Mumpung sedang hujan, mumpung sedang berada di bawah AC dan berlatih untuk bertahan pakai baju tipis di suhu 16 derajat. Minggu depan harus menghadapi suhu yang (katanya) minus 8. Semoga bisa bertahan, semoga nggak mimisan, semoga menyenangkan. Amin ya Rabb.
***
"Aku ditugasin sebentar ke Jakarta nih. Ada training. Yuk ketemuan."
Sebaris Whatsapp yang aku baca di sela-sela miting dari Ardi. Aku langsung tersenyum. Sejak jalan-jalan ke Bromo bareng, aku dan Ardi jadi lebih dekat. Kita jadi lebih sering telponan dan Whatsappan, tapi nggak bisa ketemu langsung. Berhubung aku di Jakarta dan dia di Malang.
"Berapa hari di Jakarta?"
"2 minggu kayaknya. Tapi belum ada tiket pulang sih. Jadi bisa lebih cepat, atau lebih lambat."
"Asikkk..."
"Kamu main Pokemon nggak?"
"Main dong." Jawabku. "Udah mau level 22 nih."
"Oke deh, nanti kita nyari Pokemon bareng. Hahahaha."
Aku bilang ke Indah (sahabatku) untuk meniadakan semua perjalanan bisnis di tanggal Ardi tugas ke Jakarta. Kalau pun ada undangan, sebisa mungkin harus jam kerja ketika Ardi masih training. Jadinya after office hour kita bisa ketemuan.
Ardi pun datang ke Jakarta. Aku menyuruh supirku mengantarku dan meninggalkanku di bandara. Aku melihat Ardi dari kejauhan sambil memegang handphone. Dia melihatku, tersenyum, dan aku langsung terdiam mematung. Dia masih ganteng sekali.
"Aku lagi bukain Pokestop satu-satu nih. Di Soekarno Hatta banyak juga ya."
Cowok ini malah membicarakan Pokemon duluan daripada mempedulikanku yang udah lumayan lama nggak ketemu.
"Iya disini banyak Pokestop sih." kataku yang sedang menyembunyikan kebetean dan mengeluarkan hp juga untuk memutar-mutar Pokestop. Mungkin cowok emang begitu kali yah.
"Ah ada Pokemon yang aku belum punya," Ardi langsung berhenti dan keasyikan dengan hp nya.
Aku hanya menarik napas.
"Kamu nginap di hotel mana?" tanyaku.
"Hyatt," jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari hp.
"Oh yang di Plaza Indonesia ya?"
Tak ada jawaban.
Aku jadi diam. Tak mengganggunya. Mungkin ekspektasiku terlalu besar pada cowok ini.
"Yes, dapat!" kata Ardi. "Eh, kita ke hotel dulu ya. Aku cek in, baru kita makan."
Aku mengangguk.
Ada mobil khusus yang menjemput Ardi ke bandara dan aku ikut nebeng juga. Selama di mobil dia memantau Pokemon terus di hp dan hanya sedikit berbicara denganku.
Bahkan sampai tiba di hotel.
"Kamu cek in aja ya. Aku ke toko buku dulu. Nanti aku tunggu di Sushi Tei." kataku.
"Oh, oke deh." jawab Ardi simple.
Aku berjalan menyusuri pertokoan di Plaza Indonesia. Sesekali aku main Pokemon juga sih. Tapi aku jadi males. Mungkin melihat Ardi yang begitu.
Sejam kemudian, Ardi bilang kalau dia sudah di Sushi Tei. Aku lalu menghampirinya disana dan dia masih tetap menangkap Pokemon. OMG! Cowok ini benar-benar deh.
"Hmm, kalau mau main Pokemon terus, aku pulang deh." kataku bete.
Ardi langsung terdiam, mematikan hp dan menatapku. Aku buang muka.
"Maaf ya. Aku keasyikan main." katanya.
"Kayaknya aku doang yang antusias mau ketemu kamu. Kamu lebih antusias mau ketemu Pikachu ya?"
Ardi tertawa. Aku tambah bete.
"Maaf maaf. Jangan marah dong..."
Malam itu, rasanya aku nggak menikmati ketemuan dengan Ardi. Nggak seperti ketika waktu kami di Malang. Dia tampak beda, atau memang aku bertepuk sebelah tangan kali ya. Setelah makan di Sushi Tei, aku langsung memesan taksi online dan pulang ke rumah. Saat itu aku berpikir untuk (mungkin) tidak mau menghubunginya lagi.
***
Aku sempat senang banget, ketika harus ditugaskan ke Jakarta untuk training. Kalau orang Jakarta sendiri benci dengan Jakarta karena macet dan keburukan lainnya, aku justru sangat menikmatinya. Mungkin karena aku orang daerah yang memang jarang di Jakarta. Ntah juga kalau memang harus jadi orang Jakarta yang setiap hari harus kena macet. Sebenarnya ada satu hal lagi yang membuat aku senang. Karena aku akan bertemu dengan Erika.
Sayangnya pertemuan kami nggak berjalan terlalu mulus. Aku memang keasyikan bermain Pokemon karena kalau di Malang jarang banget Poke Stop yang ada Lurenya. Sesampai di bandara Soekarno Hatta saja, aku langsung disibukkan dengan bermacam Poke Stop yang aku putar dan pokemon langka yang tiba-tiba muncul dihadapanku, yaitu (Erika) Snorlax. Aku kaget, ada Snorlax di kepala Erika dan aku berusaha menangkapnya. Tapi Erika malah terlihat ngambek. Bahkan sampai diajak makan di Sushi Tei pun masih ngambek dan aku ditinggal makan sendiri. Huff!
Hari-hari berikutnya, Erika nggak membalas chat aku di semua social messenger. Kalau pun ditelepon, dia sibuk melulu. Kadang juga temannya Indah yang mengangkat. Sampai suatu hari dia main ke Bank tempat aku kerja dimana dia menjadi nasabah prioritas. Aku kaget, dia juga kaget. Yang enaknya adalah dia harus berurusan denganku. Dia tampak (agak) malas, tapi aku tetap harus melayaninya sebagai nasabah.
Di sela-sela urusan kerjaan, aku bilang sama Erika kalau aku minta maaf.
Rika malah bilang, "Boleh aja sih dimaafin, tapi kamu harus kalahin pokemon aku di Gym bank ini."
Aku mengernyit melihat Erika menunjukkan Pokemon Lapras dengan CP 1627 atas namanya di Gym. Wah, gimana mau ngalahinnya? Aku saja baru level 14. Erika tersenyum menang. Karena kebetulan dia sudah selesai urusannya di bank, dia pun pergi. Aku jadi bingung sendiri mau baikan sama dia gimana caranya karena harus ngalahin pokemon sekuat itu.
NB: Cerita ini dibuat karena saya bete dengan Pokemon di Gym kantor yang kuat banget, dan saya berhasil memenangkannya.
5 comments:
wahh pokemon.. Saya sih ga maen muuut.. :D
Sayangnya saya bukan jemaah pokemoniyah.... But I can relate to the girl... Dicuekin karena yang satunya terlalu into Pokemon. Temen di kantor malah pernah diwawancarain CNN karena levelnya paling tinggi di Indonesia hahaha.
Cerita yang menggugah Mut, semoga banyak yang tersindir
@Cipu: apa pulak jamaah pokemoniyah. HAHAHAHA
Hahaha cipuuu...jamaah pokemoniyaah...hahahs
Mbak Meutia main Pokemon juga yaa :D
Wah wanita tangguh, haha.
Posting Komentar