih penting. Sekali setahun ini.”
“Nggak bisaaaa...”
“Kenapa nggak bisa sih? Biasanya juga lo lebih mementingkan kerjaan daripada berhubungan dengan cowok-cowok yang nggak menghasilkan duit untuk perusahaan kita.”
Aku menarik napas dalam dan bilang, “Indah, kali ini apa pun kata lo gw nggak mau dengerin. Gw mau pergi sama Ardi dan gw bakalan tetep ikut RUPS! Lo yang urusin!” Aku langsung pergi keluar dari ruang kerjaku.
Indah keheranan setengah mati. Tapi mau bagaimana lagi, dia tetap sahabatku dan pasti akan membantuku. 

***

Aku dan Indah terbang ke Malang. Acara RUPS diadakan disebuah hotel bintang lima dan semua pemegang saham juga menginap disana. Aku masih chatting dengan Ardi, berjanji padanya untuk ketemuan jam 11 malam di meeting point salah satu terminal di Malang. Aku sangat antusias bertemu dengannya dan nggak sabaran sama sekali.

Rapat pun dimulai. Karena sangat antusias mau pergi ke Bromo bersama Ardi, aku bahkan nggak konsentrasi sama sekali dengan rapat. Beberapa kali aku melihat Indah mendelik kepadaku karena melihat aku keasyikan chatting di Whatsapp versi web karena kalau pegang hp kan keliatan banget dengan peserta rapat yang lain. Indah mencolekku menyuruhku berkonsentrasi apalagi kalau dalam hal pengambilan keputusan. 

Sialnya hari itu, rapat berlangsung sangat rumit. Aku terus-terusan melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku belum beres-beres pakaian untuk dimasukkan ke ransel dan rapat masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Walaupun sebenarnya untuk urusan perusahan, aku dan Indah hanya sebagai pendengar saja tapi memang kami harus hadir disini. Apalagi adikku yang biasa bisa menggantikanku berbicara di rapat malah tiba-tiba harus melakukan market research di Jepang dan nggak bisa hadir. Matilah aku!

Aku langsung mengetik Whatsapp untuk Indah. Karena Indah sedang serius mendengarkan rapat, sampai harus aku colek dia (gantian colek-colekan) untuk menyuruhnya melihat hp. Indah mengernyit ketika membaca Whatsappku.
“Ndah, gw harus beres-beres. Gw janjian jam 11 nih. Ini udah jam 9 belum kelar. Pls help!”
Indah langsung membalas, “Ya udah sana lo keluar. Nanti gw bilang lo sakit perut.”
Ahh Indah memang sahabat terbaikku. Aku berdiri, semua mata mengarah padaku dan dengan kikuknya aku bilang, “Maaf saya harus ke WC.” Ah, ini momen yang aneh banget. Peserta rapat terdiam sejenak dan lanjut berdiskusi. Aku langsung kabur keluar ruangan.

Aku masuk kamar, mencopot high heels, mengeluarkan ransel, dan mengemasi barang-barang. Aku agak bingung mau bawa apa aja karena memang sudah lama sekali nggak travelling. Aku masukkan saja beberapa baju ganti, makeup, senter, obat-obatan, lalu berganti baju meeting dengan kemeja, jaket, celana jeans, boots, dan syal. Aku menyandang ransel, lalu mengendap-endap keluar dari kamar hotel, turun lift, menuju lobi, dan keluar dari hotel. Aku mencegat taksi dan berangkat ke terminal. Semoga Indah bisa menghandle semua rapat. Aku percaya padanya.

Sesampai di terminal, aku celingak-celinguk mencari Ardi. Mana aku sendirian cewek menunggu di pinggir terminal dan aku baru ingat kalau aku banyak bawa duit cash. Jadi agak merasa ketakutan. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Aku kaget tapi agak lega karena ternyata itu Ardi. Dia tersenyum manis dan langsung mencuri detak jantungku. Aku tertegun, terdiam, dan terpesona (meleleh lebih tepatnya). Ahh, cowok ini ganteng sekali.
Ardi agak keheranan melihat wajahku, “Kamu habis dari mana?”
“Kenapa gitu?” Aku langsung mengambil hp dan berkaca. OMG, wajahku masih full makeup bahkan bulu mata palsu aja belum dilepas. Aku langsung kikuk setengah mati dan berpaling dari Ardi sambil mencopot bulu mata terlebih dahulu.

Ardi hanya tersenyum. “Baru kali ini ngeliat orang mau naik gunung tapi dandan, hahaha.”
Aku langsung malu bangettt, “Duh iya nih, tadi lagi ada acara trus kabur kesini. Nanti dalam perjalanan aku hapus deh makeupnya.” Aku kemudian merogoh-rogoh isi ransel mencari makeup remover.
“Nggak apa-apa kok. Daripada aku bosan ngeliat semua traveller cewek pada kucel. Mendingan ngeliat kamu lebih seger. Hahaha.”
Aku tersipu malu dan tertawa, “Ya udah, aku nggak jadi hapus makeupnya deh. Soalnya emang lupa bawa makeup remover. Mana inget bawa makeup remover ke gunung.”
Ardi tertawa lagi, lalu mengajakku naik ke sebuah mobil minibus yang berisi traveller lain. Memang iya, semua traveller cewek terlihat kucel, seperti orang belum mandi, dengan rambut urakan yang nggak disisir, bahkan wajah tanpa bedak sama sekali. Mereka agak terdiam melihatku (wajahku), dan aku hanya pura-pura cuek. Perasaan dulu ketika aku suka nge-trip, nggak se-kucel mereka juga deh.

Di minibus aku hanya mengobrol sedikit dengan Ardi, lalu tanpa sadar tertidur karena kecapek'an perjalanan dari Jakarta ke Malang lalu langsung meeting, trus lanjut lagi ke Bromo. Baru sekitar jam 3 pagi, kami pindah ke mobil Jeep dan Ardi yang nyetir. Kami ingin hunting sunrise di Bromo jadi jam segitu harus langsung jalan ke gunung. Aku sudah menyiapkan jaket Thermal yang tipis tapi sangat tahan cuaca dingin. Pagi itu suhu di Bromo sangat dingin. Setiap mengobrol dengan Ardi, mulut kami berasap. 
“Makeup kamu tahan juga ya. Dari semalem nggak luntur sama sekali. Padahal tadi udah sempat cuci muka.”
“Duh, ini sindiran apa pujian nih?” tanyaku manyun.
Ardi tertawa, “Pujian kok. Jadi sampe pagi pun kamu masih segar.”
“Segar apa cantik nih?” Tanyaku dan Ardi tertawa.
Aku tertawa juga. Ya mau bagaimana lagi, ini kan makeup super mahal hahaha. 

Aku dan Ardi mengambil tempat duduk berdua saja. Kami mengobrol tentang berbagai destinasi wisata di Indonesia yang pernah aku datangi sambil menunggu sunrise. Ternyata dia lebih banyak lagi menjelajah Indonesia tapi agak jarang ke luar negeri. Dia baru pergi ke 3 negara saja. Berbeda denganku yang sudah pergi ke lebih dari 10 negara. Ardi juga sangat perhatian padaku dan sangat suka tersenyum. Dia beberapa kali bertanya apa aku kedinginan? Aku memang nggak kedinginan karena biasa aku pakai jaket ini ke negara-negara yang ketika musim dingin memiliki suhu dibawah 0 derajat. Dia juga membelikanku susu jahe (untuk menghangatkan tubuh) dari pedagang yang tiba-tiba muncul di tepi gunung. Sampai ketika matahari mulai terbit, kami kegirangan dan berfoto dari setiap sudut. Gunung Bromo ketika matahari terbit benar-benar sangat indah.
http://wisatamalang.com/
Indah mengirim pesan yang membuatku langsung manyun, “Jangan posting foto apapun di social media!”
Aku jadi bete. Padahal aku banyak banget foto berdua dengan Ardi dengan pemandangan gunung bromo yang indah dan sudah berencana untuk upload ke Instagram.
Indah mengirim pesan lagi, “Jam berapa pulang?”
“Pulang?! Ini juga belum puas menikmati sunrise di gunung.”
“Nggak bisa Rika, RUPS masih berlanjut. Gw udah nggak bisa backup lo lagi. Mana mereka semua heran lo dari WC kok nggak balik lagi. Lo harus balik Rika...!”
Aku agak panik. Aku melihat Ardi sedang sibuk sendiri mengambil foto gunung, lalu aku menjauh sebentar untuk menelepon Indah.
“Indah, perjalanan dari Bromo ke Malang itu mungkin memakan waktu 5 jam. Gw nggak bisa secepat itu balik.”
“Tapi Rika, ini RUPS makin sengit. Sekarang semua keputusan rapat ada di elo. Gw semalem udah backup semampu gw. Tapi mereka nggak mau dengerin gw lagi. Semalem itu kita beres miting jam 1 malam dan mereka heran lu kok nggak balik-balik? Gw bilang lu sakit perut jadi harus istirahat di kamar.”
Aku melihat jam. “Sekarang jam 6 pagi. Mungkin after lunch masih bisa keburu kali yah kalau gw balik rapat.”
“Ok Rika, gw akan mengulur waktu sampai makan siang dan lo apa pun yang terjadi tetap harus udah ada disini. Janji sama gw! Ini aja jam 8 pagi nanti gw masih lanjut rapat. Apa nggak pusing kepala gw??”
“Ok, ok, gw balik sekarang!" 
http://misadventuresmag.com/
Aku menutup telepon, lalu menghampiri Ardi. “Ardi, aku harus balik ke Malang sebelum jam 1 siang. Kamu bisa nggak nganterin aku?”
Ardi terlihat kebingungan. “Kenapa tiba-tiba?”
Please Ardi, nanti aku jelasin di mobil.”
“Tapi mobil jeep dan minibus kita kan carteran. Jadi harus nungguin anak-anak yang lain. Kecuali booking yang baru.”
“Nggak masalah! Ayo temenin aku!” Aku menarik tangan Ardi. Kami setengah berlari dari kaki gunung menuju jeep dan menyewa mobilnya. Untung aku bawa banyak uang cash, jadi bisa langsung bayar. Sesampai di Desa Cemara Lawang, kami menyewa satu minibus lagi hanya untuk berdua (bertiga dengan supir). Aku terdiam sambil membaca email-email hasil rapat semalem termasuk membahasnya sedikit dengan Indah melalui Whatsapp agar Ardi nggak begitu tau. Aku sampai lupa dengan Ardi tapi untung dia baik dan hanya diam saja.

Aku mengambil dan merogoh ransel untuk mencari powerbank, lalu memasukkan hp ke dalam ransel sambil nge-cas. Aku dan Ardi saling bertatapan.
“Maafin aku karena ngerepotin kamu.” Kataku. “Baru punya kesempatan ngetrip bareng, eh malah terganggu karena aku harus buru-buru pulang.”
“Nggak apa-apa sih. Tapi aku mau dengerin cerita kamu kenapa buru-buru banget.”
“Aku ada miting penting nanti jam 1. Sebenarnya aku kesini dalam rangkaian bisnis trip. Aku kira miting semalam bakalan berjalan mulus jadi aku bisa kabur ke gunung Bromo sama kamu, ternyata malah sebaliknya.”
Ardi tersenyum. “Ya udahlah mau gimana lagi. Mending kamu pikirin aja nanti miting bakalan gimana.”
Aku bersandar di jok mobil, “Sebenarnya aku udah super capek sih...”
“Mau aku gantiin nggak mitingnya?” tanya Ardi sambil tertawa.
Aku tersenyum, “Kamu gantiin jadi bantal aja. Biar aku bisa bobo.” Kataku modus.
Ardi mendekatkan pundaknya padaku, “Bersandar kesini aja.”
Aku tersenyum lagi, lalu langsung terlelap di pundaknya.
Sesampai di Malang, Pak Supir membangungkan aku dan Ardi. Beliau bertanya kalau kami mau turun dimana. Aku bilang salah satu nama hotel dan bapak itu kembali menjalankan mobilnya. Aku sampai di Malang lebih cepat dari jadwal. 

Sesampai di hotel, aku langsung berjalan menuju lift.
Ardi bertanya, “Apa aku ikut juga?”
“Ikut aja. Kamarku ada ruang tamunya kok.”
Ardi mengangguk. Kami masuk ke lift dan berjalan menuju kamarku.
“Aku mandi dan berkemas dulu ya. Kamu tunggu aja di ruang tamu.”
Aku melihat Ardi terbelalak melihat kamar hotelku yang super luas dan mewah. Aku tidak sempat mempedulikannya lagi karena aku harus mandi dan dandan. Selesai mandi, aku keluar kamar dan melihat Indah yang tiba-tiba masuk kamar dan terkejut melihat Ardi ada di ruang tamu. Aku memperkenalkan Indah kepada Ardi, lalu berpamitan pada Ardi untuk ke ruang rapat.
“Kamu mandi aja dulu. Di lemari banyak baju bagus kok, kamu bisa pakai. Nanti malam kita bisa makan malam di hotel tanpa perlu ada gangguan dari miting lagi.” Aku keluar dari kamar sambil meninggalkan Ardi yang masih terdiam kebingungan.

***

Aku ditinggalkan Rika di kamar hotelnya yang super mewah sendirian karena dia harus mengikuti rapat. Sebenarnya aku sudah mengenalnya dari dulu, tapi aku nggak tau kalau dia adalah (mungkin) salah satu bos sebuah perusahaan. Aku sebenarnya senang aja sih ditinggal di kamar ini, bisa tiduran, mandi di bath tub, nonton tv sepuasnya, mana dapat makan siang yang diantar ke kamar lagi.

Rika mengirim pesan Whatsapp yang bilang kalau dia bakalan kelar miting jam 5 sore. Wah, masih lama banget. Setelah makan siang, aku mengeksplorasi kamar Rika. Aku melihat kopernya. Tenang, aku nggak niat membukanya. Aku melihat kosmetiknya di meja rias yang banyak, juga baju di lemarinya yang banyak juga. Emang dia bakalan menginap lama apa ya di hotel ini sampai harus bawa baju sebanyak ini? 
Aku heran lagi, kenapa ada baju cowok juga ya? Masa dia bobo sama cowok? Ah, mana mungkin. Cowok itu sekarang pasti marah banget kalau aku ada di kamar Rika. Aku melihat surat selamat datang dari hotel dengan tulisan, “Welcome Ms. Erika, Founder & CEO XXX Company.” Aku terbelalak. Rika orang nomor 1 di perusahaannya. Pantas saja dia mendapatkan fasilitas super mewah seperti ini.

Setelah puas mengeksplorasi kamar, aku nonton tv sampai tertidur di sofa. Aku merasakan ada yang mencolek pipiku. Aku membuka mata sedikit dan melihat Rika dan Indah pas ada di hadapanku. Aku kaget dan langsung terduduk. Rika tertawa. Aku melihat jam tanganku yang ternyata menunjukkan pukul 5 lebih 10 menit. Gila, aku udah tidur berapa lama?
“Kamu udah mandi belum?” tanya Rika.
Aku menggeleng.
“Ya udah, mandi aja dulu. Baju-baju keren udah ada di lemari. Aku mau bahas hasil miting sedikit dengan Indah. Jadi pas nanti kamu udah mandi, kita langsung turun makan malam.”
Aku melihat Indah dan dia langsung nyeletuk, “Lo tenang aja, gw baru beres-beres untuk balik ke Jakarta dan nggak akan gangguin kalian.”
Rika tertawa sambil melihatku. Aku jadi kikuk sendiri. Aku berjalan menuju kamar mandi, lalu menyalakan air panas dan berendam di bath tub. Setelah puas berendam, aku keramas dan mandi seperti biasa. Baru sadar kalau aku mandinya lama juga ya? Biasanya sih 10 menit udah maksimal. Mungkin karena keasyikan berendam.”

Setelah beres mandi, aku pakai handuk kimono dan keluar dari kamar mandi. Aku melihat Rika sedang memilih-milih baju cowok. Aku bertanya, “Itu sebenarnya baju siapa?”
“Adikku,” jawab Rika. “Awalnya dia bilang mau datang miting, jadi asisten kami udah mempersiapkan baju-bajunya. Semoga ukurannya cukup buat kamu.” Rika membawakan kemeja putih dan jeans.
“Makan malamnya formal ya?” tanyaku.
“Nggak begitu formal sih.”
“Kamu pake baju itu?” tanyaku sambil melihat stelan Rika yang masih pakai baju kerja.
Rika menggeleng. “Nggak, ini aku mau ganti baju juga. Kamu pakai baju di ruang tamu ya. Nanti aku mau ganti baju juga.”
Aku menggangguk sambil mengambil baju yang dia pilihkan. Lalu berjalan keluar kamar. Aku memakai pakaian dan berkaca. Wah, dengan stelan seperti ini aku tampak lebih ganteng. Hahahaha. Kemeja lengan panjang yang aku lipat sampai ke siku. Celana jeansnya juga tampak sangat keren di kakiku.

Rika keluar dengan pakaian sangat cantik, santai, tapi elegan. “Gimana? Cantik, ‘kan?” tanyanya sambil berputar. Aku tertawa. Cewek yang satu ini memang sudah jadi perhatianku sejak lama. Tapi aku baru tau kalau dia orangnya asik banget dan ramah.
Aku mendekatinya, “Nggak apa-apa nih, kalau aku mengajak seorang CEO makan malam?”
Rika agak kaget, “Wah, ketauan. Hahaha. Nggak apa-apa dong, asal dijagain baik-baik.”
Aku tertawa lagi. Aku lalu memberikan lenganku untuk dia gaet. Kami berjalan keluar kamar hotel bersama menuju lift, lalu naik ke rooftop. Ada sebuah resto mewah dengan pemandangan lampu-lampu kota yang sangat indah. Aku terkagum-kagum melihatnya. Padahal aku sudah lama tinggal di Jawa Timur, tapi baru tau kalau ada Resto sekeren ini disini. 

Pelayan membawa kami ke meja yang sudah di book terlebih dahulu dengan pemandangan paling indah mengarah ke semua lampu kota. Aku langsung mengeluarkan hp dan mengambil foto. “Keren banget ya tempatnya?”
Rika mengangguk, “iya. Ini resto favorit keluargaku. Aku senang bisa mengajakmu kesini.” Katanya tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh lampu-lampu kota.
“Lebih tepatnya aku diculik sih. Tadinya kan kita cuma bakalan bertemu dan berpisah di meeting point doang.”
“Oh iya aku nyulik kamu kesini ya." kata Rika sambil tertawa. "Tapi nggak nyesel ‘kan?”
“Nggak dong!” Jawabku cepat.
Malam minggu itu kami mengobrol banyak. Dia bercerita segala hal tentang pekerjaannya, masa kecil, sekolah, kuliner favorit dan sebagainya. Begitu juga dengan aku. Biasanya hanya ngobrol di telepon atau chat di Whatsapp nggak begitu terasa. Sekarang bisa lebih rileks bercerita sambil menikmati makan malam dan pemandangan indah, ditemani alunan musik klasik yang membuat suasana lebih romantis.

Tanpa terasa sudah jam sebelas malam. Kami memutuskan untuk menyudahi acara makan dan balik ke kamar. Tiba di kamar, Rika mencopot high heelsnya lalu langsung menghempaskan diri ke kasur. Mungkin dia sudah sangat lelah, berbeda denganku yang sudah tidur siang berapa lama. Aku mengemasi barang-barangku dan sepertinya aku harus langsung balik ke rumah. Aku masuk ke kamar Rika untuk berpamitan. Melihatnya terlelap seperti itu, jadi nggak tega mau membangunkannya. Aku menutup pintu kamarnya, lalu keluar dan pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, ketika membereskan ransel, aku melihat secarik kertas.
Next Trip, New Zealand ~Erika

Aku tersenyum. Malam ini aku akan bermimpi indah tampaknya.

Siapapun yang melihat kita 
Mungkin kan mengerti
Dan membaca yang telah tersirat 
Di antara kita
Ingin selalu aku dekatmu

~Fatin Ft The Overtunes~

Juli 10, 2016

Lebaran 2016

Terakhir update blog 30 Ramadhan, sekarang baru update lagi. Bagaimana Lebaran kalian? Pasti seru banget ngumpul bareng keluarga ya. Kalau untuk saya, Lebaran kali ini spesial banget. Seluruh keluarga lengkap berkumpul. Abang dan kakak ipar, adik-adik dan adik ipar, ponakan-ponakan lucu, semua lengkap. Walaupun kita nggak pakai acara foto keluarga, tapi keluarga saya pada pulang semua. Pokoknya paling membahagiakan deh. Tapi tetap ada yang kurang, nggak ada Papa lagi. Hiks, semoga di lapangkan dan diterangi kuburnya, serta diampunkan dosanya oleh Allah SWT. Amin.

Lebaran tahun ini juga kita bedah rumah. Memang sih masih berangsur-angsur karena rumah kami adalah ruko. Tapi kali ini perubahannya agak signifikan. Insya Allah tahun depan bisa lebih bagus lagi. Jadi tiap tahun rumah di upgrade, hihihi.
Lebaran pertama
Rutinitas Lebaran:
Lebaran 1 : Selalu silaturahmi ke keluarga besar Mama. Semua rumah mereka kita kunjungi satu-persatu. Enaknya di kampung, rumahnya semua berdekatan. Jadi tinggal jalan kaki aja. Tahun ini kuburan Papa udah di semen. Walaupun bentuknya agak miring kanan kiri, tapi udah oke deh. Tetap aja ada perasaan sakit di hati melihatnya. I miss you Pa.

Lebaran 2 : Silaturahmi ke kampung Papa. Daerahnya nggak banyak berubah. Masih sama saja. Yang nggak enak adalah Mie Aceh yang kami makan di Bate Ilik. Tumben kali ini nggak ada rasa sama sekali sampai adik ipar saya minta garam tambahan. Teh tariknya juga bikin eneg. Duh, what happen to them?
Lebaran kedua
Mie Aceh nggak enak >_<
Lebaran 3 : Kita di rumah aja, nungguin para tamu yang melakukan kunjungan balasan. Tamu rame banget tapi kita semua jadi hepi.

Lebaran 4 : Seharian muter di kota Lhokseumawe untuk bersilaturahmi dan makan mie Aceh di Lancok. Baru dengar nama daerah ini, tapi Mie Acehnya enakkkk banget. Duh, benar-benar seperti Mie Aceh yang saya rindukan. Ditambah dengan pemandangan indah ombak menghantam karang.
Makan mie Aceh dengan pemandangan ini
Lebaran 5 : Hari saya nulis blog. Saya sih di rumah aja jagain rumah sekalian membuat laporan keuangan. Semua PR pekerjaan saya selesai dan saya memutuskan untuk menginstall Pokemon Go. Yippi, ada game yang saya suka di handphone. Oh ya, saya jadi pengen Pre Order Final Fantasy XV. Selama perjalanan ke rumah saudara yang jauh-jauh, kerjaan saya nonton Youtube semua tentang game RPG yang satu ini. Ah, i missed the game.

Baiklah, doakan saya selamat dalam perjalanan pulang ke Jakarta ya. Masih ada 2 hari lagi sisa liburan. Sampai jumpa....!

Juli 05, 2016

Akhir Ramadhan

Sudah di penghujung bulan Ramadhan. Selalu ada tersirat rasa sedih ketika harus mengucapkan sampai jumpa kepada bulan penuh rahmat dan ampunan ini. Selalu ada rasa antusias dan bahagia juga menyambut Hari Raya Idul Fitri 1437 H. Di akhir bulan suci ini, semua utang menulis postingan blog saya juga akhirnya lunas. Alhamdulillah bisa dikebut selama Ramadhan di sela-sela kesibukan yang membuat sakit badan.

Ramadhan tahun ini agak berbeda dengan Ramadhan tahun sebelumnya. Awal Ramadhan saya sempat pindah-pindah mesjid untuk taraweh tergantung dengan situasi dan kondisi. Beberapa mesjid yang saya kunjungi adalah:
1. Mesjid di Apartemen Kalibata : shafnya rapat dan lurus, imam penceramah bagus dan tegas, mesjidnya ada AC, dan jamaahnya penuh sampai keluar. 11 rakat dengan witir.
2. Mesjid RS. Jakarta : Shafnya rapi, nggak ada ceramah, shalatnya cepat selesai, jamaahnya agak sepi. 11 rakaat dengan witir.
3. Mesjid di dekat stasiun Cawang : shafnya amburadul, nggak rapat sama sekali, bahkan satu shaf hanya berisi satu orang dan shaf di depan dan di belakangnya juga paling 3-5 orang. Saya sampai nggak khusyu' shalat disana. 23 rakaat dengan witir dan saya cuma shalat 11 rakaat saja.
4. Mesjid Indonesia Power : Shaf sepi, jadinya ya lurus. Dapat takjil dan makan malam. 11 rakaat dan witir,. Mesjid ini adalah favorit saya ketika taraweh karena bisa pulang ke rumah setelah shalat dalam kondisi kenyang, hahaha. Pulangnya juga nggak kemaleman karena shalat cepat selesai.
5. Mushalla dekat rumah : Shaf nggak rapi, nggak ada ceramah, shalatnya lama. Berhubung dekat dari rumah, ya tetap aja pergi kesana, tapi hanya weekend doang kalau nggak ada bukber.

Tahun ini saya lebih sedikit ikut bukber. Selain karena di mesjid client (Mesjid Indonesia Power) sudah tercukupi takjil dan makan malam, saya juga agak malas pergi sana-sini. Mungkin karena pekerjaan saya sudah sangat overload, jadi membuat badan saya gampang capek. Buka puasa juga porsi makan saya agak sedikit karena memang nggak begitu mood makan banyak. Walaupun kalau buka puasa di rumah, saya tetap antusias bikin es ini itu dan makanan enak.

Hari minggu tanggal 26 Juni, tepatnya setelah THR cair, saya sempat ikut midnight sale yang membuat saya kecapekan lagi. Efeknya adalah saya jadi lemas dan ujung-ujungnya malah demam. Tanggal 30 Juni saya pulang ke Aceh dalam kondisi badan panas banget, flu, bersin-bersin, dan tubuh sangat lemas. Di pesawat telinga saya sampai pekak banget, nggak bisa mendengar apa-apa karena flu. Setiba di Banda Aceh, saya di jemput adik dan saya tidur di rukonya. Setelah zuhur kami pulang ke Matang Glumpang Dua dengan kondisi saya yang semakin demam. Mana waktu berbuka masih lama. Akhirnya setelah buka puasa saya nggak sanggup bangun lagi dari kasur dan harus berobat ke dokter. Setelah minum antibiotik, baru deh agak mendingan.

Alhamdulillah tahun ini bisa merasakan puasa Ramadhan di Aceh agak lebih lama dari tahun-tahun sebelumnya. Saya bisa berbuka puasa dengan air tebu, es teler, rujak Aceh, air kelapa muda, pokoknya semua minuman yang saya inginkan di Aceh. Sempat melihat mesjid-mesjid masih penuh, orang-orang masih terus mengaji, berbeda sekali dengan Jakarta. Betapa rindunya suasana Ramadhan di Aceh, rindu pesantren kilat, rindu belajar mengaji setelah shalat Shubuh sambil duduk-duduk di balai dekat sawah. Rindu juga berlari-larian di mesjid. Sungguh, nuansa islami sangat terasa disini.

Hari ini kita mendengar kalau ada bom di mesjid Madinah. Semoga korban mendapat surga karena meninggal dekat dengan makam Rasulullah. Kejadian tersebut bukan membuat saya takut umroh, justru jadi lebih ingin kesana. Doakan akhir tahun ini saya jadi umroh ya. Insya Allah.

Akhir kata, “Semoga Allah menerima (amalan-amalan) yang telah saya dan kalian lakukan, puasa saya dan puasa kalian, dan semoga Allah menjadikan kita termasuk (orang-orang) yang kembali (kepada fitrah) dan (mendapat) kemenangan”.

Taqabalallahu minna wa minkum shiyamana wa shiyamakum wa ja’alna minal ‘aidin wal faizin

تَقَبَّلَ اللّهُ مِنَّا وَ مِنْكُمْ صِيَمَنَا وَ صِيَمَكُمْ وَجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِين وَالْفَائِزِين

 
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 H. Mohon maaf lahir dan batin.

Juli 04, 2016

Visa New Zealand Approved!

Salah satu kegiatan di bulan Ramadhan kali ini adalah membuat Visa New Zealand. Sebenarnya saya baru berangkat ke New Zealand bulan Agustus nanti, tapi sudah harus mengurus Visa dari sekarang karena saya akan segera resign dari kantor. Takutnya nanti nggak ada surat referensi kerja, jadi memang harus buru-buru. Beberapa referensi yang saya baca, Visa untuk negara yang satu ini baru kelar pembuatannya setelah 14 hari kerja. Takut juga ntar nggak selesai Visanya pas hari keberangkatan.

Sudah lama saya nggak mengurus Visa. Terakhir mengurus Visa Korea Selatan yang berakhir dengan nggak di approved, Hiks!! Walaupun alhamdulillah bisa masuk Korea dengan Visa Jepang (sekarang udah nggak bisa lagi ya). Sudah lama juga saya nggak berpergian ke negara yang jauhhhh sekali. Jadi agak merasa gimanaaa gitu karena mau ke New Zealand dan negara yang satu ini jauuuuhhh sekali, kurang lebih 12 jam dari Jakarta (tidak termasuk waktu transit).

Persiapan membuat Visa kali ini lumayan ribet. Saya harus ke studio foto untuk membuat foto Visa yang terbaru. Yang saya punya dulu juga udah hilang. Sempat was-was juga karena saya pakai kerudung dengan corak Bob Marley. Jadi bertanya-tanya juga, apa harus pakai kerudung polos? 'Kan aneh banget Visa nggak diapproved karena corak kerudung Bob Marley. Selesai membuat pas foto, saya ngeprint Form Aplikasi Visa dengan nomor INZ1189 dan berbagai tiket-tiketan dan voucher hotel-hotelan. Semula saya mengisi form INZ1017 yang salah, dan baru sadar setelah sahur dan mengecek kembali kelengkapan aplikasi. Terpaksa nge-print ulang dan mengisi ulang aplikasi yang membuat saya nggak tidur lagi setelah sahur. Saya juga udah mengajukan permintaan pembuatan surat keterangan kerja ke kantor melalui aplikasi yang baru. Mana saya nggak familiar lagi sama aplikasi di kantor, jadi terpaksa harus pergi sendiri ke ruang HRD dan minta diajarin cara pakainya gimana. 

Hari Rabu tanggal 15 Juni 2016, setelah sahur saya nggak tidur lagi karena harus mengisi form INZ1189 ulang. Setelah pengisian selesai, semua tiket dan bukti booking hotel sudah di print, saya berangkat ke kantor client. Setelah sampai client, saya taruh tas, lalu turun ke Bank BNI untuk ngeprint rekening koran. Karena saya punya online shop, transaksi 3 bulan saja sampai 16 lembar. Perlembar bayar Rp. 2000 lagi. Setelah rekening koran selesai di print, saya balik ke kantor untuk mengambil surat keterangan kerja dengan busway. Saya tertidur pulas sampai Central Park karena mengantuk nggak tidur lagi setelah sahur. Ketika sampai, saya naik ke kantor mengambil surat, kemudian langsung turun dari gedung naik Gojek ke Kuningan City tempat pembuatan Visa New Zealand. Ini pertama kalinya saya mengajukan Visa melalui VSF. Pengamanan masuk ke kantor VSF ini berlapis-lapis. Untung saya nggak bawa macam-macam, hanya map dan dompet doang.

Saya mengambil nomor antrian, lalu mengantri di bagian negara New Zealand. Hari itu yang apply Visa banyak banget. Bukan ke New Zealand saja, tapi ke UK, Australia, dan satu negara lagi mungkin Dubai. Kata security yang jaga pintu sih kalau mau libur Lebaran memang banyak yang apply Visa. Pada mau liburan ke luar negeri semua nih. Saya juga melihat travel agent yang membawa passpor sampai satu karung. Waduh, banyak banget!! Saya menunggu sekitar sejam sambil main hp (dan saya ditegur satpam nggak boleh pakai hp disini), sampai antrian saya dipanggil. Masih deg-degan ketika menyerahkan dokumen. Petugas mengecek semua kelengkapan itinerary, tiket, dan bukti booking hotel. Petugas bertanya rekening koran saya mana? Oh ya, ini 'kan amplop terpisah. Trus bertanya lagi surat keterangan kerja mana? Dan saya baru inget lagi suratnya di amplop terpisah juga. Akhirnya semua dokumen lengkap, saya ditawarkan untuk dikabarin via email dan sms dengan membayar Rp. 20rb atau mengecek sendiri di internet. Saya sih mending di kabarin via sms dan email biar deg-degannya tiap hari, hahahaha. Total saya bayar adalah Rp. 1,910,000, dengan rincian Rp. 1,650,000 biaya Visa, Rp. 240,000 administrasi, dan Rp. 20,000 biaya sms dan email. Mahal banget ya Visa yang satu ini.

Berikut persyaratan pengajuan Visa:
1. Mengisi formulir aplikasi Visa INZ1189
2. Pas foto 3,5 x 4,5 2 lembar
3. Itinerary selama di New Zealand
4. Bukti booking hotel dan tiket pesawat pulang-pergi
5. Rekening koran (minimal saldo NZD 1000/orang/bulan)
6. Surat keterangan kerja.
Untuk lebih jelasnya bisa langsung ke website New Zealand.

Alamat pengumpulan aplikasi / pengambilan Visa:
PT. VFS Services Indonesia 
New Zealand Visa Application Centre
Kuningan City Mall Lt. 2, No. L2-19, 
Jl Prof. Dr. Satrio Kav 18, Kuningan, Jakarta

Setiap hari saya dikirimi sms oleh VSF. Benar saja, tiap hari saya jadi deg-degan. Memang sih isi smsnya cuma bilang dokumen udah dikirim ke Kedutaan New Zealand, dokumen udah di proses, dan terakhir adalah aplikasi saya sudah selesai dan bisa diambil. Yang bikin deg-degan adalah, selesainya ini di approved apa nggak? Haduwww.... Hari Rabu saya submit, Senin saya udah dapat sms untuk mengambil passpor. Hari Selasa saya langsung nge-Gojek lagi ke Kuningan City. Petugas mengeluarkan amplop saya dan bilang, "Kalau Visa 'di approved', tolong cek nama, no,passpor, tanggal lahir, dan gender." Duh, kata-kata 'kalau'nya itu bikin jantung berhenti berdetak. Saya mengangguk saja dan menerima amplop dengan tangan dingin.

Saya kembali ke kursi, membuka amplop sambil membaca doa-doa (mumpung Ramadhan) dan alhamdulillah Visa DI-APPROVED! Duh, rasanya seperti sebagian besar beban di otak langsung hilang seketika melihat Visa berwarna biru tertempel cantik di passpor saya. Alhamdulillah banget deh.
Dear Middle Earth, I'm coming!

Juli 03, 2016

First Payoneer Forum

Suatu hari saya mendapatkan email undangan untuk menghadiri sebuah forum pertama yang diadakan oleh Payoneer. Bulan Februari lalu juga saya pernah diundang gala dinner bersama Payoneer dan menurut saya acaranya asyik banget, makanya kali ini mau datang lagi. Bahkan untuk forum yang satu ini, saya mengajak beberapa teman pengusaha untuk ikut hadir. Kami sudah mereservasi tempat sejak jauh-jauh hari supaya nggak kehabisan, mengingat pasti rame banget yang mau datang ke acara ini.
Banner di depan
Pada hari Sabtu tanggal 18 Juni 2016 itu, saya bersiap-siap berangkat ke Conclave (tempat acara forum Payoneer diadakan) sekitar jam 1.30 siang dari Depok. Sudah memperhitungkan waktu, bisalah kami sampai ke acara jam 3 sore karena memang open registration jam segitu. Sayangnya, untuk mencapai jalan Margonda saja sudah memakan waktu 30 menit, apalagi ke Conclave. Saya bersama Puput dan Nida sudah mulai kebosanan di mobil. Sudah 1000 gaya selfi, sudah tidur dan bangun lagi, belum sampai juga ke Conclave. Mana Ferdi dan Khanti juga udah ngabarin kalau acara akan dimulai dan saya masih belum menunjukkan tanda-tanda masuk ke Jalan Antasari. Teman saya Anis yang datang dari Bandung pun kena macet. Duh, udah weekend, bulan puasa pula, Jakarta super duper macet sekaliiii.
Meja dan kursi narasumber
Jam 3.45 sore, saya tiba di Conclave, sebuah Co-Working Space yang diperuntukkan untuk para business owner pemula atau para startup. Desain interior tempat ini keren banget, ruangan bernuansa cat kayu yang memberi kesan adem dan tenang, cocok untuk kita bekerja sehari-hari. Tempat bekerja seperti meja, kursi, lampu, dan lainnya, di desain sedemikian rupa sehingga terlihat vintage dan kekinian. Untuk lebih jelasnya bisa langsung ke website resmi Conclave.
Souvenir
Sebelum masuk ke aula tempat forum dimulai, kami diwajibkan registrasi ulang untuk mendapat buku, pulpen, map rundown acara, dan name tag. Kami naik ke lantai dua dengan tangga karena nggak boleh menggunakan lift. Untung aja nggak pakai sepatu high heels yang tajam, kalau nggak, bisa susah naik tangga. Karena udah telat 15 menit, jadi agak malu-malu untuk masuk ke aula. Untung Nida dengan pedenya langsung buka pintu dan kami pun bisa masuk, hihihihi. Ruang aula berbentuk amphitheatre, jadi semua tempat duduk nggak ada sandarannya dan nggak ada pemisah antara satu kursi dengan kursi yang lain. Jadi banyak orang-orang yang duduk nggak rapat, sehingga kami yang datang telat agak susah mencari tempat duduk. Saya jadi duduk di bawah AC yang dinginnnn banget. Untung pakai blezer. 
Mbak Jenny, Mas Ghilky, dan Pak Daniel
Forum kali ini mendatangkan 2 narasumber yaitu Ghilky Gerdian dan Daniel Pratidya. Sebelum para narasumber memaparkan materi, seperti biasa mbak Jenny memperkenalkan Payoneer pada kami semua secara lebih mendalam lagi. Kali ini Payoneer sudah bisa menerima pembayaran dari Jepang, jadi kita bisa mulai berekspansi ke negri Sakura tersebut. Oh ya, sebelum memutuskan untuk menghadiri acara, saya tidak terlalu tau topik apa yang akan dipaparkan karena memang nggak ada topiknya di undangan. Saya kira bakalan menjadi forum diskusi dari segala macam Line of Business. Ternyata sore itu full acara diskusi untuk orang-orang yang ingin memulai menjadi Freelancer atau sudah menjadi Freelancer tapi ingin lebih banyak menghasilkan uang. Jujur saja ini ilmu baru buat saya, jadi saya mendengarkan dengan seksama. Para narasumber juga agak keheranan dengan peserta forum yang datang, karena biasanya yang banyak ingin jadi Freelancer adalah anak muda. Ternyata yang datang kali ini banyak juga pemilik bisnis yang sudah senior.
Mendengar pertanyaan
Dimulai dari Mas Ghilky, seorang Animator Freelancer yang bekerja untuk perusahaan asing. Dia sudah mengerjakan banyak animasi di luar negeri dengan bayaran yang cukup WOW. Enaknya bekerja untuk orang asing adalah mereka menghargai pekerjaan kita. Mereka selalu bertanya kapan bisa selesai, bukan menetapkan besok harus selesai (seperti yang biasa dilakukan perusahaan di Indonesia). Beberapa projek animasi adalah untuk iklan, termasuk beberapa scene film juga, dan semuanya bisa dikerjakan dari rumah sendiri. Enaknya jadi self employee adalah kita bisa tetap bersama keluarga walaupun banyak bisik-bisik tetangga yang mengira Mas Ghilky ngepet kali ya. Cuma duduk diam di kamar, tapi duitnya banyak, hahahaha. 

Yang kedua adalah Pak Daniel. Beliau sudah lebih senior dari Mas Ghilky dan juga freelancer excel. Wah, saya banyak punya teman auditor yang bisa menjajakan skill excel mereka ke projek-projek luar negri. Kebanyakan paparan Pak Daniel adalah kelanjutan dari paparan Mas Ghilky. Beliau juga memotivasi kita untuk bekerja sendiri, mencari ribuan projek di internet, dan siap mendapatkan ribuan dollar. Saya sendiri jadi berpikir untuk mencari-cari projek freelance di internet. Tapi bukan saya yang mengerjakan. Mungkin saya akan melibatkan para mahasiswa Desain Grafis bekerja untuk saya, hahaha.

Paparan Pak Daniel harus berhenti di tengah jalan karena buka puasa. Hal ini yang saya tunggu-tunggu karena memang udah haus banget. Takjil yang disediakan di Conclave enaaaak banget. Paduan jus mangga dengan berbagai macam buah-buahan manis. Duh, saya sampai menghabiskan 2 gelas selagi mengantri untuk mengambil makanan berat. Bahkan teman-teman saya ada yang sampai menghabiskan 3 gelas. Setelah takjil, langsung dilanjutkan dengan makan berat. Ada roti cane, siomay, nasi, mie, semuanya saya padukan diatas piring saya menjadi satu. Tumpukan makanan saya sampai menggunung, hihihi.  
Mengantri makanan berat
Saya masuk kembali ke aula sambil membawa piring makanan. Banyak peserta forum memang balik ke aula untuk duduk sambil makan dan networking. Saya jadi cerita banyak hal bersama Ferdi dan Anis yang kebetulan duduk di sebelah kiri dan kanan saya. Kebetulan juga kami bertiga mau ke New Zealand bareng dan malah jadi bahas destinasi jalan-jalan. Setelah makan, kami menaruh piring diluar dan mengambil teh segelas. Saya takjub dengan rasa teh yang sangattttt enak. Menurut saya, teh terenak adalah teh upet tapi ternyata saya salah. Teh terenak adalah teh yang saya minum di Conclave. Saya sampai minum 2 gelas.
Menulis kesan dan pesan
Selesai makan dan minum, kami balik ke aula. Acara sesi tanya jawab berlangsung tapi saya sudah nggak begitu memperhatikan lagi. Saya dan Anis sibuk mendiskusikan projek freelance kami ke depan dan kebetulan Anis memang sudah punya perusahaan yang berhubungan dengan iklan. Jadi bisa lebih gampang. Saya juga menulis kesan dan pesan untuk acara yang lupa saya kumpulkan ke Mbak Jenny. Padahal nulisnya udah serius banget, hahaha. Saya sendiri sih pengen kedepannya Forum diskusi tentang para Seller Amazon dan kiat suksesnya. Saya pasti hadir duluan itu.
Woman enterpreneur
Ketika para peserta sedang foto bareng, saya dan teman-teman malah keluar ruangan dan berfoto sendiri. Baru setelah itu kami pulang. Sebenarnya nggak pulang sih, tapi lanjut menonton Finding Dory dulu. Ah, acara kemarin sangat berkesan. Semoga diundang ke acara-acara selanjutnya.

Hampir semua foto diambil dari Facebook Payoneer. Sampai jumpa! 

Juli 02, 2016

Resto Mewah, Harga Murah di Naggroe Coffee

Suatu malam minggu, saya menyempatkan diri untuk mampir ke sebuat Resto Aceh yang baru buka di Depok bernama Nanggroe Coffee. Lokasinya berada di Saladdin Square B 39-40, Jalan Margonda Raya, seberang ITC Depok yang gedungnya seperti kubah-kubah mesjid. Jujur aja selama saya tinggal di Depok, baru kali ini saya main ke Saladdin Square. Ternyata komplek Saladdin ini sendiri belum sepenuhnya jadi, masih banyak pembangunan ruko dan apartemen.
Lambang Resto
Saya jalan bertiga dengan teman-teman saya kesini. Awalnya agak seram juga karena daerahnya sepi dan lampu yang nyala hanya sedikit. Kami terus berjalan sambil melihat ke kiri dan kanan untuk mencari dimana lokasi Resto yang satu ini. Ternyata tempatnya agak dipojokan dan dari depan terkesan Resto mahal. Kami takjub melihat desain eksterior dan interiornya yang elegan. Kursi dan meja makan seperti di Resto yang ada di Dago Pakar, Bandung, yang pernah saya review. Wallpaper, ornamen, lampu, semuanya terkesan sangat mewah.
Tampak depan
Meja kursi
Interior
Kami memilih sofa untuk duduk. Pelayan memberikan menu dan saya kaget melihat harga makanan yang murah banget!!! Hanya berkisar antara Rp. 15rb-25rb. Ha?? Mana ada harga segitu lagi sekarang untuk Resto sekeren ini? Kami bertiga memesan teh tarik Rp. 10rb, Nasi Gurih Telor Rp. 18rb, Nasi Goreng Rp. 15rb, dan Bakwan Siram Rp. 15rb. Perorang kita hanya menghabiskan uang Rp. 25rb-28rb saja. Murah sekali ini sih. Pemiliknya balik modal nggak yah dengan harga segini? Hihihihi.
Daftar Menu
Seperti biasa, minuman datang terlebih dahulu. Kali ini unik, biasanya es teh tarik disajikan di gelas kaca yang tinggi, tapi ini dicangkir elegan dengan bentuk seperti daun. Rasanya oke banget, walaupun saya nggak melihat cara membuat teh tariknya. Kalau orang Aceh biasanya akan membuat teh tarik dengan menarik tinggi-tinggi saringan teh sampai menghasilkan minuman campuran teh dan susu dengan buih yang banyak. 
Teh Tarik
Untuk makanan, yang unik adalah bakwan siram. Tahu dan toge disiram dengan kecap sehingga rasanya jadi enak banget. Porsinya juga banyak, jadi bisa untuk dimakan rame-rame. Saya juga mencicipi Nasi Gurih dan Nasi Goreng yang membuat saya kangen dengan Aceh. Rasa nasinya benar-benar berbumbu dan nggak hambar. Apalagi ditaburi dengan kacang dan bawang goreng. Duh, bikin kangen banget deh pulang kampung.
Bakwan Siram
Nasi Gurih
Nasi Goreng Telur
Untuk kalian yang ingin makan Mie Aceh memang belum ada di Resto ini. Mungkin ketika tulisan ini di publish di blog saya, Mie Aceh sudah ada kali ya. Memang Resto Aceh identik dengan Mie Aceh dan kalau nggak ada rasanya gimana gitu, hihihihi. Kalau mau ngopi, udah ada Kopi Sanger yang paling ngehits di menu-menu andalan Aceh.

Oke deh, kalau sedang main ke Depok atau belanja ke ITC Depok, jangan lupa makan disini ya. Harganya super duper murah sekaliiii. Selamat mencoba!

Follow me

My Trip