Juli 16, 2016

Cerita Cinta di Bromo

Kali ini saya mendapatkan ide cerita ketika selesai shalat tarawih, sewaktu sedang duduk bengong setelah berdoa. Saya duduk diam agak lama, selagi otak saya bekerja merangkai cerita indah yang akan saya tuliskan. Bagaimana hasilnya? Mari disimak!

***

Sudah berapa kali aku chatting dengan cowok bernama Ardi. Hal ini bermula ketika aku sedang nggak ada kerjaan dan mulai melihat-lihat Instagram dia yang pemandangannya super keren. Hampir semua fotonya aku love (agak norak sih) tapi memang bagus banget. Sebenarnya aku juga hobi banget travelling, tapi sudah hampir setahun ini aku nggak bisa travelling karena pekerjaan kantor. Mana sebenarnya aku juga tertarik dengan Ardi karena orangnya super ganteng, hahahaha.

Suatu hari, wakil direktur di salah satu perusahaanku yang juga sahabatku (namanya Indah) bilang kalau kami akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di salah satu hotel berbintang 5 di Malang. Aku langsung syok, karena tanggal RUPS bertepatan dengan tanggal aku janjian dengan Ardi untuk ke gunung Bromo. Kenapa bisa kebetulan begini ya?
“Indah, lo serius kalau tanggalnya nggak bisa dimajuin atau diundur?” tanyaku panik.
“Emang kenapa, Ka? Tanggal segitu lo ‘kan nggak ada miting lagi.” Jawab Indah dengan entengnya. Seolah-olah hidupku hanya seputaran miting saja.
“Lo tau kan kalau gw sedang tertarik sama cowok yang namanya Ardi?”
Indah mengangguk. “Trus?”
“Nah, tanggal segitu kita udah janjian mau trip bareng ke Bromo.”
Indah agak kaget, lalu dengan santainya dia menjawab, “Ya batalin lah. RUPS kan lebih penting. Sekali setahun ini.”
“Nggak bisaaaa...”
“Kenapa nggak bisa sih? Biasanya juga lo lebih mementingkan kerjaan daripada berhubungan dengan cowok-cowok yang nggak menghasilkan duit untuk perusahaan kita.”
Aku menarik napas dalam dan bilang, “Indah, kali ini apa pun kata lo gw nggak mau dengerin. Gw mau pergi sama Ardi dan gw bakalan tetep ikut RUPS! Lo yang urusin!” Aku langsung pergi keluar dari ruang kerjaku.
Indah keheranan setengah mati. Tapi mau bagaimana lagi, dia tetap sahabatku dan pasti akan membantuku. 

***

Aku dan Indah terbang ke Malang. Acara RUPS diadakan disebuah hotel bintang lima dan semua pemegang saham juga menginap disana. Aku masih chatting dengan Ardi, berjanji padanya untuk ketemuan jam 11 malam di meeting point salah satu terminal di Malang. Aku sangat antusias bertemu dengannya dan nggak sabaran sama sekali.

Rapat pun dimulai. Karena sangat antusias mau pergi ke Bromo bersama Ardi, aku bahkan nggak konsentrasi sama sekali dengan rapat. Beberapa kali aku melihat Indah mendelik kepadaku karena melihat aku keasyikan chatting di Whatsapp versi web karena kalau pegang hp kan keliatan banget dengan peserta rapat yang lain. Indah mencolekku menyuruhku berkonsentrasi apalagi kalau dalam hal pengambilan keputusan. 

Sialnya hari itu, rapat berlangsung sangat rumit. Aku terus-terusan melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul delapan malam. Aku belum beres-beres pakaian untuk dimasukkan ke ransel dan rapat masih tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Walaupun sebenarnya untuk urusan perusahan, aku dan Indah hanya sebagai pendengar saja tapi memang kami harus hadir disini. Apalagi adikku yang biasa bisa menggantikanku berbicara di rapat malah tiba-tiba harus melakukan market research di Jepang dan nggak bisa hadir. Matilah aku!

Aku langsung mengetik Whatsapp untuk Indah. Karena Indah sedang serius mendengarkan rapat, sampai harus aku colek dia (gantian colek-colekan) untuk menyuruhnya melihat hp. Indah mengernyit ketika membaca Whatsappku.
“Ndah, gw harus beres-beres. Gw janjian jam 11 nih. Ini udah jam 9 belum kelar. Pls help!”
Indah langsung membalas, “Ya udah sana lo keluar. Nanti gw bilang lo sakit perut.”
Ahh Indah memang sahabat terbaikku. Aku berdiri, semua mata mengarah padaku dan dengan kikuknya aku bilang, “Maaf saya harus ke WC.” Ah, ini momen yang aneh banget. Peserta rapat terdiam sejenak dan lanjut berdiskusi. Aku langsung kabur keluar ruangan.

Aku masuk kamar, mencopot high heels, mengeluarkan ransel, dan mengemasi barang-barang. Aku agak bingung mau bawa apa aja karena memang sudah lama sekali nggak travelling. Aku masukkan saja beberapa baju ganti, makeup, senter, obat-obatan, lalu berganti baju meeting dengan kemeja, jaket, celana jeans, boots, dan syal. Aku menyandang ransel, lalu mengendap-endap keluar dari kamar hotel, turun lift, menuju lobi, dan keluar dari hotel. Aku mencegat taksi dan berangkat ke terminal. Semoga Indah bisa menghandle semua rapat. Aku percaya padanya.

Sesampai di terminal, aku celingak-celinguk mencari Ardi. Mana aku sendirian cewek menunggu di pinggir terminal dan aku baru ingat kalau aku banyak bawa duit cash. Jadi agak merasa ketakutan. Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. Aku kaget tapi agak lega karena ternyata itu Ardi. Dia tersenyum manis dan langsung mencuri detak jantungku. Aku tertegun, terdiam, dan terpesona (meleleh lebih tepatnya). Ahh, cowok ini ganteng sekali.
Ardi agak keheranan melihat wajahku, “Kamu habis dari mana?”
“Kenapa gitu?” Aku langsung mengambil hp dan berkaca. OMG, wajahku masih full makeup bahkan bulu mata palsu aja belum dilepas. Aku langsung kikuk setengah mati dan berpaling dari Ardi sambil mencopot bulu mata terlebih dahulu.

Ardi hanya tersenyum. “Baru kali ini ngeliat orang mau naik gunung tapi dandan, hahaha.”
Aku langsung malu bangettt, “Duh iya nih, tadi lagi ada acara trus kabur kesini. Nanti dalam perjalanan aku hapus deh makeupnya.” Aku kemudian merogoh-rogoh isi ransel mencari makeup remover.
“Nggak apa-apa kok. Daripada aku bosan ngeliat semua traveller cewek pada kucel. Mendingan ngeliat kamu lebih seger. Hahaha.”
Aku tersipu malu dan tertawa, “Ya udah, aku nggak jadi hapus makeupnya deh. Soalnya emang lupa bawa makeup remover. Mana inget bawa makeup remover ke gunung.”
Ardi tertawa lagi, lalu mengajakku naik ke sebuah mobil minibus yang berisi traveller lain. Memang iya, semua traveller cewek terlihat kucel, seperti orang belum mandi, dengan rambut urakan yang nggak disisir, bahkan wajah tanpa bedak sama sekali. Mereka agak terdiam melihatku (wajahku), dan aku hanya pura-pura cuek. Perasaan dulu ketika aku suka nge-trip, nggak se-kucel mereka juga deh.

Di minibus aku hanya mengobrol sedikit dengan Ardi, lalu tanpa sadar tertidur karena kecapek'an perjalanan dari Jakarta ke Malang lalu langsung meeting, trus lanjut lagi ke Bromo. Baru sekitar jam 3 pagi, kami pindah ke mobil Jeep dan Ardi yang nyetir. Kami ingin hunting sunrise di Bromo jadi jam segitu harus langsung jalan ke gunung. Aku sudah menyiapkan jaket Thermal yang tipis tapi sangat tahan cuaca dingin. Pagi itu suhu di Bromo sangat dingin. Setiap mengobrol dengan Ardi, mulut kami berasap. 
“Makeup kamu tahan juga ya. Dari semalem nggak luntur sama sekali. Padahal tadi udah sempat cuci muka.”
“Duh, ini sindiran apa pujian nih?” tanyaku manyun.
Ardi tertawa, “Pujian kok. Jadi sampe pagi pun kamu masih segar.”
“Segar apa cantik nih?” Tanyaku dan Ardi tertawa.
Aku tertawa juga. Ya mau bagaimana lagi, ini kan makeup super mahal hahaha. 

Aku dan Ardi mengambil tempat duduk berdua saja. Kami mengobrol tentang berbagai destinasi wisata di Indonesia yang pernah aku datangi sambil menunggu sunrise. Ternyata dia lebih banyak lagi menjelajah Indonesia tapi agak jarang ke luar negeri. Dia baru pergi ke 3 negara saja. Berbeda denganku yang sudah pergi ke lebih dari 10 negara. Ardi juga sangat perhatian padaku dan sangat suka tersenyum. Dia beberapa kali bertanya apa aku kedinginan? Aku memang nggak kedinginan karena biasa aku pakai jaket ini ke negara-negara yang ketika musim dingin memiliki suhu dibawah 0 derajat. Dia juga membelikanku susu jahe (untuk menghangatkan tubuh) dari pedagang yang tiba-tiba muncul di tepi gunung. Sampai ketika matahari mulai terbit, kami kegirangan dan berfoto dari setiap sudut. Gunung Bromo ketika matahari terbit benar-benar sangat indah.
http://wisatamalang.com/
Indah mengirim pesan yang membuatku langsung manyun, “Jangan posting foto apapun di social media!”
Aku jadi bete. Padahal aku banyak banget foto berdua dengan Ardi dengan pemandangan gunung bromo yang indah dan sudah berencana untuk upload ke Instagram.
Indah mengirim pesan lagi, “Jam berapa pulang?”
“Pulang?! Ini juga belum puas menikmati sunrise di gunung.”
“Nggak bisa Rika, RUPS masih berlanjut. Gw udah nggak bisa backup lo lagi. Mana mereka semua heran lo dari WC kok nggak balik lagi. Lo harus balik Rika...!”
Aku agak panik. Aku melihat Ardi sedang sibuk sendiri mengambil foto gunung, lalu aku menjauh sebentar untuk menelepon Indah.
“Indah, perjalanan dari Bromo ke Malang itu mungkin memakan waktu 5 jam. Gw nggak bisa secepat itu balik.”
“Tapi Rika, ini RUPS makin sengit. Sekarang semua keputusan rapat ada di elo. Gw semalem udah backup semampu gw. Tapi mereka nggak mau dengerin gw lagi. Semalem itu kita beres miting jam 1 malam dan mereka heran lu kok nggak balik-balik? Gw bilang lu sakit perut jadi harus istirahat di kamar.”
Aku melihat jam. “Sekarang jam 6 pagi. Mungkin after lunch masih bisa keburu kali yah kalau gw balik rapat.”
“Ok Rika, gw akan mengulur waktu sampai makan siang dan lo apa pun yang terjadi tetap harus udah ada disini. Janji sama gw! Ini aja jam 8 pagi nanti gw masih lanjut rapat. Apa nggak pusing kepala gw??”
“Ok, ok, gw balik sekarang!" 
http://misadventuresmag.com/
Aku menutup telepon, lalu menghampiri Ardi. “Ardi, aku harus balik ke Malang sebelum jam 1 siang. Kamu bisa nggak nganterin aku?”
Ardi terlihat kebingungan. “Kenapa tiba-tiba?”
Please Ardi, nanti aku jelasin di mobil.”
“Tapi mobil jeep dan minibus kita kan carteran. Jadi harus nungguin anak-anak yang lain. Kecuali booking yang baru.”
“Nggak masalah! Ayo temenin aku!” Aku menarik tangan Ardi. Kami setengah berlari dari kaki gunung menuju jeep dan menyewa mobilnya. Untung aku bawa banyak uang cash, jadi bisa langsung bayar. Sesampai di Desa Cemara Lawang, kami menyewa satu minibus lagi hanya untuk berdua (bertiga dengan supir). Aku terdiam sambil membaca email-email hasil rapat semalem termasuk membahasnya sedikit dengan Indah melalui Whatsapp agar Ardi nggak begitu tau. Aku sampai lupa dengan Ardi tapi untung dia baik dan hanya diam saja.

Aku mengambil dan merogoh ransel untuk mencari powerbank, lalu memasukkan hp ke dalam ransel sambil nge-cas. Aku dan Ardi saling bertatapan.
“Maafin aku karena ngerepotin kamu.” Kataku. “Baru punya kesempatan ngetrip bareng, eh malah terganggu karena aku harus buru-buru pulang.”
“Nggak apa-apa sih. Tapi aku mau dengerin cerita kamu kenapa buru-buru banget.”
“Aku ada miting penting nanti jam 1. Sebenarnya aku kesini dalam rangkaian bisnis trip. Aku kira miting semalam bakalan berjalan mulus jadi aku bisa kabur ke gunung Bromo sama kamu, ternyata malah sebaliknya.”
Ardi tersenyum. “Ya udahlah mau gimana lagi. Mending kamu pikirin aja nanti miting bakalan gimana.”
Aku bersandar di jok mobil, “Sebenarnya aku udah super capek sih...”
“Mau aku gantiin nggak mitingnya?” tanya Ardi sambil tertawa.
Aku tersenyum, “Kamu gantiin jadi bantal aja. Biar aku bisa bobo.” Kataku modus.
Ardi mendekatkan pundaknya padaku, “Bersandar kesini aja.”
Aku tersenyum lagi, lalu langsung terlelap di pundaknya.
Sesampai di Malang, Pak Supir membangungkan aku dan Ardi. Beliau bertanya kalau kami mau turun dimana. Aku bilang salah satu nama hotel dan bapak itu kembali menjalankan mobilnya. Aku sampai di Malang lebih cepat dari jadwal. 

Sesampai di hotel, aku langsung berjalan menuju lift.
Ardi bertanya, “Apa aku ikut juga?”
“Ikut aja. Kamarku ada ruang tamunya kok.”
Ardi mengangguk. Kami masuk ke lift dan berjalan menuju kamarku.
“Aku mandi dan berkemas dulu ya. Kamu tunggu aja di ruang tamu.”
Aku melihat Ardi terbelalak melihat kamar hotelku yang super luas dan mewah. Aku tidak sempat mempedulikannya lagi karena aku harus mandi dan dandan. Selesai mandi, aku keluar kamar dan melihat Indah yang tiba-tiba masuk kamar dan terkejut melihat Ardi ada di ruang tamu. Aku memperkenalkan Indah kepada Ardi, lalu berpamitan pada Ardi untuk ke ruang rapat.
“Kamu mandi aja dulu. Di lemari banyak baju bagus kok, kamu bisa pakai. Nanti malam kita bisa makan malam di hotel tanpa perlu ada gangguan dari miting lagi.” Aku keluar dari kamar sambil meninggalkan Ardi yang masih terdiam kebingungan.

***

Aku ditinggalkan Rika di kamar hotelnya yang super mewah sendirian karena dia harus mengikuti rapat. Sebenarnya aku sudah mengenalnya dari dulu, tapi aku nggak tau kalau dia adalah (mungkin) salah satu bos sebuah perusahaan. Aku sebenarnya senang aja sih ditinggal di kamar ini, bisa tiduran, mandi di bath tub, nonton tv sepuasnya, mana dapat makan siang yang diantar ke kamar lagi.

Rika mengirim pesan Whatsapp yang bilang kalau dia bakalan kelar miting jam 5 sore. Wah, masih lama banget. Setelah makan siang, aku mengeksplorasi kamar Rika. Aku melihat kopernya. Tenang, aku nggak niat membukanya. Aku melihat kosmetiknya di meja rias yang banyak, juga baju di lemarinya yang banyak juga. Emang dia bakalan menginap lama apa ya di hotel ini sampai harus bawa baju sebanyak ini? 
Aku heran lagi, kenapa ada baju cowok juga ya? Masa dia bobo sama cowok? Ah, mana mungkin. Cowok itu sekarang pasti marah banget kalau aku ada di kamar Rika. Aku melihat surat selamat datang dari hotel dengan tulisan, “Welcome Ms. Erika, Founder & CEO XXX Company.” Aku terbelalak. Rika orang nomor 1 di perusahaannya. Pantas saja dia mendapatkan fasilitas super mewah seperti ini.

Setelah puas mengeksplorasi kamar, aku nonton tv sampai tertidur di sofa. Aku merasakan ada yang mencolek pipiku. Aku membuka mata sedikit dan melihat Rika dan Indah pas ada di hadapanku. Aku kaget dan langsung terduduk. Rika tertawa. Aku melihat jam tanganku yang ternyata menunjukkan pukul 5 lebih 10 menit. Gila, aku udah tidur berapa lama?
“Kamu udah mandi belum?” tanya Rika.
Aku menggeleng.
“Ya udah, mandi aja dulu. Baju-baju keren udah ada di lemari. Aku mau bahas hasil miting sedikit dengan Indah. Jadi pas nanti kamu udah mandi, kita langsung turun makan malam.”
Aku melihat Indah dan dia langsung nyeletuk, “Lo tenang aja, gw baru beres-beres untuk balik ke Jakarta dan nggak akan gangguin kalian.”
Rika tertawa sambil melihatku. Aku jadi kikuk sendiri. Aku berjalan menuju kamar mandi, lalu menyalakan air panas dan berendam di bath tub. Setelah puas berendam, aku keramas dan mandi seperti biasa. Baru sadar kalau aku mandinya lama juga ya? Biasanya sih 10 menit udah maksimal. Mungkin karena keasyikan berendam.”

Setelah beres mandi, aku pakai handuk kimono dan keluar dari kamar mandi. Aku melihat Rika sedang memilih-milih baju cowok. Aku bertanya, “Itu sebenarnya baju siapa?”
“Adikku,” jawab Rika. “Awalnya dia bilang mau datang miting, jadi asisten kami udah mempersiapkan baju-bajunya. Semoga ukurannya cukup buat kamu.” Rika membawakan kemeja putih dan jeans.
“Makan malamnya formal ya?” tanyaku.
“Nggak begitu formal sih.”
“Kamu pake baju itu?” tanyaku sambil melihat stelan Rika yang masih pakai baju kerja.
Rika menggeleng. “Nggak, ini aku mau ganti baju juga. Kamu pakai baju di ruang tamu ya. Nanti aku mau ganti baju juga.”
Aku menggangguk sambil mengambil baju yang dia pilihkan. Lalu berjalan keluar kamar. Aku memakai pakaian dan berkaca. Wah, dengan stelan seperti ini aku tampak lebih ganteng. Hahahaha. Kemeja lengan panjang yang aku lipat sampai ke siku. Celana jeansnya juga tampak sangat keren di kakiku.

Rika keluar dengan pakaian sangat cantik, santai, tapi elegan. “Gimana? Cantik, ‘kan?” tanyanya sambil berputar. Aku tertawa. Cewek yang satu ini memang sudah jadi perhatianku sejak lama. Tapi aku baru tau kalau dia orangnya asik banget dan ramah.
Aku mendekatinya, “Nggak apa-apa nih, kalau aku mengajak seorang CEO makan malam?”
Rika agak kaget, “Wah, ketauan. Hahaha. Nggak apa-apa dong, asal dijagain baik-baik.”
Aku tertawa lagi. Aku lalu memberikan lenganku untuk dia gaet. Kami berjalan keluar kamar hotel bersama menuju lift, lalu naik ke rooftop. Ada sebuah resto mewah dengan pemandangan lampu-lampu kota yang sangat indah. Aku terkagum-kagum melihatnya. Padahal aku sudah lama tinggal di Jawa Timur, tapi baru tau kalau ada Resto sekeren ini disini. 

Pelayan membawa kami ke meja yang sudah di book terlebih dahulu dengan pemandangan paling indah mengarah ke semua lampu kota. Aku langsung mengeluarkan hp dan mengambil foto. “Keren banget ya tempatnya?”
Rika mengangguk, “iya. Ini resto favorit keluargaku. Aku senang bisa mengajakmu kesini.” Katanya tersenyum sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh lampu-lampu kota.
“Lebih tepatnya aku diculik sih. Tadinya kan kita cuma bakalan bertemu dan berpisah di meeting point doang.”
“Oh iya aku nyulik kamu kesini ya." kata Rika sambil tertawa. "Tapi nggak nyesel ‘kan?”
“Nggak dong!” Jawabku cepat.
Malam minggu itu kami mengobrol banyak. Dia bercerita segala hal tentang pekerjaannya, masa kecil, sekolah, kuliner favorit dan sebagainya. Begitu juga dengan aku. Biasanya hanya ngobrol di telepon atau chat di Whatsapp nggak begitu terasa. Sekarang bisa lebih rileks bercerita sambil menikmati makan malam dan pemandangan indah, ditemani alunan musik klasik yang membuat suasana lebih romantis.

Tanpa terasa sudah jam sebelas malam. Kami memutuskan untuk menyudahi acara makan dan balik ke kamar. Tiba di kamar, Rika mencopot high heelsnya lalu langsung menghempaskan diri ke kasur. Mungkin dia sudah sangat lelah, berbeda denganku yang sudah tidur siang berapa lama. Aku mengemasi barang-barangku dan sepertinya aku harus langsung balik ke rumah. Aku masuk ke kamar Rika untuk berpamitan. Melihatnya terlelap seperti itu, jadi nggak tega mau membangunkannya. Aku menutup pintu kamarnya, lalu keluar dan pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, ketika membereskan ransel, aku melihat secarik kertas.
Next Trip, New Zealand ~Erika

Aku tersenyum. Malam ini aku akan bermimpi indah tampaknya.

Siapapun yang melihat kita 
Mungkin kan mengerti
Dan membaca yang telah tersirat 
Di antara kita
Ingin selalu aku dekatmu

~Fatin Ft The Overtunes~

9 comments:

aku bukan aku mengatakan...

ummm..kalau carita dari sudut pandang si Indah gimana?

Akhirnya tanggal dan tempat RUPS sudah ditetapkan. "Ka, minggu depan kita adain RUPS di Malang ya. Bos-bos uda pada agree." Rika terlihat panik karena tanggal RUPS bertepatan dengan tanggal trip dia ke Bromo bareng cowok yang sudah lama dia stalking di semua medsos. *eh

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@aku bukan aku: si doi uda gw exclude di semua medsos yg gw publish blog ini.. asal ga tiba2 mampir sini aja hahaha. ntar RUPS gw ajakin lo yaaa. hahahahhaha

MiawGuk mengatakan...

AAA... belom mandi.. BAUUU.. belom gosok gigi.. BAOO..

#salahfokus

Aul Howler's Blog mengatakan...

AAaaaawwwwwww

Super sweet

Plot nya mirip drama drama korea tapi ini versi kebalikannya yaaa, yang jadi orang kayak CEO nya.

Suka sukaa <3

P.S.
Kapan deh bisa kayak Ardi..
Hoki banget sih dia wkwkwk

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@miawguk: fokus tin... fokusssss!

@Aul : udah lama ga liat aul di blogsphere. anyway, kapan aja bs kaya ardi.. tp cewenya hrs dicari dulu hihihi

adittyaregas mengatakan...

Kakakkkkkkkkk~ Ahh aku lama banget gak main kesini, terakhir yg au ingat postingan tentang makanan aja hhe

Ini sumpah keren banget fiksi nya, aku udah lama banget gak bikin tulisan fiksi juga hiks :'v

“Nggak apa-apa kok. Daripada aku bosan ngeliat semua traveller cewek pada kucel. Mendingan ngeliat kamu lebih seger. Hahaha.” entah kenapa kalimat ini malah bikin aku malu-malu juga bahahahhaha...

Meutia Halida Khairani mengatakan...

@adit: sama nih, baru sempat ke blog adit lg kemarin...
ini ngga totally fiksi loh hihihi

adittyaregas mengatakan...

Hahaha iya kak :'v
Berasa aja kok sekalian curhatnya hihi :p

Aul Howler's Blog mengatakan...

Iyaaaa belakangan sibu kerja
Untunglah sudah resign kak hehehe.
Mau nyambung es duaa~

;)

Sekarang insya Allah mau rajin lagi ngeblog nya kak
Doain aja yaaa

Follow me

My Trip